Introduction
Introduction Statistics Contact Development Disclaimer Help
Return Create A Forum - Home
---------------------------------------------------------
Mahayana Bodhicitta Vajra
https://bodhicitta.createaforum.com
---------------------------------------------------------
*****************************************************
Return to: Arya Mahayana
*****************************************************
#Post#: 10--------------------------------------------------
Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta Nam
a Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:03 am
---------------------------------------------------------
[center]MAHAYANA TRIPITAKA SUTTRAM
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/png_a_di_da_phat_buddha_kwan…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/png_a_di_da_phat_buddha_kwanyi…
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/ZPSvJsGap-0" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/vajrapani_0_1.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/vajrapani_0_1.jpg.html
Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
BAB 1
Pertanyaan[/center]
Demikianlah telah kudengar, pada suatu waktu (evam maya srutam
ekasmin samaye) : sang Bhagav&#257;n Buddha sedang berada di
Rajagrha, di taman tupai Kalandaka, di hutan bambu veluvana
dengan perkumpulan majelis besar yang berjumlah lima ratus Maha
Sravaka Bhiksu Samgha, yang semuanya telah mencapai Arhan, yang
arus keluarnya telah dihabiskan (ksinasrava), yang terbebas dari
kekotoran batin (nihklesa), yang telah mencapai penguasaan
(vasibhuta), yang telah melaksanakan kewajiban (krta-krtya),
yang telah melaksanakan tugas (krta-karaniya), yang telah
meletakkan beban (apahrta-bhara), yang telah 'memperoleh tujuan
mereka sendiri (anuprapta-svakartha)', yang telah menghancurkan
belenggu dari keberadaan (pariksina-bhavasamyojana), yang
pikirannya sepenuhnya terbebaskan oleh pengetahuan yang sempurna
(samyagajna-suvimukta-citta), yang telah mencapai keunggulan
dari penguasaan keseluruhan atas pikiran
(sarva-cetovasi-parama-parami-prapta), dan memperoleh delapan
pembebasan (astavimoksa), dengan pengecualian tunggal sang
Ayusma Ananda. Pada saat itu, sang Bodhisattva Mahasattva yang
bernama Bhadrapala, telah meninggalkan kota Rajagrha, dan dalam
rangka untuk mendengar Dharma, telah menjadi pengikut sang
Bhagav&#257;n, bersama-sama dengan lima ratus Bodhisattva
Mahasattva, yang semuanya adalah penghuni rumah (grhastha) dan
menjaga latihan lima sila (panca-siksapada). Kemudian,
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva setelah keluar di sore hari
dari meditasi teratur (sayahna-kala-samaye pratisamlayanad
vyutthaya), pergi ke tempat di mana sang Bhagav&#257;n sedang
berada, dan, setelah tiba maju ke depan (upasamkramya) dan
memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang
Bhagav&#257;ta (bhagavatah padau sirasa vanditva), dan berputar
mengelilingi-Nya tujuh kali (saptakrtvah pradaksinikrtya),
Mereka kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Dengannya ada juga lima ratus Bhikshu, setelah keluar di sore
hari dari meditasi teratur, pergi ke tempat di mana sang
Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan
memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang
Bhagav&#257;ta, dan berputar mengelilingi-Nya tujuh kali, Mereka
kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Pada waktu itu, Ayusma Sariputra dan Ayusma Mahamaudgalyayana,
setelah melewatkan musim hujan (varsa) di kota besar Sravasti,
mengadakan perjalanan pada waktunya melalui negeri itu dengan
lima ratus Bhiksu, dan datang ke kota besar Rajagrha, ke taman
tupai Kalandaka di hutan bambu veluvana, pergi ke tempat di mana
sang Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah tiba maju ke
depan dan memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki
sang Bhagav&#257;ta, dan berputar mengelilingi-Nya tiga kali,
Mereka kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Kemudian sang Bhagav&#257;n menampilkan kekuatan ajaib-Nya
(rddhy-abhisamskaram abhisamskr), sehingga semua Bhiksu yang
sedang tinggal dan hidup di wilayah berbeda datang ke kota besar
Rajagrha, ke taman tupai Kalandaka di hutan bambu veluvana, ke
tempat di mana sang Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah
tiba maju ke depan dan memuliakan dengan menundukkan kepalanya
menyentuh kaki sang Bhagav&#257;ta, dan berputar
mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka kemudian mundur dan duduk di
satu sisi di hadapan sang Bhagav&#257;n, yang demikian itu
adalah kekuatan ajaib yang Dia lakukan. Dan pada waktu itu,
seratus ribu Bhiksu telah berkumpul bersama-sama dan duduk di
taman tupai Kalandaka di hutan bambu veluvana.
Kembali lagi sang Bhagav&#257;n menampilkan kekuatan ajaib-Nya,
sehingga sang Bhiksuni Mah&#257;praj&#257;pat&#299;
Gautam&#299;, bersama-sama dengan tiga puluh ribu Bhiksuni,
datang ke kota besar Rajagrha, ke taman tupai Kalandaka di hutan
bambu veluvana, ke tempat di mana sang Bhagav&#257;n sedang
berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan memuliakan dengan
menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang Bhagav&#257;ta, dan
berputar mengelilingi-Nya tujuh kali, Mereka kemudian mundur dan
duduk di satu sisi di hadapan sang Bhagav&#257;n, yang demikian
itu adalah kekuatan ajaib yang Dia lakukan.
Kembali lagi sang Bhagav&#257;n menampilkan kekuatan ajaib-Nya,
sehingga Ratnakara Bodhisattva Mahasattva meninggalkan kota
besar Vaisali, di dampingi (parivrta) dan diikuti (puraskrta)
oleh dua puluh delapan ribu pemuda licchavi (licchavi-kumara
astavimsatisahasra), dan datang ke kota besar Rajagrha, ke taman
tupai Kalandaka di hutan bambu veluvana, ke tempat di mana sang
Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan
memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang
Bhagav&#257;ta, dan berputar mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka
kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Guhagupta Bodhisattva Mahasattva, juga meninggalkan kota besar
Campa, di dampingi dan diikuti oleh dua puluh delapan ribu
Makhluk (pranin), dan datang ke kota besar Rajagrha, ke taman
tupai Kalandaka di hutan bambu veluvana, ke tempat di mana sang
Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan
memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang
Bhagav&#257;ta, dan berputar mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka
kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Naradatta Bodhisattva Mahasattva, juga meninggalkan kota besar
Varanasi, di dampingi dan diikuti oleh dua puluh delapan ribu
Makhluk, dan datang ke kota besar Rajagrha, ke taman tupai
Kalandaka di hutan bambu veluvana, ke tempat di mana sang
Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan
memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang
Bhagav&#257;ta, dan berputar mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka
kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Susima Bodhisattva Mahasattva, juga meninggalkan kota besar
Kapilavastu, di dampingi dan diikuti oleh dua puluh delapan ribu
Makhluk, dan datang ke kota besar Rajagrha, ke taman tupai
Kalandaka di hutan bambu veluvana, ke tempat di mana sang
Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan
memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang
Bhagav&#257;ta, dan berputar mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka
kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Mahasusarthavaha Bodhisattva Mahasattva bersama-sama dengan sang
grhapati Anathapindika, juga meninggalkan kota besar Sravasti,
di dampingi dan diikuti oleh dua puluh delapan ribu Makhluk, dan
datang ke kota besar Rajagrha, ke taman tupai Kalandaka di hutan
bambu veluvana, ke tempat di mana sang Bhagav&#257;n sedang
berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan memuliakan dengan
menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang Bhagav&#257;ta, dan
berputar mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka kemudian mundur dan
duduk di satu sisi di hadapan sang Bhagav&#257;n.
Indradatta Bodhisattva Mahasattva, juga meninggalkan kota besar
Kausambi, di dampingi dan diikuti oleh dua puluh delapan ribu
Makhluk, dan datang ke kota besar Rajagrha, ke taman tupai
Kalandaka di hutan bambu veluvana, ke tempat di mana sang
Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan
memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang
Bhagav&#257;ta, dan berputar mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka
kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Varunadeva Bodhisattva Mahasattva, juga meninggalkan kota besar
Saketa, di dampingi dan diikuti oleh dua puluh delapan ribu
Makhluk, dan datang ke kota besar Rajagrha, ke taman tupai
Kalandaka di hutan bambu veluvana, ke tempat di mana sang
Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan
memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang
Bhagav&#257;ta, dan berputar mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka
kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Raja Ajatasatru dari Rajagrha mahanagari, di dampingi dan
diikuti oleh tiga puluh ribu orang, datang ke tempat dimana sang
Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan
memuliakan dengan menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang
Bhagav&#257;ta, dan berputar mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka
kemudian mundur dan duduk di satu sisi di hadapan sang
Bhagav&#257;n.
Dewa C&#257;turmah&#257;r&#257;jik&#257;, Sakra devanamindra,
Brahm&#257; Sah&#257;mpati, dan devaputra Sribhadra juga, di
dampingi dan diikuti oleh banyak ratusan ribu koti nayuta dari
para Dewa, datang ke tempat dimana sang Bhagav&#257;n sedang
berada, dan, setelah tiba maju ke depan dan memuliakan dengan
menundukkan kepalanya menyentuh kaki sang Bhagav&#257;ta, dan
berputar mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka kemudian mundur dan
duduk di satu sisi di hadapan sang Bhagav&#257;n.
