Introduction
Introduction Statistics Contact Development Disclaimer Help
Return Create A Forum - Home
---------------------------------------------------------
Mahayana Bodhicitta Vajra
https://bodhicitta.createaforum.com
---------------------------------------------------------
*****************************************************
Return to: Arya Mahayana
*****************************************************
#Post#: 298--------------------------------------------------
Maha Govinda Suttram
By: ajita Date: June 5, 2017, 8:25 am
---------------------------------------------------------
[center]Namo Bhagavate Mahabijnagiriraja Tathagata
SamyakSambuddhassa
Namo Arya Jnanabhadra Bodhisattva Mahasattva
Namo Arya BoddhiCittam Nagajuna Bodhisattva Mahasattva
Anirodham anutpadam anucchedam ashvasatam
anekartham ananartham anagmamam anirgamam
yah Pratityasamutpadam praponchopasham shivam
deshyamas sambuddhastam vandevadatavaran
Namo Buddhaya guruve namo Dharmaya tayine namah Sanghaya mahatte
tribhyopisatatam namah ratnatryam me sharanam sarvam
pratidishayamgam anumode jagatpunyam Buddha Baudho dadhe manah
abodhe sharanamyami Buddham Dharmam ganottaman Baudhociitam
karomyesh svaparthaprasiddhaye utpadayami var Bodhiciitam
nimantryam sarvasattvan ishtam carishye var Bodhicarikam Buddho
bhaveyam jagatohitaya deshana sarvapapanam punyanam ca anumodana
kritopvasam carishyami Arya Ashtangika poshadam.
Maha Govinda Sutta
[/center]
Demikianlah telah ku dengar,
Pada suatu ketika, Sang Bhagava berada di bukit Gridhakuta di
Rajagaha. Dan pada suatu hari, ketika malam semakin larut,
Pancasikha Gandhabbaputto yang perkasa menyinari seluruh
Gridhakuta, datang menemui Sang Bhagava:"Bhante, ada hal yang
telah saya lihat dan dengar sendiri dari para Dewa Tavatimsa,
dan saya akan menceritakannya kepada Sang Bhagava."
"Ceritakanlah kepada-Ku, Pancasikha," jawab Sang Bhagava.
Bhante, pada waktu lampau, setelah berselang masa yang lama,
pada malam yang kelimabelas di bulan purnama sempurna, di hari
Uposatha, di hari Pavarana, para dewa Tavatimsa berkumpul dan
duduk di gedung pertemuan Sudhamma. Dan mereka pun disertai oleh
mahluk-mahluk surga yang telah duduk, dan diempat penjuru
didiami oleh Empat Maharaja Langit. Di sebelah timur, Raja
Dhatarattho dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap
ke barat. Disebelah selatan, Raja Virudhaka dengan mengepalai
para pengikutnya, duduk menghadap ke utara. Disebelah barat,
Raja Virupakkha dengan mengepalai para pengikutnya, duduk
menghadap ke timur. Disebelah utara, Raja Vaisravana dengan
mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke selatan. Bhante,
ketika para Dewa Tavatimsa telah berkumpul di gedung pertemuan
Sudhamma, dengan dikelilingi oleh semua mahluk surga lainnya
yang telah duduk pula, dan diempat penjuru Empat Maharaja Langit
telah duduk sesuai dengan urutan susunan kedudukan Mereka
masing-masing. Selanjutnya, barulah urutan tempat duduk Kami.
Bhante, para dewa yang baru saja lahir di alam dewa Tavatimsa,
yang terlahir disitu karena Mereka telah hidup sesuai dengan
Penghidupan Suci, yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagava, maka
cahaya tubuh Mereka melampaui cahaya tubuh dewa lainnya.
Kemudian terdengar kata-kata dari para Dewa Tavatimsa yang
sedang diliputi kegembiraan, kegiuran dan kesenangan:"O, cahaya
tubuh mahluk surga bertambah gemilang, sedangkan cahaya tubuh
para asura memudar!
Bhante, ketika Raja dewa Sakka melihat kepuasan yang
diperlihatkan oleh para Dewa Tavatimsa, Ia menyatakan kata-kata
simpatinya sebagai berikut:
"Para Dewa dan penguasa Surga Tavatimsa, semuanya gembira,
semuanya menghormat Sang Tathagata dan Dhamma (Hukum Kebenaran
Sang Buddha). Di sini Mereka melihat Para Dewa yang baru lahir,
indah dan bercahaya, karena Mereka telah melaksanakan
Penghidupan Suci yang dibabarkan oleh Sang Sugata, datang kemari
dengan penuh kemegahan melampaui kegemilangan para Dewa yang
lain. Karena melihat hal ini, maka Para Dewa Tavatimsa dan
Penguasanya bergembira. Semua menghormat Sang Tathagata dan
Dhamma-kebenaran."
Bhante, berdasarkan hal ini, Para Dewa Tavatimsa bertambah
gembira, senang dan penuh kegiuran, berkata:"Cahaya tubuh mahluk
surga bertambah gemilang, sedangkan tubuh para asura memudar.!"
Bhante, ketika Raja Dewa Sakka menyaksikan kepuasan Para Dewa
Tavatimsa, Ia bertanya pada Mereka:"Apakah Kamu mau mendengarkan
delapan fakta kebenaran dari Sang Bhagava Yang Terpuji?"
"Kami mau mendengar hal-hal itu."
Bhante, kemudian Raja Dewa Sakka memberitahukan kepada Para Dewa
Tavatimsa tentang Delapan Fakta Kebenaran dari Sang Bhagava Yang
Terpuji:
"O, Para Dewa Tavatimsa, bagaimanakah pendapat Kamu? Begitu lama
Sang Bhagava telah melakukan banyak Perbuatan untuk
kesejahteraan orang banyak, karena kasih sayang-Nya kepada
dunia, untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan Para Dewa
dan manusia. Kita tidak akan dapat menemukan Guru seperti Sang
Bhagava atau semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa lampau
maupun dimasa yang akan datang.
Demikian pula dengan Dhamma, telah sempurna dibabarkan oleh Sang
Bhagava, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk
dibuktikan, menuntun kedalam batin, dan dapat diselami oleh Para
Bijaksana dalam batin masing-masing. Selain Sang Bhagava, maka
Kita tidak akan dapat menemukan pengajar Dhamma kebenaran yang
membimbing Kita itu atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari
di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
'Ini baik, itu buruk', hal ini telah di babarkan dengan jelas
oleh Sang Bhagava. Beliau telah membabarkan dengan jelas
tentang; 'ini salah, itu benar, itu perlu dituruti, itu
dihindari, ini kasar, ini halus, ini kebahagiaan yang
meragukan'. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat
menemukan pembabar Dhamma, Guru semacam Dia, walaupun Kita
mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah membabarkan dengan sempurna Jalan Ke Nibbana
kepada Siswa-Siswa-Nya, dan Mereka mengikuti Jalan dan mencapai
Nibbana. Bagaikan air Sungai Gangga dan Yamuna yang mengalir
bersama-sama dan bersatu, demikian pula dengan Jalan yang menuju
Nibbana yang telah dibabarkan dengan Sempurna, yaitu
dilaksanakan bersama-sama dan menjadi satu. Selain Sang Bhagava,
maka Kita tidak akan menemukan pembabar Jalan Ke Nibbana seperti
Dia, walau pun Kita mencari di masa lampau maupun di masa yang
akan datang.