Devaputra Mahesvara juga, di dampingi dan diikuti oleh banyak
ribuan Dewaputra dari alam Suddhavasa, surga Akanistha, datang
ke tempat dimana sang Bhagav&#257;n sedang berada, dan, setelah
tiba maju ke depan dan memuliakan dengan menundukkan kepalanya
menyentuh kaki sang Bhagav&#257;ta, dan berputar
mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka kemudian mundur dan duduk di
satu sisi di hadapan sang Bhagav&#257;n.
Para Raja Asura dari empat penjuru arah juga, dengan banyak
ratusan ribu koti nayuta dari para Asura; Raja Naga Nanda dan
Upananda juga, dengan banyak ratusan ribu koti nayuta dari para
Naga; Raja Naga Anavatapta juga, dengan banyak ratusan ribu koti
nayuta dari para Naga; Raja Naga Manasvin juga, dengan banyak
ratusan ribu koti nayuta dari para Naga; Raja Naga Elapatra
juga, dengan banyak ratusan ribu koti nayuta dari para Naga
datang ke tempat dimana sang Bhagav&#257;n sedang berada, dan,
setelah tiba maju ke depan dan memuliakan dengan menundukkan
kepalanya menyentuh kaki sang Bhagav&#257;ta, dan berputar
mengelilingi-Nya tiga kali, Mereka kemudian mundur dan duduk di
satu sisi di hadapan sang Bhagav&#257;n. Yang demikian itu
adalah kekuatan ajaib yang Dia lakukan.
Pada waktu itu, di trisahasra-maha-sahasra-lokadhatu ini, dari
sini ke atas hingga sejauh Brahmaloka, tidak ada ruang yang
tidak terisi dengan yang sangat agung (mahesakhyamahesakhya)
para Dewa, Naga, Yaksa, Gandharva, Asura, Garuda, Kinnara, dan
Mahoraga, yang bahkan ujung tongkat tidak bisa dimasukkan
kedalamnya.
Kemudian Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva bangkit dari tempat
duduknya, mengatur jubah bagian atasnya di satu bahu,
menempatkan lutut kanannya ke tanah, menggabungkan tangan-Nya
bersama-sama beranjali kearah sang Bhagav&#257;n, dan berkata
kepada sang Bhagav&#257;ta (atha khalu bhadrapalo bodhisattvo
mahasattva utthayasanad ekamsam uttarasangam krtva daksinam
janumandalam prthivyam pratisthapya yena bhagavams tenanjalim
pranamya bhagavantam idam avocat) : "Saya ingin mengajukan
pertanyaan, kepada sang Bhagavata Tathagata Arhanta
Samyaksambuddha tentang hal tertentu, jika kepada saya, sang
Bhagavan mau memberi kesempatan untuk menjelaskan pertanyaan
yang akan diajukan itu. (prccheyam aham bhagavantam tathagatam
arhantam samyaksambuddham kamcid eva pradesam sacen me bhagavan
avakasam kuryat prstaprasnavyakaranaya)."
Ketika itu dikatakan (evam ukte), sang Bhagav&#257;n berkata
kepada Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva : "Bertanyalah anda
pada sang Tathagata Arhanta Samyaksambuddha, apapun yang
dinginkan. Saya, dengan menjelaskan permintaan-permintaan itu,
akan menyenangkan pikiran anda (prccha tvam tathagatam arhantam
samyaksambuddham yad yad evakanksasi. aham te tasya tasya
prasnasya vyakaranena cittam aradhayisye)."
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva bertanya kepada sang
Bhagav&#257;n : "Bhagav&#257;n, apa jenis dari Samadhi yang
harus para Bodhisattva praktekkan sehingga : kebijaksanaan yang
Mereka capai dari pembelajaran (sruti) sama seperti lautan, atau
sama seperti gunung Sumeru; Mereka memiliki himpunan
pembelajaran (sruta-samnicaya); Mereka terbebas dari keraguan
(kanksa) dari apa yang mereka dengar; Mereka terbebas dari
ketidakpastian (samsaya); Mereka terbebas dari kebingungan
(vimati); Mereka tidak kekurangan (ahina) dan tidak cacat
(aparihina) untuk mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi, tanpa
pernah mundur; Mereka tidak pernah dilahirkan di antara yang
bodoh atau yang tidak menguntungkan (aksana); Mereka mengingat
kelahiran (jati-smara) dan mengantisipasi apa yang akan datang;
Mereka menjadi yang bahkan di dalam mimpi tidak pernah
kehilangan penglihatan terhadap para Tathagata; Mereka memiliki
bentuk yang bagus (abhirupa), indah (prasadika), tampan
(darsaniya) dan di berkahi dengan keunggulan tertinggi dari
kemegahan dan keindahan (paramaya subha-varna-puskarataya
samanvagata); Saat anak-anak, Mereka selalu lahir dalam keluarga
yang mulia (ucca-kula) dan keluarga yang besar (maha-kula);
Mereka dihormati dan dicintai oleh semua orang tua, saudara,
kerabat dan teman-teman; Mereka memiliki pengikut (parivara)
yang sangat banyak, dan yang pengikutnya tidak dapat di pisah
(abhedya-parivara); Mereka memiliki pemahaman (gati); Mereka
memiliki kesadaran penuh (smrti); Mereka memiliki kecerdasan
(mati); Mereka termasyhur (sri); Mereka memiliki keteguhan
(dhrti); Mereka memiliki kekuatan ajaib (rddhi); Mereka memiliki
kebijaksanaan (prajna); Mereka memiliki kebajikan (punya);
Mereka memiliki kesopanan (hri); Mereka sangat berbakat dan
memiliki pembelajaran yang luas; Mereka membebaskan diri sendiri
dalam perdebatan sungguh berbeda dari orang banyak; Mereka
menjaga diri sendiri terkendali; Mereka selalu merasakan rasa
malu; Mereka tidak pernah sombong; Mereka selalu cinta kasih dan
berbelas kasihan; Pengetahuan Mereka menembus; Mereka telah
menghancurkan kebanggaan (mana); Mereka senang di dalam cinta
kasih (maitriviharin); Mereka memiliki pengetahuan (jnana);
Mereka memiliki bakat (buddhi); Diantara yang bijaksana tidak
ada seorangpun yang menyamai Mereka dalam pemahaman; Mereka
memiliki tampilan suci yang tiada bandingan; Semangat ketekunan
(virya) Mereka sulit untuk ditandingi; Mereka membenamkan diri
di dalam Dharma; Mereka terus-menerus membenamkan diri di dalam
Dharma; Mereka memahami semua yang di dalam Dharma; Mereka
mengambil kesenangan dalam membenamkan diri di dalam keadaan
penuh sadar dan konsentrasi; Mereka membenamkan diri dalam
kekosongan, yang tiada bentuk, dan tanpa kemelekatan, dan tidak
takut dengan tiga hal ini; Mereka mengejar arti (artha); Mereka
mengejar Dharma; Mereka mengejar ketenangan yang sunyi
(samatha); Mereka mengejar wawasan kedalam sifat alami dari
kenyataan (vipasyana); Mereka mengejar meditasi (dhyana); Mereka
mengejar pemusatan konsentrasi (samadhi); Mereka mengejar
kebijaksanaan (prajna); Mereka menjadi penjaga Dharma
(dharma-dhara) dan pengajar Dharma (dharma-bhanaka); Mereka
tidak jatuh kedalam lubang besar (mahaprapata); Mereka sering
memberitakan Dharma kepada orang lain, dan Mereka menjaganya
tetap aman sebagaimana yang dianggap cocok; Di Buddhaksetra mana
pun Mereka ingin dilahirkan, selalu mendapatkan apa yang Mereka
inginkan dan tidak ada yang lain; Mereka tidak terperangkap
(parigrhita) oleh semua tempat tinggal orang sesat
(tirthikavasatha); Kekuatan pahala kebajikan dan kekuatan
keyakinan Mereka sungguh besar; Dimana pun Mereka pergi,
kekuatan tubuh Mereka kuat; Mereka semua memiliki kekuatan cinta
kasih; Mereka memiliki kekuatan penyebab (hetu-bala); Mereka
memiliki kekuatan tekad (asaya-bala); Mereka memiliki kekuatan
penerapan (prayoga-bala); Mereka semua memiliki kekuatan indera
(indriya-bala); Mereka cerdas di dalam [pemahaman dan
penggunaan] kekuatan obyek indera (arambana-bala); Mereka cerdas
di dalam kekuatan perenungan pikiran (nidhyapti-bala); Mereka
cerdas di dalam kekuatan ketenangan (samatha-bala); Mereka
cerdas di dalam kekuatan wawasan kedalam sifat alami kenyataan
(vipasyana-bala); Mereka cerdas di dalam kekuatan keyakinan
(adhimukti-bala); Mereka cerdas di dalam kekuatan sumpah
(pranidhana-bala); Mereka sama seperti lautan di dalam
pembelajaran karena selamanya tidak habis-habisnya; Mereka sama
seperti bulan purnama dari dharma yang murni (sukla-dharma)
karena bersinar di mana-mana; Karena tidak ada yang tidak
tersentuh oleh cahaya Mereka dan menghalau kegelapan dari
ketidaktahuan, Mereka sama seperti matahari ketika terbit;
Mereka sama seperti obor, karena ketika bersinar tiada halangan;
Mereka tidak melekat, pikiran Mereka menjadi sama seperti ruang
angkasa karena tidak menetap di manapun; Mereka sama seperti
Vajra, karena bisa menembus apapun; Mereka stabil seperti gunung
Meru, karena tidak dapat dipindahkan; Mereka sama seperti ambang
gerbang karena tetap teguh dan benar; Pikiran Mereka adalah
lembut sama seperti bulu angsa, karena tidak ada kekasaran di
dalamnya; Mereka meninggalkan kepentingan pribadi, dan terbebas
dari kerinduan; Mereka mengambil kesenangan di dalam pegunungan
dan di sungai (aranya), sama seperti binatang buas, tidak
mengambil kesenangan di desa (grama), kota (nagara), pasar kota
(nigama), kota kerajaan (rastra) dan pusat kerajaan (rajadhani);
Mereka selalu menjaga diri sendiri, dan tidak memiliki hubungan
dengan orang lain; Mengenai para Pertapa dan para Orang yang
dari sang Jalan, Mereka sering memberikan petunjuk dan menjaga
mereka semua; Jika orang memperlakukan Mereka dengan penghinaan
atau menganiaya, Mereka tidak pernah menghasilkan pikiran murka;
Mereka adalah yang tidak bisa diguncang (aksobhya) oleh semua
makhluk; Semua Mara tidak bisa memindahkan Mereka; Mereka
memahami Dharma dan membenamkan diri di dalam berbagai macam
kebijaksanaan; Mereka mempelajari semua Buddha-dharma, dan tidak
ada seorangpun yang dapat menyesatkan Mereka; Mereka tidak bisa
dikuasai (durabhibhava) dan memiliki tekad yang teguh
(drdhasaya) melalui cinta kasih yang besar (mahamaitri) yang
tidak dapat diganggu; Kekuasaan dan kebijaksanaan Mereka tidak
tergoyahkan; Mereka memiliki tekad yang mendalam
(gambhiradhyasaya) karena mengembara di dalam yang tiidak dapat
dipahami (anupalambha-carin) dan dalam wilayah yang tidak
terungkapkan (anabhilapya-gocara); Mereka sangat teliti
berhati-hati (apramada); Mereka memiliki tekad yang menyenangkan
(madhurasaya) melalui bersukacita dikarenakan oleh pengaruh
(vega) dari Dharma; Mereka memiliki tekad yang sangat luas
(vipuladhyasaya) melalui melaksanakan pemujaan dan persembahan
kepada semua Buddha; Mereka memiliki tekad yang bermacam-macam
(vicitradhyasaya) melalui memenuhi akar-akar kebajikan yang
bermacam-macam (vicitrakusalamula); Mereka memiliki tekad yang
sangat baik (kalyanadhyasaya) melalui memurnikan penghiasan
dengan penghiasan (alamkaralamkrta); Mereka memiliki tekad yang
menguntungkan (bhadrasaya) melalui penolakan kebohongan dan
kemarahan; Mereka memiliki tekad yang murni (parisuddhadhyasaya)
melalui memperoleh sinar dari pengetahuan yang mengetahui semua
(sarvajna-jnana); Mereka memiliki tekad yang riang-gembira
(saumanasyadhyasaya) melalui menganut kebijaksanaan yang sangat
luas dan memiliki pikiran yang murni (prasanna) dan tanpa
kekasaran (khila); Mereka memiliki tekad untuk ikut serta dalam
pertunjukkan besar (mahavyuha) melalui kemurnian penghiasan
dengan perhiasan semua sistem dunia (lokadhatu); Perilaku
Mereka, yang sangat terserap mendalam, selalu sesuai dengan
ketidakberadaan; Perilaku Mereka selalu lembut dan Mereka selalu
tergerak untuk berbelas kasihan melalui Dharma; Mereka melayani
para Buddha tanpa mengenal lelah; Perilaku Mereka beranekaragam,
dan mencapai semua jasa kebajikan; Perilaku Mereka selalu benar
sempurna; Keyakinan Mereka selalu benar, dan tidak dapat
diganggu; Perilaku Mereka selalu murni, dan dalam masa krisis
Mereka dapat bertindak tegas tanpa kesulitan; Mereka murni dalam
kebijaksanaan, yang mengerti semua; Mereka mencapai perilaku
yang menyenangkan; Mereka melenyapkan lima halangan; Dalam
pengetahuan dan perilaku, Mereka secara bertahap bekerja dengan
cara Mereka menuju alam Buddha, menghiasi semua ksetra; Dalam
disiplin sila, Mereka murni dari pikiran (manasikara) dari Arhat
dan Pratyekabuddha; Mereka memiliki ketetapan hati yang kukuh
(drdha-samadana) melalui kegigihan memikul sampai selesai
(asthiti-kriya) semua yang dikerjakan (arambha); Dalam melakukan
kebajikan (kusala-dharma), Mereka selalu memimpin dan
mengajarkan orang untuk melakukan hal yang sama; Mereka tidak
bosan dari apa yang diajarkan di antara para Bodhisattva, dan
dalam perilaku, kelebihan Mereka adalah yang tidak terbatas di
antara semua yang lain; Mereka tanpa takut di dalam aturan dari
latihan (siksa) dan kesempurnaan (paramita) dari semua
Bodhisattva; Mereka menjadi yang tidak bisa dimundurkan
(avaivartika) dalam hubungan dengan semua Buddha-dharma; Mereka
tidak bisa di kalahkan (anabhibhuta) oleh semua Mara, orang
sesat (paratirthika) dan guru penentang (parapravadin); Mereka
menerapkan diri pada semua Dharma (sarva-dharmadhimukta) melalui
mengarahkan maksud pikiran (manasikara) pada Buddha-dharma;
Tidak ada yang bisa menyentuh Mereka; Mereka tidak pernah
terpisah dari Buddha, atau gagal melihat Buddha; Mereka selalu
berpikir tentang para Buddha sebagai yang tidak berbeda dari
orang tua Mereka; Secara bertahap Mereka mencapai kekuatan ajaib
dari para Buddha dan memperoleh cahaya terang dari semua Dharma;
Penglihatan kesadaran Mereka tidak terhalang (anavarana-jnana),
dan semua Buddha berdiri di depan Mereka; Mereka sama seperti
ahli magis (maya-purusa), penguasa atas dharma yang Mereka
timbulkan - tanpa berpikir tentang hal itu sebelumnya, Mereka
menghasilkan dharma secara langsung; Dan ini tidak datang dari
mana pun, dan tidak pergi ke mana pun, sama seperti ciptaan
magis; Mereka berpikir tentang masa lampau, masa depan, dan masa
sekarang sebagai yang sama seperti hal yang ada di dalam mimpi;
Dengan membagi tubuh, Mereka pergi ke Buddhaksetra di mana-mana,
sama seperti pantulan matahari yang bersinar dalam air dapat
terlihat di mana-mana; Semua pikiran Mereka berhasil menjadi
sama seperti gema (pratisrutka), yang tidak pergi (asamkranti)
maupun tidak tinggal berdiam, namun tidak bertempat tinggal
(aniketa); Bagi Mereka lahir dan mati sama seperti bagian dari
bayangan (chaya); Mereka menyadari bahwa apa yang Mereka
pikirkan adalah kosong; Mereka menjadi yang tinggal di dalam
pengetahuan kesadaran dari yang tanpa keberadaan (abhava-jnana)
melalui melenyapkan tanggapan penglihatan dari keberadaan
(bhava-samjna); Mereka menjadi yang menggunakan 'gejala-kejadian
(dharma)' yang tanpa tanda (alaksana-dharma-parayana) melalui
ketiadaan dari yang mendua (dvayasamudacarata); Sehubungan
dengan 'gejala kejadian (dharma)', Mereka terbebas dari
pemikiran [yang membeda-bedakan]; Semua orang memandang Mereka;
[Mereka menganggap] Semua adalah sama dan tidak berbeda; Mereka
mengetahui semua Dharma, dan pikiran Mereka tidak dapat diukur;
Mereka memiliki Bodhicitta yang tidak terukur bahwa dharmadhatu
adalah ujung terakhirnya (paryanta-nistha); Mereka menjadi yang
tidak bisa diguncang dalam semua sistem dunia melalui
kelangsungan pikiran (citta-samtati) yang tidak bisa diguncang;
Di dalam semua ksetra, pikiran Mereka terbebas dari kemelekatan
dan Mereka tidak memiliki kegemaran; Mereka muncul di semua
Buddhaksetra tanpa hambatan; Mereka memasuki pintu-pintu dari
Dharani (dharani-mukha) melalui keahlian dalam menganalisa semua
kata-kata Dharma (sarva-dharma-pada-prabheda); Tentang Dharma,
Mereka hanya perlu mendengar satu untuk mengetahui sepuluh ribu;
Mereka menjadi wadah Dharma (dharma-bhajana) melalui menjadi
wadah dari semua Buddha-dharma; Mereka mampu menerima dan
menyimpan semua Dharma yang diajarkan oleh para Buddha; Mereka
menantikan para Buddha, mendapatkan semua kekuatan dari para
Buddha, dan mendapatkan semua kekuatan ajaib dari para Buddha;
Mereja menjadi ynag dipimpin oleh semua Tathagata
(sarva-tathagata-adhisthita) melalui menjadi kukuh dengan
kemuliaan (teja) dari semua Buddha; Mereka berani dan tidak
takut apa pun; Gaya berjalan Mereka adalah sama seperti yang
dari Singa yang ganas; Mereka tidak takut berbicara di semua
negeri; Mereka tidak pernah melupakan apapun yang Mereka dengar;
Dalam perdebatan Mereka adalah yang sama seperti semua Buddha,
tidak berbeda, tidak terbingungkan (amoha); Mereka memahami
kebenaran apa adanya (tathata) melalui terbebas dari keraguan
dan tidak bisa dibuat menyimpang oleh orang lain (aparapraneya)