Sang Bhagava telah menerima Siswa-Siswa, dan Mereka telah
mengikuti Jalan, dan Para Arahat yang telah hidup dengan
'memanfaatkan kehidupan'. Beliau tidak berpisah dengan Mereka,
karena tetap bersama dengan Mereka dalam batin yang bersatu.
Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru
yang seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau
maupun dimasa yang akan datang.
Telah sempurna apa yang didapat Sang Bhagava, Kemasyuran-Nya
telah tersebar, demikian pula menurut Pendapat-Ku, banyak
Kesatria yang berkecendrungan baik kepada Beliau. Namun
demikian, Sang Bhagava tidak terpengaruh sedikit pun dengan
segala Pujian. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat
menemukan Guru yang tidak terpengaruh seperti Dia, walaupun Kita
mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Perbuatan Sang Bhagava adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya,
ucapan-Nya adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya. Selain Sang
Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan orang yang melaksanakan
Dhamma dari yang mudah sampai sulit sekali dengan hasil seperti
Dia atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang
lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah menyeberangi lautan keragu-raguan, demikian
pula semua yang perlu diketahui telah diketahui, segala sesuatu
yang perlu dikerjakan telah diselesaikan dengan sempurna
berdasarkan tekad-Nya yang teguh dan Penghidupan Suci-Nya.
Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan guru yang
telah mencapai Pencapaian seperti Dia, atau Guru semacam Dia,
walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang
akan datang. Bhante, Kedelapan Fakta Kebenaran Sang Bhagava Yang
Terpuji ini, telah dikatakan oleh Raja Dewa Sakka kepada Para
Dewa Tavatimsa. Setelah mendengar hal ini, Para Dewa Tavatimsa
bertambah gembira, senang penuh kegiuran dan bahagia.
Bhante, kemudian Para Dewa tertentu berkata:"O! Andaikata ada
Empat Samma SamBuddha muncul di dunia dan mengajarkan Dhamma
seperti Sang Bhagava! Mereka akan menyebabkan Kesejahteraan
orang banyak, Kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayang
kepada dunia, untuk Kemajuan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan Para
Dewa dan manusia."
'Dan Para Dewa tertentu lain berkata:"Cukup, apabila ada tiga
Samma SamBuddha yang muncul di dunia."
'Dan Para Dewa tertentu lain berkata:"Cukup, apabila ada Samma
SamBuddha dua yang muncul di dunia dan mengajarkan Dhamma
seperti Sang Bhagava! Mereka akan menyebabkan Kebahagiaan orang
banyak, Kesejahteraan orang banyak, demi kasih sayang kepada
dunia, untuk Kemajuan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan Para Dewa
dan manusia."
Kemudian Raja Dewa Sakka berkata kepada Para Dewa Tavatimsa:
"Kawan-Kawan, tidak akan pernah dan tidak mungkin dalam satu
tata surya ada dua Arahat Samma SamBuddha muncul bersama-sama,
hal ini tidak pernah ada di masa yang lampau maupun di masa yang
akan datang. Hal ini tidak akan pernah terjadi. O, Kawan-Kawan,
namun, bila Sang Bhagava dapat hidup umur panjang, bebas dari
penyakit dan kesakitan, hal ini yang dapat menyebabkan
Kesejahteraan orang banyak, Kebahagiaan orang banyak, karena
kasih sayang-Nya kepada dunia, untuk Kemajuan, Kesejahteraan dan
Kebahagiaan Para Dewa dan manusia!" Bhante, setelah Para Dewa
Tavatimsa selesai merundingkan dan membicarakan bersama-sama
pokok persoalan sehingga Mereka berkumpul dan duduk di gedung
Pertemuan Sudhamma, dan berkenaan dengan maksud tertentu, maka
Keempat Maharaja menerima pembicaraan tersebut, dan dengan
berdiri dari tempat duduk, Keempat Maharaja menerima nasehat.
"Kata-kata pemberitahuan dan nasehat diterima oleh Para Raja
tersebut di situ, dengan Pikiran Mereka yang terpusat dan tenang
Mereka berdiri di tempatnya masing-masing."
#Post#: 299--------------------------------------------------
Re: Maha Govinda Suttram
By: ajita Date: June 5, 2017, 8:25 am
---------------------------------------------------------
Bhante, kemudian, suatu cahaya gemilang memancar dari sebelah
utara. Suatu cahaya gemilang yang melampaui kemegahan Para Dewa.
Lalu, Raja Dewa Sakka berkata pada Para Dewa
Tavatimsa:"Kawan-Kawan, sesuai dengan tanda-tanda yang nampak,
sesuai dengan cahaya sinar, sesuai dengan kegemilangan yang
kelihatan, itu menandakan Dewa Brahma akan tiba. Karena ini
adalah tanda-tanda pendahuluan akan tiba Dewa Brahma, yaitu
munculnya sinar dan terlihatnya cahaya gemilang."
"Sekarang tanda-tanda terlihat, maka Dewa Brahma akan tiba.
Karena ini adalah tanda-tanda pendahuluan akan tiba Dewa Brahma,
yaitu kemegahan yang gemilang sekali."
Bhante, kemudian Para Dewa Tavatimsa dengan duduk di tempat
Mereka masing-masing berkata:"Kami akan dapat memastikan apa
yang menyebabkan sinar ini, bila Kami telah membuktikannya, maka
Kami akan pergi menemui-Nya."
Keempat Maharaja pun dengan duduk di tempat Mereka menyatakan
hal yang sama. Ketika Mereka telah mendengar hal ini. Para Dewa
Tavatimsa semuanya setuju:" Kami akan dapat memastikan apa yang
menyebabkan sinar ini, bila Kami telah membuktikannya, maka Kami
akan pergi menemui-Nya."
Bhante, ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Dewa
Tavatimsa, Ia nampak dengan tubuh yang agak keras sesuai dengan
apa yang diciptakan-Nya. Karena biasanya, Dewa Brahma nampak
tidak cukup bermateri bila dilihat oleh Para Dewa Tavatimsa.
Ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan Para Dewa
Tavatimsa, Cahaya dan Kemegahan-Nya melampaui Dewa lainnya.
Bagaikan patung yang dibuat dari emas yang melampaui warna tubuh
manusia, demikian pula, ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di
depan Para Dewa Tavatimsa, cahaya-Nya melampaui cahaya Para Dewa
Tavatimsa. Bhante, dan ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di
depan Dewa Tavatimsa, tidak ada di antara semua yang hadir
menghormat, berdiri dari duduk, atau mempersilahkan Dia duduk.
Mereka semua duduk dengan diam, dengan kedua tangan dirangkapkan
beranjali, duduk bersila dan berpikir:"Bila mana Dewa Brahma
Sanamkumara ingin sesuatu, maka Ia akan duduk di tempat duduk
Dewa.
Dan tempat duduk Dewa manapun yang diduduki-Nya, maka Dewa
pemilik tempat duduk tersebut akan merasa senang sekali,
bagaikan seorang kesatria yang baru dimahkotai dan dinobatkan,
Ia merasa bangga dan senang sekali."
Bhante, kemudian, setelah Dewa Brahma Sanamkumara mengetahui
betapa senangnya Para Dewa Tavatimsa tersebut, maka Ia
menyatakan rasa senang-Nya dalam Syair ini:"Para Dewa dan
Penguasa Tavatimsa semuanya gembira, semuanya menghormat Sang
Tathagata dan Dhamma-Kebenaran. Disini Mereka telah melakukan
Penghidupan Suci yang diajarkan Sang Sugata. Mereka sebagai
Siswa yang telah merealisasikan Kebenaran datang kemari, dengan
penuh kemegahan melampaui Kegemilangan Dewa yang lain. Karena
melihat hal ini, maka Para Dewa Tavatimsa dan Penguasa-Nya
bergembira. Semuanya menghormat Sang Tathagata dan
Dhamma-Kebenaran."
Inilah yang dikatakan oleh Dewa Brahma Sanamkumara. Ia
menyatakan Syair itu dengan delapan macam sifat suara. Suara-Nya
lancar, jelas, merdu, nyaring, mengalun, dapat dimengerti, dalam
dan bergetar. Bhante, ketika Dewa Brahma Sanamkumara berkata
kepada Para Dewa yang hadir, suara-Nya tidak dapat didengar di
luar gedung pertemuan tersebut. Dia yang memiliki suara dengan
delapan sifat tersebut dinyatakan memiliki suara Brahma.
Bhante, kemudian Para Dewa Tavatimsa berkata kepada Dewa Brahma
Sanamkumara:"O, Brahma! Baik sekali! Kami gembira dengan apa
yang Kami saksikan ini. Lagi pula, Raja Dewa Sakka telah
memberitahukan kepada Kami Delapan Fakta Kebenaran dari Sang
Bhagava, dan Kami telah memperhatikan pula hal-hal itu, dan Kami
bergembira pula dengan-Nya." Bhante, lalu Dewa Brahma
Sanamkumara berkata kepada Raja Dewa Sakka sebagai berikut:"O,
Raja Dewa Sakka, Baik sekali. Kami juga mau mendengarkan Delapan
Fakta Kebenaran dari Sang Bhagava yang terpuji."
"O, Maha Brahma, baiklah," jawab Sakka.
Dan selanjutnya Ia mulai.
"Maha Brahma, bagaimana pendapat-Mu?" Begitu lama Sang Bhagava
telah melakukan banyak Perbuatan untuk kesejahteraan orang
banyak, karena kasih sayang-Nya kepada dunia, untuk kemajuan,
kesejahteraan dan kebahagiaan Para Dewa dan manusia. Kita tidak
akan dapat menemukan Guru seperti Sang Bhagava atau semacam Dia,
walaupun Kita mencari di masa lampau maupun dimasa yang akan
datang.
Demikian pula dengan Dhamma, telah sempurna dibabarkan oleh Sang
Bhagava, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk
dibuktikan, menuntun kedalam batin, dan dapat diselami oleh Para
Bijaksana dalam batin masing-masing. Selain Sang Bhagava, maka
Kita tidak akan dapat menemukan pengajar Dhamma kebenaran yang
membimbing Kita itu atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari
di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
'Ini baik, itu buruk', hal ini telah di babarkan dengan jelas
oleh Sang Bhagava. Beliau telah membabarkan dengan jelas
tentang; 'ini salah, itu benar, itu perlu dituruti, itu
dihindari, ini kasar, ini halus, ini kebahagiaan yang
meragukan'. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat
menemukan pembabar Dhamma, Guru semacam Dia, walaupun Kita
mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah membabarkan dengan sempurna Jalan Ke Nibbana
kepada Siswa-Siswa-Nya, dan Mereka mengikuti Jalan dan mencapai
Nibbana. Bagaikan air Sungai Gangga dan Yamuna yang mengalir
bersama-sama dan bersatu, demikian pula dengan Jalan yang menuju
Nibbana yang telah dibabarkan dengan Sempurna, yaitu
dilaksanakan bersama-sama dan menjadi satu. Selain Sang Bhagava,
maka Kita tidak akan menemukan pembabar Jalan Ke Nibbana seperti
Dia, walau pun Kita mencari di masa lampau maupun di masa yang
akan datang.
Sang Bhagava telah menerima Siswa-Siswa, dan Mereka telah
mengikuti Jalan, dan Para Arahat yang telah hidup dengan
'memanfaatkan kehidupan'. Beliau tidak berpisah dengan Mereka,
karena tetap bersama dengan Mereka dalam batin yang bersatu.
Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat menemukan Guru
yang seperti Dia, walaupun Kita mencari di masa yang lampau
maupun dimasa yang akan datang.
Telah sempurna apa yang didapat Sang Bhagava, Kemasyuran-Nya
telah tersebar, demikian pula menurut Pendapat-Ku, banyak
Kesatria yang berkecendrungan baik kepada Beliau. Namun
demikian, Sang Bhagava tidak terpengaruh sedikit pun dengan
segala Pujian. Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan dapat
menemukan Guru yang tidak terpengaruh seperti Dia, walaupun Kita
mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang akan datang.
Perbuatan Sang Bhagava adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya,
ucapan-Nya adalah sesuai dengan Perbuatan-Nya. Selain Sang
Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan orang yang melaksanakan
Dhamma dari yang mudah sampai sulit sekali dengan hasil seperti
Dia atau Guru semacam Dia, walaupun Kita mencari di masa yang
lampau maupun dimasa yang akan datang.
Sang Bhagava telah menyeberangi lautan keragu-raguan, demikian
pula semua yang perlu diketahui telah diketahui, segala sesuatu
yang perlu dikerjakan telah diselesaikan dengan sempurna
berdasarkan tekad-Nya yang teguh dan Penghidupan Suci-Nya.
Selain Sang Bhagava, maka Kita tidak akan menemukan guru yang
telah mencapai Pencapaian seperti Dia, atau Guru semacam Dia,
walaupun Kita mencari di masa yang lampau maupun dimasa yang
akan datang. Bhante, setelah mendengar hal tersebut, Dewa Brahma
Sanamkumara merasa senang, gembira, penuh kegiuran, dan bahagia.
Bhante, demikianlah, Dewa Brahma Sanamkumara menciptakan
Diri-Nya dengan tubuh yang agak keras sehingga nampak seperti
pemuda Pancasikha, dan dengan bentuk seperti itu Ia muncul di
depan Para Dewa Tavatimsa. Dengan melayang ke angkasa, ia duduk
bersila di angkasa. Bhante, bagaikan seorang yang gagah perkasa
yang duduk bersila di angkasa. Dan Ia berkata kepada Para Dewa
Tavatimsa:
"O, Para Dewa Tavatimsa, bagaimanakah pendapat Kamu? sudah
berapa lamakah Sang Bhagava memiliki Maha Panna (Maha
Bijaksana)?"
Tersebutlah, pada suatu ketika ada seorang Raja bernama
Disampati, dan mentri dari Raja Disampati adalah Seorang
Brahmana bernama Govinda.
Putera Raja Disampati bernama Pangeran Ranu, dan Putera dari
Mentri Govinda bernama Jotipala. Pangeran Ranu, Jotipala dan
enam Pemuda Kesatria lainnya, jadi delapan Pemuda yang
bersahabat. Demikianlah beberapa waktu kemudian Brahmana Govinda
meninggal. Karena berduka cita atas kematiannya, maka Raja
Disampati berkata:"O, baru saja Kami mempercayakan semua
tugas-tugas Kami kepada Brahmana Govinda, dan selagi Kami
memuaskan inderia-inderia kami, Govinda meninggal!" Lalu
Pangeran Ranu berkata kepada Raja:"Baginda, janganlah bersedih,
begitu bagi Brahmana Govinda. Govinda mempunyai seorang Putera
bernama Jotipala yang lebih bijaksana dari pada ayahnya, lebih
baik. Lihatlah, apa yang lebih menguntungkan dari pada ayahnya.