sejauh semua dharma dihubungkan; Mereka memahami semua Dharma
dari asal mula ketidakberadaan, dan tidak takut; Jika Mereka
ingin mendapatkan Dharma maka Mereka segera mengetahuinya dengan
sendirinya, dan mengajarkannya tanpa kenal lelah seperti para
Buddha; Mereka adalah Guru dunia; Mereka mampu menjelaskan semua
pertanyaan dan yang mampu mengajar tiga masa waktu (tryadhva);
Mereka menjadi yang mengharapkan kesejahteraan kepada orang lain
(hitaisin) melalui memperoleh belas kasih yang besar
(maha-karuna);
Mereka tidak mengabaikan (aparityaga) semua makhluk; Mereka
diandalkan oleh semua; Perilaku Mereka adalah tulus, terbebas
dari kecurangan dan kepalsuan (amaya); Mereka bersinar terang di
semua ksetra; Mereka tidak melekat pada 'tiga alam
(traidh&#257;tuka)'; Mereka tinggal dalam kedamaian
(arana-viharin) melalui pemeriksaan (vicara) dari ungkapan umum
belaka (vyavahara-matra); Mereka tinggal dalam keadan yang tanpa
cacat melalui kegembiraan dalam ketiadaan dari kemelekatan
(analaya); Mereka tinggal pada batas kenyatan (bhuta-koti)
dengan memiliki ciri dari yang tidak membeda-bedakan
(avikalpa-dharmin); Tujuan Mereka tanpa rintangan, di antara
orang banyak, Mereka tidak memiliki kegemaran; Mereka tidak
memiliki kerinduan untuk dharma dari batas yang mendasar; Dengan
cara dari 'mengetahui semua (sarvaj�a)', Mereka mengajar orang
lain bagaimana cara untuk memasuki Mahayana; Mereka telah
mencapai keberanian melalui terbebas dari semua ketakutan dan
kegentaran (roma-harsa); Mereka akrab dengan ucapan penyatuan
(samdha-bhasita) dari para Tathagata dalam semua Sutra Pintu
Gerbang Dharma (sarva-sutra-dharma-paryaya); Mereka mengetahui
semua isi dari Dharma Buddha; Semua orang diberkati di dalam
perkumpulan majelis yang ada Mereka didalamnya; Ketika Mereka
melihat cinta kasih yang sangat besar dari para Buddha, Mereka
bersukacita; Mereka cermat dalam memahami Dharma Buddha yang
Mereka pelajari; Mereka memperlihatkan wajah (mukha-darsana)
dimana-mana dengan masuk kedalam semua perkumpulan; Mereka tanpa
takut di dalam perkumpulan majelis yang besar; Di dalam
perkumpulan majelis yang besar, Mereka tidak dapat dilampaui;
Mereka terkenal jauh dan luas; Mereka menjadi yang berada di
dalam Mahayana, dipuja oleh semua dunia, dan adalah sang
Penguasa Kebajikan sama seperti sang Sarvajna; Mereka menjadi
yang layak diberikan persembahan (daksiniya) dari semua dunia,
yang memiliki kualitas yang tidak habis-habisnya; Mereka menjadi
yang mengalami kegembiraan besar dan keyakinan di kaki sang
Tathagata; Mereka menjadi yang mampu fasih dengan baik
(kusala-pratibhana) dalam menanyakan pertanyaan yang berhubungan
dengan semua Buddha-dharma; Mereka melenyapkan semua ketakutan
dan ancaman di dalam perkumpulan majelis, sehingga tidak patah
semangat (anavasada); Mereka melenyapkan semua keraguan dan
kesulitan sehingga semua orang mengerti; Mereka menghormati
Dharma sungguh-sungguh; Mereka sama seperti singa yang mengaum
mengalahkan semua guru penentang (parapravadin); Mereka
mengalahkan semua sekte penentang (parapaksa), dengan tidak
melanggar janji (anupahata-pratijna); Mereka mengeluarkan auman
singa (simhanada), menempati tahta singa (simhasana) dengan
mantap dan mengajarkan Dharma sama seperti para Buddha; Mereka
memahami semua berbagai jenis pidato yang sangat banyak dari
Buddha; Mereka membenamkan diri di dalam semua jutaan suara yang
sangat banyak itu; Mereka penuh kesadaran dalam berbicara, tidak
mengajarkan semua kebendaan duniawi (lokayatika); Mereka menjadi
pengajar Dharma sejati (saddharma-bhanaka) dengan terdirikan di
dalam penyebab KeBuddhaan (Buddha-hetu); Mereka mencintai dan
menghormati Dharma dari para Buddha;
Mereka selalu berpikir sedang berada di dekat-Nya, dan tidak
pernah terpisah dari cinta kasih dari Buddha; Mereka mengambil
kesenangan di dalam menempatkan mempraktekkan Dharma Buddha;
Dalam datang dan pergi, Mereka selalu mengikuti sang Buddha;
Mereka selalu tinggal di sisi teman yang baik (kalyana-mitra),
tanpa pernah melelahkan mereka; Di Buddhaksetra di sepuluh
penjuru arah, tidak ada tempat yang Mereka ingin menetap; Mereka
semua melakukan sumpah (pranidhana) dan tindakan untuk
membebaskan orang-orang yang sangat banyak di sepuluh penjuru
arah; Kebijaksanaan Mereka adalah hal yang berharga;
Mereka ahli dalam memberikan ketenangan dalam permata yang
plaing unggul, telah terjun kedalam lautan dari Dharma; Mereka
menghiasi semua sistem dunia dalam berbagai macam cara, tidak
dapat diguncang di semua sistem dunia; Mereka menjadi yang
mengalami keajaiban yang besar (mahapratiharya) oleh perbuatan
Buddha dari penguasaan yang mudah (vikridita) dari kekuatan
ajaib (pratiharya); Mereka hanya perlu satu pikiran sekejap
(eka-citta-ksana) untuk melihat para Buddha; Mereka menjadi yang
setelah menghormati (gaurava) Dharma, terisi dengan pengetahuan
(jnana-parivrta); Mereka semua memperoleh tubuh Dharma
(Dharmakaya), yang tanpa bentuk sama seperti ruang angkasa
(akasa); Mereka mengajar orang lain untuk bercita-cita mencari
jalan bodhisattva, dan memastikan bahwa garis keturunan Buddha
(Buddha-vamsa) tidak terputus; Mereka mengejar Jalan bodhisattva
tanpa pernah meninggalkan Mahayana; Mereka mencapai persenjataan
dengan perisai besar (mahasamnaha-samnaddha), dan Mahayana yang
sangat luas; Mereka menjadi yang tidak pernah berhenti dari
semua praktek Bodhisattva (sarva-bodhisattva-carya); Mereka
dengan cepat mencapai kemahatahuan (sarvajnata), yang dipuji
oleh para Buddha; Mereka mendekati tingkat (bhumi) dari sepuluh
kekuatan (dasabala) dari Buddha; Mereka menembus semua pikiran;
Mereka memahami semua 'perhitungan (ganana)', mengetahui segala
sesuatu yang bergantung pada tanggapan penglihatan
(sarva-samjna-gata); Mereka melalui pemeriksaan (upapariksana)
dari segala sesuatu yang bergantung pada perhitungan
(sarva-samkhya-gata), terampil dalam semua pembubaran dan
pembentukan; Mereka memahami semua perubahan wujud dari dunia;
Mereka memahami semua keberhasilan dan kegagalan, kelahiran dan
kehancuran; Mereka melalui praktek (pratipatti) dari
kedermawanan yang seluruhnya (sarva-tyaga), adalah tidak melekat
ataupun tidak menggenggam; Mereka menjadi Tuan penyumbang
(Danapati) yang tanpa penyesalan (avipratrisarin), terampil
dalam kedermawanan (tyaga); Mereka terjun kedalam lautan dari
Dharma dengan permatanya dan, membuka gudang harta terutama,
Mereka menyebarkannya semua; Di semua ksetra, Mereka
melaksanakan sumpah Mereka tetapi tidak menetap di dalamnya;
Mereka memiliki kekuatan yang sangat besar dari perubahan wujud
ajaib sama seperti yang para Buddha dengan senang menggunakan;
Dalam sekejap pikiran Mereka memanggil ke pikiran, para Buddha
semuanya berdiri di depan Mereka; Dalam semua kepergian [untuk
kelahiran kembali], Mereka tidak lagi bercita-cita untuk pergi,
dan tidak ada tempat kelahiran [yang khusus Mereka
cita-citakan]; Mereka melihat semua Buddhaksetra yang tidak
terhitung di sepuluh penjuru arah; Mereka mendengar Dharma yang
dikhotbahkan oleh para Buddha, menyimpannya, tidak melupakannya;
Mereka melihat masing-masing dan setiap Buddha dengan
perkumpulan majelis para Bhiksu-Nya; Namun pada saat ini, itu
bukanlah dengan cara penglihatan dari para Arhan atau para
Pratyekabuddha dari Jalan keabadian bahwa Mereka melihat, juga
bukanlah bahwa Mereka meninggal dunia di sini dan terlahir di
dalam Buddhaksetra itu dan lalu baru melihat, tetapi langsung
sambil duduk di sini, Mereka melihat semua Buddha dan mendengar
semua Dharma yang dikhotbahkan oleh para Buddha dan menerimanya
semua, sama seperti Saya sekarang, di hadapan sang
Bhagav&#257;n, melihat wajah sang Bhagav&#257;n, demikian juga
para Bodhisattva tidak pernah terpisah dari para Buddha dan
tidak pernah gagal untuk mendengar Dharma, bahkan didalam mimpi?