Biarkanlah Jotipala melaksanakan semua tugas yang dipercayakan
kepada ayahnya."
"Kau berpendapat demikian, 'Nak'?"
"Ya, Baginda."
#Post#: 300--------------------------------------------------
Re: Maha Govinda Suttram
By: ajita Date: June 5, 2017, 8:26 am
---------------------------------------------------------
Lalu Raja Disampati memanggil seorang pengawal dan
bersabda:"Kemarilah saudara, temuilah Jotipala dan katakan
kepadanya:-Semoga keberuntungan selalu bersama Jotipala! Raja
Disampati memanggil anda, Jotipala! Raja Disampati mau bertemu
dengan anda, Jotipala!"
"Baiklah, Baginda," jawab pengawal tersebut, lalu pergi menemui
Jotipala dan menyampaikan pesanan tersebut. "Baik saudara,"
jawab Jotipala, dan pergi menghadap Raja. Ketika Ia tiba di
hadapan Raja, Ia menghormat kepada Raja dan menyapa dengan
sopan, lalu duduk di samping. Kemudian
Raja Disampati bersabda:"Kami mau Jotipala membantu Kami. Harap
Jotipala tidak menolak untuk melaksanakannya. Saya akan
menempatkan Jotipala pada kedudukan ayahmu dan mengangkat
menjadi 'pengurus'. "Baiklah, Baginda," jawab Jotipala
menyetujui.
Demikian Raja Disampati mengangkat Jotipala menjadi menteri, dan
menempatkannya pada kedudukan ayahnya. Setelah diangkat dan
ditempatkan, maka tugas apa saja yang dikerjakan oleh ayahnya,
semuanya itu dilaksanakan oleh Jotipala, tetapi tugas apa saja
yang tidak dikerjakan oleh ayahnya, semuanya itu juga tidak
dikerjakannya. Dan pekerjaan apa saja yang telah diurus oleh
ayahnya, demikian pula yang diurus oleh Jotipala, dan bukan yang
lain. Karena hal inilah maka Jotipala di panggil 'Maha Govinda'.
Setelah berselang beberapa waktu, maka Govinda menemui keenam
Kesatria kawannya dan berkata kepada mereka: "Raja Disampati
telah tua dan berusia lanjut, masa kehidupannya akan segera
berakhir. Siapakah yang dapat mempertahankan kehidupan? Bila
mana Raja meninggal, maka pantaslah bagi penobatan-raja,
menobatkan Pangeran Ranu menjadi Raja. Saudara-saudara, saya
sarankan supaya kamu menemui Pangeran Ranu dan katakan
kepadanya:"Kami disayangi, dicintai, dan bersahabat karib dengan
junjungan kami Pangeran Ranu. Kami berbahagia bila junjungan
kami bahagia, kami tidak bahagia bila beliau tidak bahagia. Raja
Disampati junjungan kami telah tua, berusia lanjut dan masa
kehidupannya akan segera berakhir. Siapakah yang dapat
mempertahankan kehidupan? Bila Raja meninggal, maka pantas bagi
penobat-raja menobatkan junjungan kami Pangeran Ranu menjadi
Raja. Bila Junjungan kami Pangeran Ranu mendapat anugrah, semoga
kami mendapat bagian dari anugrah tersebut pula."
"Baiklah," jawab keenam Kesatria, lalu mereka pergi menemui
Pangeran Ranu, dan menyampaikan pesan tersebut."Kawan-kawan,
mengapa? Siapakah di samping saya yang akan jaya di kerajaan ini
bila bukan kamu? Bila saya mendapat kekuasaan pada kerajaan,
saya akan membagikan kepada kamu."
Setelah beberapa waktu berselang, Raja Disampati meninggal.
Setelah Beliau meninggal, penobat-raja menobatkan Pangeran Ranu
menjadi Raja. Setelah Ia menjadi Raja, Ia tenggelam dalam
pemuasan nafsu inderianya. Kemudian Maha Govinda menemui keenam
kesatria kawannya dan berkata:"Kawan-kawan, Raja Disampati telah
meninggal, dan junjungan Raja Ranu tenggelam dalam pemuasan
nafsu inderianya. Kawan-kawan, siapakah yang dapat menjawab?
Pemuasan inderia adalah sangat memikat. Saya sarankan Kamu
menemui Raja Ranu dan katakan kepadanya:" Raja Disampati telah
meninggal, junjunganku Pangeran Ranu telah dinobatkan menjadi
raja. Apakah junjunganku, ingat janjinya?"
"Baiklah, kawan" jawab keenam Kesatria, dan pergi menemui Raja
Ranu dan berkata:"Raja Disampati telah meninggal, junjunganku
Pangeran Ranu telah dinobatkan menjadi raja. Apakah junjunganku,
ingat janjinya?"
"Kawan-kawan, saya ingat janjiku. Siapakah di antara kamu yang
dapat membagi dengan baik kerajaan yang maha luas ini, yang luas
di utara dan berbentuk mulut kereta di selatan, menjadi tujuh
bagian yang sama?"
"Baginda, siapakah yang dapat melakukannya kalau bukan Brahmana
Maha Govinda?"
Maka Raja Ranu menyuruh seseorang memanggil Maha Govinda dengan
bersabda:"Saudara yang baik, ke mari. Pergi temui Maha Govinda
dan katakan kepadanya:'Raja memanggil-Mu'".
Maha Govinda diberitahu, menyetujuinya, dan datang menghadap
raja, setelah memberi hormat dan saling menyapa dengan hormat,
Ia duduk disamping. Kemudian Raja bersabda kepada-Nya:"Maha
Govinda, dapatkah kamu pergi membagi tanah kerajaan yang maha
luas ini, yang luas di utara dan berbentuk mulut kereta di
selatan, menjadi tujuh bagian yang sama?"
"Baiklah, Baginda," jawab Maha Govinda. Dan Ia melakukannya.
Dan hasilnya, kerajaan dari Raja Ranu terletak dibagian tengah,
seperti yang dikatakan:
Dantapura bagi Kalinga, Potana bagi Assaka
Mahissati bagi Avanti, Roruka bagi Sovira
Mithila bagi Videha, Campa bagi Anga
Akhirnya Benares dalam kerajaan Kasi: semua ini telah di bagi
oleh Maha Govinda dengan baik.
Keenam Kesatria merasa senang dengan bagian Mereka
masing-masing, yang sesuai dengan cita-cita Mereka. Karena itu,
Mereka berkata:"Apa yang Kami inginkan, apa yang Kami sukai, apa
yang Kami maksudkan, apa yang Kami tujui, itulah yang telah Kami
dapati."
Dan ketujuh Raja ini dinamakan:
Sattabhu dan Brahmadatta, Vessabhu dengan Bharata
Ranu dan dua Dhatarattha. Inilah ketujuh Bharata.
Kemudian keenam Kesatria itu menemui Maha Govinda, dan berkata
kepada-Nya:"Saudara Govinda menyayangi, mencintai dan bersahabat
baik dengan Raja Ranu, demikian pula Ia menyayangi, mencintai
dan bersahabat baik dengan Kami. Kami mengharapkan Maha Govinda
mengurus urusan Kami, Kami harap Ia tidak menolak."
"Baiklah," jawab Maha Govinda. Demikianlah maka Ia menasehati
ketujuh Raja yang telah dinobatkan itu tentang cara mengatur
pemerintahan, dan Ia pun mengajar mantra-mantra kepada Tujuh
Orang Brahmana kaya, dan Tujuh Ratus Siswa.
Tidak lama kemudian, reputasi baik dari Brahmana Maha Govinda
tersiar sampai keluar kerajaan, dengan kata-kata pujian sebagai
berikut:"Dengan matanya sendiri, Maha Govinda melihat Brahma!
Maha Govinda bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan meminta
Bimbingan-Nya!"
Sementara itu, Maha Govinda berpikir:"Berita kepopuleran-Ku
telah tersiar sampai keluar kerajaan, dengan kata-kata pujian
seperti itu, bahwa 'Saya telah melihat Brahma, Saya telah
bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan meminta
Bimbingan-Nya'. Sesungguhnya Saya belum pernah melihat-Nya,
belum pernah bertemu dengan-Nya, belum pernah bercakap-cakap
atau meminta Bimbingan-Nya. Tetapi Saya telah mendengar dari
Orang-Orang Tua, Para Brahmana terhormat, Para Guru dan Para
Siswa yang mengatakan bahwa 'Orang yang bersemadi selama empat
bulan musim hujan dengan mencapai tingkat-tingkat Jhana, Ia
dapat melihat Brahma, bertemu dengan Brahma, bercakap-cakap dan
mendapat Bimbingan-Nya. Jika demikian, lebih baik Saya
melaksanakan cara itu.
Demikianlah, maka Maha Govinda pergi menghadap Raja, dan
memberitahukan tentang berita yang tersiar mengenai diri-Nya,
dan tentang keinginan-Nya untuk mempraktekkan samadhi, serta
menambahkan:"Baginda, Saya ingin bersamadhi selama empat bulan
musim hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana. Jangan biarkan
siapa pun menemui-Ku, kecuali orang yang membawa makanan
untuk-Ku."
"Lakukanlah apa yang Kau inginkan, Maha Govinda."
Selanjutnya Maha Govinda mendatangi setiap kawan-Nya dan
mengatakan kepada keenam kawan-Nya tersebut tentang hal yang
sama, dan memohon diri dari Mereka pula.
Setelah itu, Ia menemui tujuh orang Brahmana kaya dan tujuh
ratus siswa, dan mengatakan kepada Mereka tentang berita yang
telah tersiar mengenai diri-Nya, juga tentang keinginan-Nya
untuk Bersamadhi, dan berkata:"Saudara-saudara, sesuai dengan
Mantra-Mantra yang telah Kamu dengar dan hafalkan, maka
ulang-ulangilah itu dengan baik, dan Kamu saling mengajarkan apa
yang masing-masing Kamu ketahui. Saudara-saudara, Saya ingin
Bersamadhi selama empat bulan musim hujan untuk mencapai
tingkat-tingkat Jhana. Jangan biarkan siapa pun datang
menemui-Ku, kecuali orang yang membawa makanan untuk-Ku."
"Lakukanlah apa yang Kau inginkan, Maha Govinda."
Setelah itu, Ia pergi menemui empat puluh orang istri-Nya yang
semua-Nya mempunyai hak yang sama, dan mengatakan kepada Mereka
tentang berita yang telah tersiar mengenai diri-Nya, dan
keinginan-Nya untuk Bersamadhi. Dan Mereka pun memberikan
jawaban yang sama seperti apa yang dikatakan oleh
Kawan-kawan-Nya.
Kemudian, untuk maksud tersebut, maka sebuah rumah
peristirahatan didirikan disebelah timur kota untuk Maha
Govinda. Dan di situlah Ia Bersemadhi selama empat bulan musim
hujan untuk mencapai tingkat-tingkat Jhana, dan tidak ada
seorang pun yang menemui-Nya, kecuali orang yang membawa makanan
untuk-Nya. Tetapi, setelah empat musim hujan berlalu, perasaan
tidak puas dan kebosanan meliputi diri-Nya ketika Ia
berpikir:"Saya telah mendengar dari orang-orang tua, Para
Brahmana terhormat, para Guru dan Siswa-Siswa yang berkata bahwa
Orang yang bersemadi selama empat bulan musim hujan dengan
mencapai tingkat-tingkat Jhana dapat melihat Brahma, bertemu
dengan Brahma, bercakap-cakap dan mendapat Bimbingan Brahma."
Tetapi Saya tidak melihat Brahma, tidak bertemu dengan Brahma,
tidak bercakap-cakap ataupun mendapat Bimbingan dari Brahma."
Ketika Dewa Brahma Sanamkumara mengetahui apa yang sedang
dipikirkan oleh Maha Govinda, Ia lenyap dari alam Brahma
bagaikan Seorang yang gagah perkasa merentangkan kedua
tangan-Nya atau merapatkan tangan-Nya, Ia muncul didepan Maha
Govinda. Ketika Maha Govinda melihat keadaan yang belum pernah
dilihat-Nya ini, Ia takut, gemetar dan bulu romanya berdiri
berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara dengan Syair-Syair ini:
"Siapakah Anda yang nampak indah menarik dan gemilang. Kami
bertanya karena tidak mengenal-Mu, dengan bertanya Kami akan
mengetahui-Mu." "Di Alam Brahma, Saya dikenal sebagai
Sanamkumara, semua Dewa mengenal-Ku, demikian pula dengan
Govinda."
"Seandainya air untuk mencuci kaki, bawalah madu, kue dan
minuman untuk Brahma. Kami menanyakan apa yang baik dan
diperlukan oleh-Mu. Semoga itu dinyatakan kepada Kami." "Dengan
ini, Kami menerima pemberian-Mu yang seperti Kamu katakan
Govinda. Tanyakanlah apa yang Kamu butuhkan untuk Kesejahteraan
dan Kebahagiaan pada sekarang ini atau untuk masa yang akan
datang."
#Post#: 301--------------------------------------------------
Re: Maha Govinda Suttram
By: ajita Date: June 5, 2017, 8:27 am
---------------------------------------------------------
Lalu Maha Govinda berpikir:"Kesempatan yang baik telah diberikan
pada-Ku oleh Dewa Brahma Sanamkumara! Apakah yang akan Saya
minta kepada-Nya? Sesuatu yang berguna pada kehidupan ini atau
sesuatu untuk kehidupan yang akan datang?" Selanjutnya pikiran
ini pun muncul:"Saya ahli dalam hal yang berguna pada kehidupan
sekarang ini. Karena orang lainpun datang untuk meminta
nasehat-Ku. Bukankah lebih baik Saya meminta sesuatu yang
berguna dari Dewa Brahma Sanamkumara untuk kehidupan yang akan
datang? Maka Ia berkata kepada Dewa Brahma Sanamkumara dengan
Syair ini:"O, Brahma Sanamkumara, Saya meminta kepada-Mu, untuk
melenyapkan keragu-raguan-Ku, Saya menanyakan hal-hal yang orang
lain pun ingin sekali ketahui: Dengan melaksanakan cara apakah
maka orang yang tidak kekal dapat mencapai kekekalan Alam
Brahma?" "O, Brahmana, orang yang membuang rasa 'Ke-akuan' dan
'Milikku' dia yang batinnya berada dalam ketenangan, penuh
dengan kasih sayang, bebas dari bau busuk manusia, hidup dalam
kesucian. Inilah cara yang dilaksanakan oleh orang yang tidak
kekal untuk mencapai kekekalan di Alam Brahma."