"
Sang Bhagav&#257;n berkata kepada Bhadrapala Bodhisattva
Mahasattva : "Sangat baik ! Sangat baik ! Anda, Bhadrapala,
telah mengemukakan demi keuntungan orang banyak
(bahujana-hit&#257;ya), demi kebahagiaan orang banyak
(bahujana-sukh&#257;ya), untuk belas kasihan kepada dunia
(lok&#257;nukamp&#257;yai), untuk kesejahteraan dan kebahagiaan
orang banyak, para dewa dan manusia (mahato
janak&#257;yasy&#257;rth&#257;ya hit&#257;ya sukh&#257;ya
dev&#257;n&#257;m ca manusy&#257;n&#257;m ca); Itu adalah bagus
Bhadrapala, bahwa Anda telah berpikir untuk bertanya kepada sang
Tathagata demikian pada hal ini. Anda, Bhadrapala, telah
menyelesaikan tugas pada jaman para Jina masa lampau dan
mempraktekkan apa yang telah dipelajari dan menanam akar
kebajikan (kusala-mula); Anda telah membuat persembahan kepada
banyak ratusan ribu koti nayuta para Buddha; Anda bercita-cita
pada Dharma (Dharmathika), menginginkan Dharma (Dharma-kama);
Anda melakukan praktek brahmacarya , menjaga sila dan tanpa
keinginan untuk merenggut apapun (anupalambha); Anda terus
mengerahkan diri untuk praktik Dharma, murni dan tidak rusak;
Anda selalu makan sendiri dengan berpindapatta; Anda melatih
Bodhisattva, menyenangkan Bodhisattva, mengajar (samdarsayasi)
Bodhisattva, mendorong (samadapayasi) Bodhisattva, mengobarkan
semangat (samuttejayasi) Bodhisattva, memberi petunjuk kepada
(upadisasi) Bodhisattva, dan membawa banyak Bodhisattva hingga
pencapaian (sadhayasi); Anda menginginkan kesejahteraan untuk
para Bodhisattva; Untuk alasan ini Anda memiliki belas kasihan
yang sangat besar; Anda memiliki keseimbangan batin terhadap
semua orang; Anda memiliki kesempurnaan yang unggul dari
penguasaan yang lengkap atas pikiran
(sarva-cetovasita-parama-paramita); Jika sewaktu-waktu Anda
ingin melihat sang Buddha, maka Anda melihat sang Buddha; Sumpah
Anda sangat besar; Wilayah kegiatan Anda sangat mendalam
(gambhira-gocara); Anda selalu mengingat kebijaksanaan sang
Buddha; Anda memiliki pikiran kemahatahuan (sarvajnata-citta);
Anda menjaga semua Dharma dan Sila, menegakkan Bodhi; Anda
berada dalam kepemilikan penuh pada garis keturunan Tathagata
(tathagata-vamsa), memiliki Bodhicitta yang sama sebanding
dengan Vajra; Anda ahli dalam mengetahui tekad (asaya) dan
tingkah laku (samudacara) dari semua makhluk ; Anda dapat
ditemukan di hadapan semua Buddha; Bhadrapala, jika orang akan
menceritakan kualitas kebajikan Anda, orang itu tidak akan
pernah mencapai akhir; Bhadrapala, ada Samadhi yang bernama
Buddha sekarang berdiri dihadapan (pratyutpanna buddha
sammukh&#257;vasthita nama sam&#257;dhi). Jika orang
mempraktekkan Samadhi itu tanpa melupakannya, jika orang
mendengarkannya dengan penuh perhatian (avahita-srotra) dan
berhasil dalam menjadikan pikiran tidak terganggu
(aviksipta-citta), maka kualitas-kualitas yang unggul itu
(guna-visesa) tidak akan sulit di peroleh."
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva berkata kepada sang
Bhagav&#257;n : "Saya mohon, Bhagav&#257;n, demi keuntungan
orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak, untuk belas kasihan
kepada dunia, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak,
para dewa dan manusia; Dan yang akan memancarkan cahaya terang
yang besar demi para Bodhisattva Mahasattva di masa depan. "
Kemudian sang Bhagav&#257;n berkata kepada Bhadrapala
Bodhisattva Mahasattva : "Oleh karena itu, Bhadrapala, dengarlah
dengan baik dan pertimbangkan dengan teliti, Saya akan
menjelaskannya kepada Anda (tena hi, bhadrapala, srnu sadhu ca
susthu ca manasikuru. bhasisye 'ham te)."
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva berkata kepada sang
Bhagav&#257;n : "Jadi begitulah, Bhagavan."
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva dan dunia beserta para
dewanya, manusianya, asuranya, dan gandharvanya mendengar pada
sang Bhagav&#257;n.
#Post#: 11--------------------------------------------------
Re: Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:05 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/png_a_di_da_phat_quan_the_am…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/png_a_di_da_phat_quan_the_am_k…
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/2qyFtGbxAho" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/red_waterfall_sutra.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/red_waterfall_sutra.jpg.html
BAB 2
Praktek[/center]
Kemudian Sang Bhagav&#257;n berkata kepada Bhadrapala
Bodhisattva Mahasattva : "Bhadrapala, ada satu Dharma yang jika
dipraktekkan (asevita), diolah (nisevita), dikembangkan
(bhavita), dilatih (bahulikrta), dikuasai (yanikrta), secara
aktif diupayakan (vastu-krta), dimunculkan (samutthapita),
dibiasakan (paricita), sepenuhnya dimurnikan (suparyavadata),
sepenuhnya dikonsentrasikan (susamahita), dan sepenuhnya
dilakukan (susamarabdha), maka orang akan menjadi dikenal oleh
semua kualitas (sarva-guna-visista). Apa satu Dharma itu? Yakni,
pemusatan pikiran yang bernama Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita, yang mendatangkan pemenuhan kualitas yang
pertama dari pembelajaran yang banyak
(bahusrutya-purvakadharma)."