"Apa yang dimaksud dengan meninggalkan rasa 'Ke-akuan' dan
'Milikku', Saya mengerti. Itu maksudnya adalah meninggalkan
semua harta, apakah itu besar maupun kecil, meninggalkan hidup
berkeluarga apakah itu besar maupun kecil, dan dengan mencukur
rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning meninggalkan
kehidupan duniawi dan menjadi Pertapa, demikianlah yang Saya
mengerti. Apa yang dimaksud dengan batin yang berada dalam
ketenangan', Saya mengerti. Itu maksudnya adalah bila seseorang
tinggal di tempat yang tenang di Hutan, di bawah pohon, di
lereng gunung, dalam gua, di lekukan tebing, di kuburan, atau di
atas timbunan rumput yang berada di lapangan terbuka.
Demikianlah yang Saya mengerti. Apa yang dimaksud dengan 'penuh
kasih sayang', Saya mengerti. Itu maksudnya, adalah bila
seseorang menyebarkan kasih sayangnya ke sebuah arah , ke dua
arah, ke tiga arah, ke empat arah dari alam sekelilingnya. Lebih
lanjut, dengan hati yang penuh kasih sayang yang mendalam, yang
luas sekali, tanpa batas, tanpa kebencian dan tanpa permusuhan,
ia memancarkan kasih sayangnya ke seluruh dunia, di atas, di
bawah, di sekeliling dan di mana
pun juga. Demikianlah yang saya mengerti. Tetapi, hanya dimaksud
dengan 'bebas dari bau busuk manusia' yang Saya tidak mengerti.
"O Brahma, apakah yang dimaksud dengan 'bau busuk manusia'? Hal
ini Saya tidak mengerti.`Katakanlah apa maksudnya, O Maha tahu,
karena diliputi dan dipengaruhi oleh 'bau busuk manusia.' Maka
neraka menjadi pahalanya, dan tertutup dari surga alam Brahma."
"Kemarahan, bohong, menipu, berkhianat, egois, sombong, iri,
loba, ragu-ragu, mengancam, penuh nafsu inderia, benci,
membanggakan diri, dan dungu. Dan oleh karena diliputi oleh
hal-hal ini maka manusia berbau busuk sehingga neraka yang
menjadi pahalanya, dan Alam Brahma tertutup baginya."
Saya mengerti maksud dari kata-kata yang berkenaan dengan 'bau
busuk manusia', tetapi hal itu tidak mudah dilenyapkan bila Saya
hidup berumah tangga, maka Saya akan meninggalkan kehidupan
duniawi dan menjadi Pertapa." "Laksanakanlah apa yang Kau
inginkan Govinda."
Maka Maha Govinda pergi menghadap Raja Ranu dan
berkata:"Baginda, dapatkah baginda mencari pembantu yang lain
untuk mengurus administrasi
kerajaan? Saya mau jadi pertapa seperti yang dinasehatkan oleh
Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah jika
Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi." "Raja Ranu penguasa
kerajaan, dengan ini Saya menyatakan:'Urusilah kerajaan-Mu ini,
Saya tidak dapat mengurusinya lagi." "Bila Kau merasa inderia-Mu
tidak terpuaskan, Saya akan memenuhinya, bila Kau merasa
terluka, Saya sebagai penglima perang dan penakluk akan
menyembuhkannya. Govinda, Engkau Ayahku, Saya Anak-Mu,
tinggallah dengan Kami, jangan pergi!"
"Saya tidak merasa kekurangan dan tidak ada seorang pun yang
melukai-Ku, tetapi karena Saya telah mendengar suara dari 'Yang
Bukan Manusia' maka hidup berkeluarga tidak dapat menahan-Ku
lagi." "Seperti apakah yang dimaksud dengan 'Yang Bukan Manusia'
itu? Apakah yang telah Ia katakan kepada-Mu sehingga Kau mau
meninggalkan kehidupan duniawi, keluarga dan Kami?" "Karena Saya
telah menyelesaikan masa musim Hujan , Saya melaksanakan
kehidupan sepiritual dengan meyalakan api-suci dan menebarkan
rumput kusa, dan Saya telah melihat Brahma, Dewa yang kekal,
dari alam Brahma. Saya bertanya, Ia menjawab, dan Saya
mendengar. Dan sekarang kebosanan meliputi diri-Ku."
"Govinda, Saya percaya dengan apa yang Kau katakan. Karena telah
mendengar suara 'Yang Bukan Manusia' maka tidak mungkin Kau
tidak menuruti-Nya. Kami akan mengikuti-Mu. Jadilah pembimbing
Kami, Jadilah Guru Kami. Bagaikan intan yang bersinar cemerlang,
bersih dari kotoran, tanpa noda, dan tanpa cacad. Bagaikan intan
cemerlang itulah, Kami akan patuh pada apa yang Kau katakan."
"Jika, Maha Govinda meninggalkan kehidupan duniawi menjadi
Pertapa, Saya juga akan melakukannya, karena ke mana saja Kau
pergi, Saya akan mengikuti-Mu."
Kemudian, Brahmana Maha Govinda menemui keenam Kesatria kawannya
dan berkata:"Dapatkah anda sekalian mencari pembantu lain untuk
mengurus administrasi kerajaan? Saya mau meninggalkan kehidupan
duniawi untuk menjadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh
Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah
dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi." Lalu
Keenam Kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama
berpendapat:"Brahmana ini mata duitan. Sebaiknya Kita bujuk Dia
dengan memberikan uang." Maka Mereka menemui Maha Govinda dan
berkata : "Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak harta,
ambillah sebanyak yang Kau sukai." "Cukup, kawan-kawan! Saya
memiliki banyak harta, terima kasih atas perhatian anda
sekalian. Kemewahan itulah yang menyebabkan Saya ingin
meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa, seperti
apa yang telah Saya katakan itu."
Lalu Keenam Kesatria itu pergi ke samping dan sama-sama
berpendapat:"Brahmana ini senang wanita. Sebaiknya Kita bujuk
Dia dengan wanita." Maka mereka menemui Maha Govinda dan
berkata: "Kawan, dalam tujuh kerajaan ini banyak wanita.
Ambillah sebanyak wanita yang Kamu sukai." "Cukup, kawan-kawan!
Saya telah memiliki empat puluh istri yang sama hak mereka.
Mereka semua Saya biarkan karena mau meninggalkan kehidupan
duniawi untuk menjadi Pertapa, seperti yang telah Saya katakan
itu."
"Jika Maha Govinda meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi
Pertapa, Kami juga akan melakukannya, karena kemana saja Kau
pergi, Kami akan mengikuti-Mu." "Jika Kau meninggalkan pemuasan
nafsu inderia yang mengikat hati manusia duniawi. Pertahankanlah
dengan teguh kehendak-Mu itu, kuat dalam kesabaran. Inilah
Jalan, Jalan yang lurus, Jalan ke pantai seberang, Jalan
Kebenaran yang diikuti oleh orang yang baik, menuju ke kehidupan
Brahma."
"Govinda, kalau begitu, tunggu tujuh tahun lagi, dan bila masa
itu telah berlalu, Kami juga akan meninggalkan kehidupan duniawi
untuk menjadi Pertapa, dan kemana saja Kau pergi, Kami akan
mengikuti-Mu." "Kawan-kawan, tujuh tahun itu terlalu lama! Saya
tidak dapat menunggu sampai tujuh tahun, karena hidup ini tidak
pasti. Kita mesti melihat ke depan, Kita mesti belajar dengan
menggunakan Kebijaksanaan, Kita mesti berbuat baik, Kita mesti
mengikuti Kebenaran, karena bagi siapa saja yang terlahir tidak
dapat terhindar dari kematian. Sekarang Saya mau jadi Pertapa
seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk
manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup
dalam kehidupan duniawi."