Kemudian Sang Bhagav&#257;n berkata kepada Bhadrapala
Bodhisattva Mahasattva : "Lalu, Bhadrapala, apa Samadhi yang
bernama Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita itu? Yakni,
berniat melakukan perenungan pada pikiran yang menjadikan Buddha
sebagai objek tujuannya (buddharambana-cittamanasikara); Setiap
Bodhisattva yang pikirannya pada masa kini terkonsentrasi dan
diarahkan menuju para Buddha dari sepuluh penjuru arah, akan,
jika Mereka memiliki pikiran terkonsentrasi, mencapai semua
praktik yang mulia dari Bodhisattva. Melalui kesesuaian dengan
kondisi untuk perenungan pada Buddha, membuat pikiran diarahkan
pada Buddha; Memiliki pikiran yang tidak terganggu
(aviksipta-citta); Memiliki kesadaran penuh (upasthita-smrti
sehingga memperoleh kebijaksanaan (prajna); Tidak menghentikan
semangat ketekunan (virya); Bersama dengan teman-teman yang baik
(kalyanamitropasthana) dalam berlatih, mengembangkan, dan
mempraktekkan 'kekosongan (sunyata)'; Melenyapkan 'penghalang
(nivarana)'; Melenyapkan keadaan hilang kesadaran dan ngantuk
(styana-middha); Menghindari pembicaraan dan tidak berkumpul;
Menghindari 'teman yang jahat (papa-mitra)'; Mendekati
teman-teman yang baik; Memiliki indera yang tidak kacau
(aviksiptendriya); Dalam makan, mengetahui kapan telah cukup
(bhojana-matrajnata); Memiliki semangat untuk tidak tidur selama
waktu pertama atau waktu terakhir dari malam; Tidak mendambakan
jubah, makanan, tempat tidur dan kursi, obat penyembuh sakit,
dan barang-barang pribadi
(civara-pindapata-sayanasana-glanapratyayabhai sajya-pariskara);
Tidak menyerah dari hidup dalam kesunyian di hutan
(aranya-vasa); Menjadi penyendiri, dan menghindari kerabat;
Menjauhi desa tempat tinggal; Tidak melekat pada kepentingan
diri; Mengabaikan kehidupan sendiri (jivita); Penolakan duniawi
dari diri sendiri (atma-parityaga); Melayani para makhluk;
Meninggalkan sanak saudara; Menjauhi tempat kelahiran
(janma-bhumi); Tekun mempraktekkan (asevana) cinta kebaikan
(maitr&#299;); Memperoleh belas-kasihan (karun&#257;); Tinggal
berdiam di dalam sukacita (mudit&#257;); Mengembangkan
keseimbangan batin (upeksa); Melenyapkan penderitaan (upaklesa);
Menguasai sikap praktek kehati-hatian; Melenyapkan penutup;
Menyempurnakan Dhy&#257;na dengan tanpa berpuas didalamnya
(an-asvadanata); Tidak mengembangkan tanggapan penglihatan dari
bentuk-rupa (rupa-samjna); Tidak mengejar bentuk-rupa;
Mendapatkan tanggapan penglihatan dari kemuakkan
(asubha-samjna); Memiliki kesadaran penuh yang teguh; Tidak
menggenggam 'kumpulan (skandha)'; Tiada pemikiran yang percuma
mengenai 'unsur (dhatu)'; Tidak melekat pada 'landasan indera
(ayatana)'; Tidak kehilangan kesabaran; Tidak melekat pada
kehidupan; Tidak membanggakan kelahiran yang tinggi; Melenyapkan
kebanggaan; Tidak iri (irsya) pada kehidupan orang; Menjadi
dasar untuk kesejahteraan para makhluk; Memiliki pikiran yang
sama (sama-citta) terhadap semua makhluk; Tidak mengabaikan para
makhluk dari sepuluh penjuru arah; Menyelamatkan para makhluk
dari sepuluh penjuru arah; Menganggap semua makhluk dari sepuluh
penjuru arah sebagai diri sendiri; Menganggap semua makhluk dari
sepuluh penjuru arah sebagai ibunya sendiri; Menganggap semua
makhluk dari sepuluh penjuru arah sebagai ayahnya sendiri;
Menganggap semua makhluk dari sepuluh penjuru arah sebagai
anaknya sendiri; Menganggap semua makhluk dari sepuluh penjuru
arah sebagai sanak saudaranya sendiri; Menganggap semua makhluk
dari sepuluh penjuru arah sebagai yang tidak terkotori
(nihklesa); Tidak ingin merenggut apa pun yang ada (bhava);
Tiada kemelekatan yang tidak wajar pada sila (a-sila-paramarsa);
Pengolahan konsentrasi (samadhi); Ingin belajar sangat banyak
(bahusrutya) namun tidak menjadi sombong karena itu; Sempurna
tanpa cacat (acchidra) dalam mematuhi unsur sila (sila-skandha);
Tetap tenang di dalam unsur konsentrasi (samadhi-skandha); Tidak
meragukan Dharma; Tidak bertengkar dengan Buddha; Tidak menolak
Dharma; Tidak menyebabkan kerusuhan dalam ketentraman para
Bhiksu Sangha; Menghindari pembicaraan liar (paisunya); Masuk
kedalam kehadiran para Arya dan melayani Mereka; Menghindari
orang-orang bodoh; Tidak menikmati dan tidak ingin mendengar
pembicaraan duniawi (laukika-katha); Ingin mendengar, menikmati,
menyukai, dan melakukan semua pembicaraan yang malampaui dunia
(lokottara-katha); Tidak ingin mendengar pembicaraan binatang
(tiryagjana-katha); Berlatih enam dharma yang menyenangkan;
Berbicara yang menyenangkan (priya-vacana); Melenyapkan lima
halangan (panca nivarana)'; Mempraktikkan lima tahap pembebasan
(vimoksayatana); Pemahaman (parijnana) lima kumpulan
(panca-skandha); Menghindari sepuluh perbuatan jahat
(dasa-akusala-karmapatha); Berlatih sepuluh perbuatan kebajikan
(dasa-kusala-karmapatha); Menyempurnakan sepuluh kekuatan
(dasa-bala); Melenyapkan sembilan landasan maksud jahat
(aghata-vastu); Memahami sembilan gangguan dan sembilan
tanggapan penglihatan; Membuang delapan landasan dari kemalasan
(alasya-vastu); Berlatih delapan landasan dari pengerahan usaha
(arambha-vastu); Mempraktekkan delapan tahap dari kekuasaan
(abhibhvayatana); Mengembangkan delapan pembebasan (vimoksa);
Memperoleh delapan perenungan dari Makhluk besar
(mahapurusa-vitarka); Menjadi selaras dengan delapan jalan Arya
(aryastangamarga); Tidak melekat pada Dhyana; Tidak menjadi
sombong (manyana) tentang pembelajaran (sruti); Melenyapkan
kebanggaan; Ingin mendengar Dharma; Menginginkan Dharma;
Bercita-cita pada Dharma; Mendambakan Dharma; Menjadi cenderung
pada Dharma (dharma-nimna); Bertekad pada Dharma
(dharma-pravana); Condong kepada Dharma (dharma-pragbhara);
Menerapkan diri pada Dharma (dharmabiyukta); Terbebas dari
pikiran yang percuma yang disebabkan oleh tanggapan penglihatan
diri (atma-samjna); Penolakan tanggapan penglihatan makhluk
(sattva-samjna); Tidak menangkap tanggapan penglihatan hidup
(jivita-samjna); Pelenyapan tanggapan penglihatan orang
(pudgala-samjna); Penghapusan tanggapan penglihatan kumpulan
(skandha-samjna); Tidak menghuni tanggapan penglihatan
keberadaan (bhava-samjna); Tidak memperhitungkan hal-hal dalam
hal tahunan; Tidak menerima gagasan diri; Menghindari
orang-orang dari sepuluh penjuru arah, dan tidak ingin merenggut
mereka; Tidak mendambakan umur panjang; Memahami 'yang gelap
[lima kelompok/kumpulan skandha]'; Tidak menjadi tunduk pada
angan-angan khayalan; Tidak menjadi tunduk pada apa yang ada;
Mencari Nirvana; Tidak menginginkan kelahiran dan kematian,
memiliki ketakutan besar pada lahir dan mati; Tidak menginginkan
'pa�ca-skandha (r&#363;pa (bentuk), vedan&#257; (perasaan),
sa&#7745;j�&#257; (gagasan), sa&#7745;sk&#257;ra (pembentukan
pikiran), and vij�&#257;na (kesadaran)'; Menganggap 'siklus
perpindahan (samsara)' sebagai yang sangat mengerikan;
Menganggap kumpulan skandha sama seperti pencuri; Menganggap
'empat unsur yang besar (catur-dh&#257;tu : tanah, air, api,
udara)' sebagai ular berbisa;
Menganggap 'dua belas bidang indera (sad-indriya : mata,
telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran) di tambah enam objek
: pemandangan, suara, aroma, rasa, sentuhan, dan objek pikiran)'
sebagai desa yang kosong; Berada di Tiga Dunia selama waktu yang
lama tapi tidak menemukan kepuasan di sana; Tidak melupakan
pencapaian Nirvana; Menganggap nafsu keinginan sebagai yang
harus disingkirkan sama seperti gumpalan dahak (kheta-pinda);
Menganggap makanan sebagai yang tidak menyenangkan; Menjadi
cenderung untuk mengundurkan diri dari keduniawian
(abhiniskramana); Tidak mengambil kesenangan dalam kehidupan
rumah tangga; Menganggap putra dan putri sebagai belenggu;
Menganggap istri sebagai raksasi; Memiliki keyakinan yang tidak
putus (abhedya-prasada) dalam ajaran Buddha; Bercita-cita untuk
pelenyapan kelahiran dan kematian; Tidak terlibat dalam
perselisihan (vipratyanika) dengan orang-orang; Menjadi yang
tidak memiliki rumah tinggal (aniketa) dalam semua bidang dunia;
Menjadi yang bertatap-tatapan dengan semua Buddha
(sarva-buddha-sammukhi-bhuta); Menjadi yang dinobatkan dengan
patut (supasampanna) dan memimpin kehidupan suci (brahma-carya)
dengan baik; Tidak ingin jatuh ke dalam kelahiran dan kematian;
Selalu berdiri di kehadiran para Buddha; Menganggap tubuh yang
diterima sebagai mimpi; Menjadi murni dalam kecenderungan
(adhimukti); Menjadi yang berkebajikan dalam tekad yang tinggi
(adhyasaya); Pikiran yang luwes (citta-karmaniya); Penolakan
pada usaha keras yang tidak benar (ayuktarambha); Mengerahkan
diri pada usaha keras yang benar (yuktarambha); Melenyapkan
semua tanda (nimitta); Tidak ragu lagi, setelah memperoleh
keyakinan; Melakukan sama persis seperti yang ditujukan;
Menghancurkan semua gagasan; Memiliki kesamaan dari tiga masa
waktu (tryadhva-samata); Perenungan pikiran mengingat semua
Buddha (sarva-buddhanusmrti); Menimbulkan semua akar kebajikan
(kusalamula); Selalu memikirkan kualitas kebajikan dari para
Buddha; Kekuatan Pemberkatan (adhisthana) dari semua Buddha;
Mencapai penguasaan konsentrasi pikiran (samadhi); Tidak
mengikuti tanda-tanda tubuh Buddha; Menganggap semua 'gejala
kejadian (dharma)' sebagai yang sama (sarva-dharma-samata);
Tidak berdebat (avivada) dengan dunia; Tidak menentang
(apratikula) tugas kewajiban; Memperoleh pemahaman dari
kemunculan yang sesuai dengan sebab dan kondisi
(pratitya-samutpada);
Memperoleh kesabaran dari tahap Tathagata pada jalan menuju
pembebasan; Jalan masuk ke dharmadhatu; Pemahaman unsur dari
ruang angkasa (akasa-dhatu); Ketiadaan kemelekatan pada alam
makhluk (sattva-dhatu);
Dengan memahami kekosongan, memikirkan orang sebagai yang tidak
dihasilkan (ajata), yang tidak binasa (aniruddha), dan yang
tidak menghuni (asthita); Menyadari alam Nirvana
(nirvana-dhatu); Pemurnian mata kebijaksanaan (prajna-caksu);
Segala sesuatu menjadi yang tidak mendua (sarva-dharma-advaya);
Memiliki pikiran kebangkitan tidak di tengah ataupun tidak di
ujung (anantamadhya-bodhicitta); memusatkan pikiran ke satu
titik (cetasa ekotibhava) menuju pintu masuk kedalam pengetahuan
yang tidak terhalang (apratihata-jnana) dengan semua Buddha;
Memasuki keadaan yang terbebas dari halangan (anavarana);
Memiliki kebijaksanaan yang tiada cela; Dengan berhasil dalam
menyadari pikiran kebangkitan (bodhicitta), memiliki
kebijaksanaan Buddha tidak tergantung pada orang lain
(aparapratyaya-buddha-jnana); Memperlakukan teman yang baik
seolah-olah mereka adalah Guru (sasta), dan tidak berpikir
mereka sebagai yang berbeda; Selalu berada di antara Bodhisattva
dan tidak pernah berpisah dari mereka; Menjadi tidak
tergoyahkan, bahkan oleh perbuatan semua Mara; Semua orang
menjadi sama seperti pantulan di cermin (pratibhasa); Melihat
semua Buddha sebagai yang sama seperti gambar; Mengikuti semua
praktek dari Dharma; Mencari Bodhicitta; Memiliki pikiran yang
tenang (samata-citta) terhadap kesempurnaan (paramita); Kesamaan
dari penglihatan para Tathagata dan batas kenyataan
(bhuta-koti); Kesamaan dari semua kualitas kebajikan
(sarva-guna-dharma-samata); Memulai jalan Bodhisattva yang murni
dengan cara ini. Ini, Bhadrapala, adalah Pemusatan pikiran
terkonsentrasi yang bernama Buddha sekarang berdiri dihadapan
(Pratyutpanna Buddha Sammukha Avasthita Nama Samadhi)."
Sang Bhagav&#257;n lanjut berkata kepada Bhadrapala Bodhisattva
Mahasattva : "Berdasarkan kebajikan dari kualitas (dharma) dari
perilaku ini, akan menghasilkan Samadhi, yaitu Pratyutpanna
Buddha Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi. Dengan cara apa,
Bhadrapala, orang menghasilkan Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi? Dengan cara ini, Bhadrapala,
jika ada Bhiksu, Bhiksun&#299;, Up&#257;saka, dan
Up&#257;sik&#257; yang menjaga sila secara keseluruhan, mereka
harus menetap di suatu tempat yang sunyi sendirian, untuk
mengingat membayangkan dalam pikiran (cittam utpadayati) :
kehadiran Amitabha Tathagata Arhan SamyaksamBuddha, sedang
tinggal berdiam (tisthati), sedang dihormati (dhriyate), sedang
mengisi waktu (yapayati) mengajarkan Dharma (dharmam ca
desayati); kemudian, sesuai dengan apa yang telah dipelajari
(yathasrutam), mereka harus merenungkan dengan saksama
(manasikaroti) bahwa dari sini melewati sepuluh juta koti
Buddhaksetra jauhnya ke penjuru barat, di dalam sistem dunia
yang bernama Sukhavati (sukhavati-lokadhatu), Bhagav&#257;n
Amitabha Tathagata Arhan SamyaksamBuddha sedang tinggal berdiam,
sedang dihormati, sedang mengisi waktu mengajarkan Dharma, di
tengah-tengah rombongan dari para Bodhisattva; Biarlah mereka
semua terus-menerus memikirkan sang Tathagata dengan pikiran
yang tidak terganggu (aviksipta-cittena). "
Sang Bhagav&#257;n lanjut berkata kepada Bhadrapala Bodhisattva
Mahasattva : "Ini adalah sama seperti contoh (tadyathapi nama)
laki-laki atau perempuan yang pergi tidur dan dalam mimpi
melihat kemunculan dari bentuk (rupakara), melihat emas, perak,
dan perhiasannya, orang tuanya, saudara, istri dan anak-anaknya,
kerabat dan teman-temannya, hal-hal yang menyenangkan (manojna),
yang disayangi (priya), yang tidak buruk (apratikula) dan
bersama-sama dengan mereka ia bermain (kridati), sangat
menikmati dirinya sendiri (ramati) dan menghibur dirinya sendiri
(paricarayati), dari berbicara dan bergaul dengan mereka. Ketika
ia bangun, ia memberitahukan orang lain tentang hal itu yang ia
lihat, dengar, pikir, sadari, berbicara dan bergaul; dan setelah
itu ia bahkan menitikkan air mata memikirkan apa yang ia lihat
dalam mimpi itu. Dengan cara yang sama (evam eva), Bhadrapala,
para Bodhisattva, apakah mereka menjadi pertapa (pravrajita)
atau 'pemakai jubah putih [Up&#257;saka dan Up&#257;sik&#257;]',
pergi ke suatu tempat yang sunyi dan duduk sendiri, setelah
belajar tentang Buddhaksetra dari Amitabha Tathagata Arhan
SamyaksamBuddha di penjuru barat, harus memikirkan dengan
saksama sang Amitayus Buddha di penjuru arah itu. Mereka harus
sempurna tidak melanggar sila (sila-skandha), dan memikirkan-Nya
dengan perhatian penuh (smrti) dan dengan pikiran tunggal, baik
untuk satu hari dan satu malam, atau dua atau tiga atau empat
atau lima atau enam atau selama tujuh hari tujuh malam. Jika ia
sungguh-sungguh merenungkan dengan pikiran yang tidak terganggu
pada sang Amitayus Tathagata selama tujuh hari dan tujuh malam,
maka, setelah tujuh hari dan tujuh malam penuh berlalu, ia akan
melihat sang Bhagav&#257;n Amitayus Tathagata. Jika ia tidak
melihat sang Bhagav&#257;n dalam keadaan sadar, maka sang
Bhagav&#257;n Amitayus Tathagata akan memperlihatkan wajah-Nya
kepada ia dalam mimpi ketika ia tidur."
"Bhadrapala, Itu adalah sama seperti hal-hal yang dilihat orang
di dalam mimpi - ia tidak sadar pagi atau malam, juga tidak ia
sadar sedang di dalam atau di luar; Ia tidak gagal melihat
dikarenakan ada dalam kegelapan, juga ia tidak gagal melihat
dikarenakan ada halangan. Dalam cara yang sama, Bhadrapala,
untuk pikiran dari para Bodhisattva Mahasattva : Ketika mereka
melaksanakan pemanggilan ke pikiran ini, ruang angkasa diantara
dunia tidak menghalangi mereka. Raja gunung besar yang terkenal,
Sumeru, dan lingkaran gunung dan lingkaran besar raja gunung,
Cakravada
(sumeru-parvataraja-cakravada-mahacakravada-parvataraja), dan
sama juga pegunungan hitam di dalam semua Buddhaksetra, dan
semua tempat-tempat yang gelap diantaranya adalah terungkap
untuk mereka, tidak bisa menghalangi penglihatan mereka dan
pikiran mereka tidak terhambat. Para Bodhisattva Mahasattva ini
tidak melihat melalui 'mata surga (divyacaksu)' juga tidak
mendengar Saddharma melalui 'telinga surga (divyasrota)', juga
tidak berangkat menuju ke Buddhaksetra itu dengan cara 'kekuatan
super (rddhiabhijnabala)', juga tidak mereka meninggal dunia
disini untuk dilahirkan di dalam Buddhaksetra itu disana dan
lalu kemudian melihat; Namun, Bhadrapala, sementara sedang duduk
disini dimana Bodhisattva melihat (janati) dirinya sendiri
sedang berada di dalam Buddhaksetra itu, dan melihat sang
Bhagav&#257;n Amitayus Tathagata, mendengar Dharma yang Dia
ajarkan, menerimanya semua, mempertahankannya (adharayati),
menguasainya (paryavapnoti), menjaganya (dharayati). Bangkit
dari Meditasi itu, sang Bodhisattva mampu mengajarkan Dharma itu
kepada orang lain dalam keseluruhan (vistarena), sama seperti
yang telah didengarnya, dipertahankannya dan dikuasainya."