"Govinda, baiklah bila demikian tunggu enam tahun.... tunggu
lima tahun.... tunggu empat tahun.... tiga tahun.... dua
tahun.... satu tahun...., bila masa setahun telah berlalu, Kami
juga akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Para
Pertapa, dan kemana saja Kau pergi, Kami akan mengikuti-Mu."
"Kawan-kawan, setahun itu terlalu lama. Saya tidak dapat
menunggu sampai setahun, karena hidup ini tidak pasti. Kita
mesti melihat ke depan, Kita mesti belajar dengan menggunakan
Kebijaksanaan, Kita mesti berbuat baik, Kita mesti mengikuti
Kebenaran, karena bagi siapa saja yang terlahir tidak dapat
terhindar dari kematian. Sekarang Saya mau jadi Pertapa seperti
yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma karena 'bau busuk manusia'
yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam
kehidupan duniawi."
"Govinda, bila demikian tunggu tujuh bulan.... enam bulan....
lima.... empat.... tiga.... dua.... satu bulan...."
"Govinda, bila demikian tunggu setengah bulan.... tujuh hari
hingga Kami telah menyerahkan tahta Kerajaan kepada
Putera-Putera dan saudara-saudara Kami. Dan bila tujuh hari
telah berlalu, Kami akan meninggalkan kehidupan duniawi dan
menjadi Pertapa, dan ke mana saja Kau pergi, Kami akan
mengikuti-Mu."
Selanjutnya Brahmana Maha Govinda menemui tujuh orang Brahma
kaya dan tujuh ratus siswa, dan berkata: "Sekarang, sebaiknya
kamu sekalian mencari Guru lain yang mengajarkan Mantra-Mantra.
Saya akan meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjadi Pertapa.
Saya mau menjadi Pertapa seperti yang dinasehatkan oleh Dewa
Brahma, karena 'bau busuk manusia' yang tidak mudah dilenyapkan
jika Saya tetap hidup dalam kehidupan duniawi." "Maha Govinda,
sebaiknya jangan meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi
Pertapa. Karena hidup sebagai Pertapa hanya memiliki kekuasaan
sedikit dan berpenghasilan sedikit saja, tetapi hidup sebagai
Brahmana memiliki kekuasaan yang besar dan berpenghasilan
banyak."
"Saudara-saudara, jangan berkata begitu mengenai kehidupan
Pertapa ataupun kehidupan mengenai sebagai Brahmana. Siapakah
yang lebih berkuasa dan kaya dari pada Saya? Saya telah pernah
menjadi Raja dari Para Raja, menjadi Brahma dari Para Brahmana,
dan menjadi Dewa dari keluarga. Dalam hal ini, semua itu saya
tinggalkan untuk menjadi Pertapa. Saya mau menjadi Pertapa
seperti yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena 'bau busuk
manusia' yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup
dalam kehidupan duniawi."
"Jika, Maha Govinda menjadi pertapa, Kami juga akan
melakukannya, dan kemana saja Kau pergi Saya akan mengikuti-Mu."
Sesudah itu, Brahmana Maha Govinda menemui ke empat puluh
istri-Nya yang semuanya mempunyai Hak yang sama, dan
berkata:"Bila di antara kamu ada yang mau, maka Ia dapat kembali
ke keluarganya dan kawin lagi. Saya mau jadi Pertapa seperti
yang dinasehatkan oleh Dewa Brahma, karena 'bau busuk manusia'
yang tidak mudah dilenyapkan jika Saya tetap hidup dalam
kehidupan duniawi."
"Walaupun Kami mencintai keluarga Kami, tetapi Kau adalah suami
yang kami cintai. Jika Kau menjadi Pertapa, Kami juga akan
melakukannya, dan kemana saja Kau pergi, Kami akan
mengikuti-Mu."
#Post#: 302--------------------------------------------------
Re: Maha Govinda Suttram
By: ajita Date: June 5, 2017, 8:28 am
---------------------------------------------------------
Demikianlah setelah tujuh hari berselang, Brahmana Maha Govinda
mencukur rambut kepala-Nya dan janggut-Nya, mengenakan jubah
kuning, dan meninggalkan kehidupan duniawi menjadi Pertapa.
Setelah Ia berbuat demikian, tujuh Raja Kesatria yang telah
dimahkotai, tujuh Brahmana kaya, tujuh ratus siswa, empat puluh
istri yang mempunyai hak yang sama, beberapa ribu Kesatria,
beberapa ribu Brahmana, beberapa ribu pria dan wanita mencukur
rambut Mereka, mengenakan jubah kuning dan meninggalkan
kehidupan duniawi menjadi Pertapa. Dengan disertai rombongan
ini, Brahmana Maha Govinda mengembara masuk desa, kampung atau
kota, di situ Ia menjadi Raja di Raja, menjadi Brahma dari Para
Brahmana, dan menjadi Dewa dari keluarga. Dan pada waktu itu,
bila ada orang yang bersin atau tergelincir, Mereka
menyebutkan:"Termulialah Brahmana Maha Govinda! Termulialah
mentri dari tujuh Raja!"
Pada waktu itu, Brahmana Maha Govinda, selalu memancarkan cinta
kasih-Nya, kasih sayang-Nya.... simpati-Nya... dan keseimbangan
batinnya ke empat penjuru. Lebih lanjut, dengan batin yang penuh
keseimbangan batinnya ke empat penjuru. Lebih lanjut, dengan
batin yang penuh keseimbangan yang mendalam, yang luas sekali,
tanpa batas, tanpa kebencian, dan tanpa permusuhan, Ia pancarkan
keatas, ke bawah, ke sekeliling, ke mana-mana dan keseluruh
dunia. Dan Ia mengajarkan kepada murid-muridnya jalan untuk
mencapai alam Brahma.
Bagi murid-murid Maha Govinda yang mengerti semua yang
diajarkan-Nya, setelah Mereka meninggal, Mereka semua terlahir
kembali di alam Surga Brahma. Dan bagi Mereka yang tidak
mengerti semua ajaran-Nya, setelah meninggal, ada di antara
Mereka yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam Surga
Parinimmitavasavatti, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di
alam Surga Nimmanarati, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa
di alam Surga Tusita, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di
alam Surga Yama, ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di alam
Surga Tavatimsa, dan ada yang terlahir kembali sebagai Dewa di
alam Surga Catummaharajika, sedangkan Mereka yang pencapaiannya
paling rendah, terlahir kembali sebagai Gandharva. Demikianlah
Mereka semua yang ikut jadi Pertapa ternyata tidak sia-sia,
karena masing-masing menikmati hasil dan mendapat kemajuan."
"Apakah Sang Bhagava mengingat-Nya?"
"Ya, Saya mengingat-Nya, Pancasikha. Pada waktu itu, Saya adalah
Maha Govinda. Saya mengajarkan kepada Murid-Murid-Ku 'Jalan
untuk mencapai Alam Brahma'. Tetapi, Pancasikha, kehidupan
spiritual itu tidak menghasilkan penglihatan, tidak menghasilkan
kedamaian, tidak menghasilkan pengertian luhur dan tidak
menghasilkan penerangan dan Nibbana. Pancasikha, tetapi
sekarang, dengan cara 'Kehidupan Spiritual-Ku' dapat
menghasilkan penglihatan, pengertian, kedamaian, pengertian
luhur, penerangan dan Nibbana. Cara ini adalah 'Jalan Luhur
Berunsur Delapan' , yaitu:
Pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar,
penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan samadhi
benar.
Pancasikha, murid-murid-Ku yang mengerti semua yang diajarkan,
setelah Mereka melenyapkan semua kekotoran batin, menembus
Kebenaran, merealisasikan dan mencapainya, sehingga pada masa
kehidupan ini pun Mereka bebas dari Kekotoran Batin, batin
Mereka menjadi Suci, penuh Kebijaksanaan dan Mereka mencapai
Kesempurnaan. Dan bagi Mereka yang tidak mengerti semua apa yang
Saya Ajarkan, di antara Mereka ada yang telah melenyapkan lima
samyojana pertama, setelah Mereka meninggal langsung terlahir
kembali dan di alam kelahiran itu, Mereka akan mencapai Nibbana
dan tidak akan terlahir di alam kehidupan Kita ini. Diantara
Mereka ada yang telah melenyapkan tiga samyojana dan melemahkan
rasa ketidaksenangan, nafsu inderia dan kebodohan, Mereka
menjadi Sakadagami yang akan terlahir sekali lagi di alam ini
dan melenyapkan tiga samyojana dan menjadi Sotapanna, yang tidak
akan pernah terlahir lagi di alam yang menyedihkan, dan telah
pasti akan mencapai Penerangan Sempurna nanti. Pancasikha,
demikianlah, Mereka semua yang meninggalkan kehidupan duniawi
ternyata tidak sia-sia, karena masing-masing menikmati hasil dan
mendapat kemajuan."
Demikianlah Sabda Sang Bhagava, dan Pancasikha Gandhaba bersuka
cita atas Uraian Sang Bhagava, dan dengan kegembiraan dan suka
cita Ia menghormat Sang Bhagava, lalu Ia meninggalkan tempat itu
dengan berjalan di sebelah kanan.
#Post#: 303--------------------------------------------------
Re: Maha Govinda Suttram
By: ajita Date: June 5, 2017, 8:28 am
---------------------------------------------------------
[center]Adalah Seseorang (Maha Moggalana Thera) yang berpikiran
untuk mengajukan pada Dewa Brahma pertanyaan ini Di Gedung
Pertemuan Para Dewa, Sudhamma di Surga: 'Apakah masih ada dalam
dirimu, 'Sobat, pandangan yang pernah muncul? 'Apakah
gemerlapnya Surga 'Dengan jelas terlihat olehmu berlalu?' Brahma
memberi jawaban Secara jujur terhadap pertanyaan bagi Saya:
'Tidaklah lagi terdapat dalam diriku, 'Tuan, pandangan yang
pernah muncul; 'Semua gemerlap Surga 'Saya sekarang dengan jelas
melihatnya berlalu; 'Saya mengutuk pernyataan saya yang dulu
'Sebagai yang permanen, kekal,.
<Majjhima Nikaya No. 50>
Sekarang muncullah di dunia ini seorang Tathagata, Yang Maha
Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Sempurna Pikiran
dan Perbuatan-Nya, Yang Maha Mulia, Pengenal semua Alam,
Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan
manusia, yang patut dimuliakan. Ia lantas mengajarkan
Dhamma:"Ini adalah dukkha; ini adalah asal dari dukkha; ini
adalah akhir dari dukkha; ini adalah jalan menuju akhir dari
dukkha." Dan dewa-dewa itu yang berumur panjang, yang
bergemerlapan dengan kecantikan, yang berdiam dengan penuh
kesenangan dan untuk waktu yang lama berada dalam rumah-rumah
surgawi yang megah, bahkan mereka, setelah mendengar Sang
Bhagava mengajarkan Dhamma, tertimpa ketakutan, kegelisahan dan
tergetar: "Aduh celaka, kita yang, sebenarnya, tidak permanen,
percaya bahwa kita adalah permanen! Kita yang, sebenarnya,
rapuh, percaya bahwa kita berkesinambungan! Kita yang,
sebenarnya, tidak kekal, percaya bahwa kita kekal adanya!Tetapi,
yang benar adalah bahwa, kita adalah tidak permanen, rapuh,
tidak kekal, terpikat dalam kepribadian!"
<Anguttara Nikaya, Cattuka nipata, No. 33>
Jika seseorang berubah kepercayaan untuk kemudian percaya pada
Sang Buddha, Sang Tathagata tidak akan menipu mereka, karena
Beliau tidak memiliki perasaan serakah dan iri, dan Beliau pun
bebas dari segala akibat Hukum. Jadi Sang Buddha, di alam
semesta, merupakan Manusia yang benar-benar tiada cela.
<Upaya kausalya Parivartah>
Namah Samanta Vajranam He He Kimcirayasi Grhna Grhna Khada Khada
Paripuraya Sarva Kimkaranam Svaprativijnam Svaha.
Semoga semua kejadian buruk yang akan menimpa Negara China dan
Negara Thailand langsung musnah dengan Kebajikan Mahayana Puja
ini.
Namah Samanta Buddhanam Sarva Klesa Nirsudana Sarva Dharma
Vasitah Prapta Gagana Sama Asama Svaha.
Semoga semua Rakyat China dan Rakyat Thailand dalam wujud
apapun, yang menderita di alam sengsara terbebaskan dan
berbahagia bersama Para Tathagata.
Namah Samanta Buddhanam Varade Vara Prapta Hum.
Semoga semua mahluk alam rendah, para ikan, babi, anjing,
unggas, ular, serangga, binatang berkaki banyak, sapi, burung,
cacing, hantu kelaparan, mahluk neraka avici yang menderita
bebas dari semua deritanya dan lahir di Buddhaloka.
Namah Samanta Buddhanam Vam Vam Vam Hum Hum Phat Svaha.
Semoga semua Pemimpin China dan Pemimpin Thailand mencintai
Kebajikan, melakukan Kebajikan, menyebarkan Kebajikan dan
berlindung pada Buddha Sasana.
Namah Samanta Buddhanam Dhrim Dhrim Rim Rim Jrim Jrim Svaha.
Semoga semua Bhikku mencapai Kesucian Arahat sebelum
meninggalkan dunia ini.
Namah Samanta Buddhanam Aparajite Jayamti Tadite Svaha.
Semoga semua Rakyat Di Afrika dihapuskan semua karma buruknya
dan memperoleh keyakinan kepada Buddha Sasana dan diakhir
kehidupannya langsung lahir di Buddhaloka.
Namah Samanta Buddhanam Om Dhuru Dhuru Prthiviye Svaha.
Semoga tanah China, Thailand dan Benua Afrika menjadi subur
bebas dari bencana api, air, angin, penyakit, dan bahaya
lainnya.
Namah Samanta Buddhanam Apratihatasasanam Tadyatha Om Kha Kha,
Khahi Khahi, Hum Hum, Jvala Jvala, Para Jvala Para Jvala, Tistha
Tistha, Sittir Sittir, Saphat Saphat, Santika, Sriye Svaha.
Semoga Maha Tantrayana Bodhisattva Mahasattva Lian Sheng Lu Shen
Yen berhasil Mendapatkan Kebijaksanaan Sang Tathagata dan
Mencapai Tingkat Kesucian Arahat Patisambhidapato sebelum
meninggalkan dunia ini.[/center]
*****************************************************
You are viewing proxied material from gopher.createaforum.com. The copyright of proxied material belongs to its original authors. Any comments or complaints in relation to proxied material should be directed to the original authors of the content concerned. Please see the disclaimer for more details.