"Sebagai persamaan, Bhadrapala, ada laki-laki tertentu yang
tinggal di kota besar Rajagrha mendengar bahwa di kota
Vai&#347;&#257;l&#299; ada wanita penghibur yang bernama
Suman&#257;. Laki-laki lain mendengar tentang wanita penghibur
yang bernama Amrapali; dan laki-laki lainnya mendengar tentang
Utpalavarna, yang bekerja sebagai wanita penghibur. Kemudian
mereka semua merindukannya. Para laki-laki itu tidak pernah
melihat tiga wanita tersebut, tetapi segera setelah mereka
mendengar tentangnya nafsu mereka terangsang. Sementara secara
berulang-ulang (bhuyo bhuyas) merenungkannya, mereka tidur dan
dalam mimpi, mereka melihat diri mereka sendiri pergi
mengunjungi para wanita itu. Jadi sama seperti para lelaki itu
membayangkan pikiran yang bernafsu gairah itu saat mereka
terjaga di kota besar Rajagrha, demikian juga ketika tidur para
lelaki itu bermimpi melihat para wanita penghibur itu,
menjadikannya istri, memanjakan diri dalam hubungan intim
(maithuna), dan terlegakan dari nafsu gairah. Pada saat bangun,
mereka mengingat apa yang telah mereka lihat, dengar, ketahui,
rasa, dan alami dalam mimpi, Bhadrapala, datang ketempat dimana
Anda berada, mereka akan menceritakan hal itu kepada Anda.
Setelah mendengar hal itu, gunakanlah contoh peristiwa ini untuk
mengajarkan Dharma kepada mereka, sehingga mereka mengerti
kebijaksanaan ini dan sampai pada tahap 'yang tanpa kemunduran
(avinivartan&#299;ya)' dari pencapaian Anuttar&#257;
Samyaksambodhi. Saya juga meramalkan (vyakaromi) bahwa dimasa
depan mereka akan menjadi Tathagata Arhan SamyaksamBuddha dengan
nama 'Suvibuddha (Yang Terbangunkan Dengan Baik)'. Dengan
memperoleh kesabaran (ksanti), para Lelaki itu hari ini melihat
dan mengingat (anusmr-) tanda-tanda sebelumnya itu
(purva-nimitta)."
"Dengan cara yang sama, Bhadrapala, para Bodhisattva yang
memiliki Pratyutpanna Buddha Sammukha Avasthita Samadhi ini
mendengar tentang sang Bhagav&#257;n Amitayus Tathagata Arhan
SamyaksamBuddha ketika sedang tinggal di dunia ini. Hanya dengan
mendengar nama, penampilan dan kualitas dari sang Tathagata,
dengan pikiran yang tidak terganggu, Mereka mengingat kembali
membayangkan (samanusmarati) sang Bhagav&#257;n Amitayus
Tathagata Arhan SamyaksamBuddha. Dengan berulang-ulang
merenungkan dengan saksama pada-Nya, Mereka melihat sang
Tathagata. Dengan terdirikan di dalam Pratyutpanna Buddha
Sammukha Avasthita Samadhi itu, setelah melihat sang Tathagata,
Mereka bertanya : 'Bhagavan, Dharma apa yang digunakan
Bodhisattva Mahasattva untuk dilahirkan di sistem dunia Anda?'"
Dalam cara ini, kapanpun orang menginginkan untuk dilahirkan di
setiap Buddhaksetra apapun, orang menanyakan kepada sang
Tathagata. Ditanya demikian, sang Bhagav&#257;n Amitayus
Tathagata berkata kepada Bodhisattva itu : 'Kulaputra, jika
pemanggilan Buddha ke pikiran (buddhanusmrti) itu dipraktekkan
(asevita), diolah (nisevita), dikembangkan (bhavita), dan
dilatih (bahulikrta), maka orang dilahirkan dalam sistem dunia
ini. Jika pemanggilan Buddha ke pikiran itu dipraktekkan,
diolah, dikembangkan, dan dilatih, maka orang akan dilahirkan
dalam Buddhaksetra ini. Lalu apa, Kulaputra, pemanggilan Buddha
ke pikiran itu? Yaitu, ketika orang merenungkan dengan saksama
pada sang Tathagata secara demikian : Dia adalah Yang Telah
Datang, Yang Layak, Yang Terbangkitkan Sempurna, Yang Sempurna
Pikiran Dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Yang Mengetahui Dunia,
Penjinak Nafsu Makhluk Yang Tiada Tandingan, Guru Dewa and
Manusia, Yang Tercerahkan, Mahluk Yang Tertinggi.
(tathagato'rhan samyaksambuddho vidyacaranasampannah sugato
lokavid anuttarah purusadamyasarathih sasta devanam ca
manusyanam ca buddho bhagavan), memiliki tiga puluh dua tanda
dari Makhluk besar (dvatrimsan-mahapurusa-laksana) dan tubuh
yang berwarna sama seperti emas, menyerupai bentuk emas
(suvarna-rupa) yang cerah, bersinar, dan terbentuk dengan baik
(susthita), terhiasi dengan baik sama seperti pilar permata
(ratna-stambha). Dia sangat indah dan dengan kemuliaan yang
tiada bandingan dan sedang mengajarkan Dharma di tengah-tengah
perkumpulan dari Bodhisattva dan murid pendengar
(sravaka-sangha), sedang mengajarkan apapun yang sesuai dengan
yang tidak bisa binasa (yathavipranasam tatha samdarsayati),
bahwa 'gejala kejadian (dharma)' adalah kosong dan oleh karena
itu tidak bisa binasa. Mengapa? Karena yang tidak bisa binasa
itu adalah semua dharma, tanah adalah tidak bisa binasa, air,
api, udara, bhuta, dewa, brahma dan prajapati adalah tidak bisa
binasa, bentuk (rupa) adalah tidak bisa binasa, perasaan
(vedana), tanggapan penglihatan (samjna), pembentukan (samskara)
dan kesadaran (vijnana) adalah tidak bisa binasa. Ketika tidak
berpikir dengan sia-sia (manyate), tidak salah memahami
(upalabhate), tidak melekat (abhinivisate), tidak salah
menyadari (samjanati), tidak salah membayangkan (kalpayati),
tidak salah membedakan (vikalpayati), tidak salah
mempertimbangkan (samanupasyati) sang Tathagata, ketika
memperoleh 'meditasi dari kekosongan (sunyata-sam&#257;dhi)'
dengan sungguh-sungguh merenungkan sang Tathagata tanpa
penangkapan landasan, Yang demikian Itu adalah pemanggilan sang
Buddha kedalam pikiran."
"Setelah mengembangkan Samadhi itu dan berkonsentrasi pada
Samadhi itu, sang Bodhisattva, ketika keluar dari Samadhi itu,
akan datang ketempat dimana Anda berada, Bhadrapala, dan tiba
disana akan memberitahukan Anda tentang Samadhi itu. Lalu,
Bhadrapala, Anda mengajarkan Dharma itu sehingga Bodhisattva itu
mencapai keadaan yang tanpa kemunduran dari pencapaian
Anuttar&#257; Samyaksambodhi. Lalu, Saya juga meramalkan bahwa
di masa depan, Orang itu akan menjadi Tathagata Arhan
SamyaksamBuddha yang bernama 'Pratibhanaprapta (Yang Mencapai
Kefasihan Berbicara).'"
Sang Bhagav&#257;n lanjut berkata kepada Bhadrapala Bodhisattva
Mahasattva : "Siapa, Bhadrapala, yang telah menyaksikan
Bodhisattva Sam&#257;dhi ini? Murid Saya : Anda sendiri,
Sthavira Mah&#257;k&#257;&#347;yapa, Indradatta Bodhisattva,
Susima Devaputra, bersama-sama dengan para Bodhisattva yang saat
ini mengetahui Sam&#257;dhi ini. Siapapun yang telah berlatih
dan memperoleh penguasaan (vasibhuta) pada Sam&#257;dhi ini
menyaksikannya. Apa yang mereka saksikan? Mereka menjadi saksi
Sam&#257;dhi ini, mengetahui itu menjadi konsentrasi dari
kekosongan."
Sang Buddha berkata kepada Bhadrapala:. "Di masa lalu
(bhutapurvam), Bhadrapala, ada Tathagata Arhan SamyaksamBuddha
yang bernama Subodhi, pada jaman itu, ada seorang laki-laki
melakukan perjalanan, yang membawanya ke sebuah padang gurun
terpencil yang luas di mana ia tidak mampu untuk mendapatkan
makanan atau minuman. Setelah kelaparan dan kehausan dan
dikuasai mati suri dan kelesuan, ia tertidur, di dalam mimpi ia
memperoleh makanan dan minuman yang banyak. Dengan
memperolehnya, ia makan dan minum, lalu rasa lapar dan hausnya
menghilang. Setelah ia bangun, baik perutnya maupun bekalnya
tidak bertambah besar, ia berpikir : 'Dalam cara ini, seperti
mimpi, demikian juga gejala kejadian (dharma)'. Dengan memahami
itu menjadi demikian, ia memperoleh kesabaran menerima gejala
kejadian sebagai yang tidak dihasilkan
(anutpattikadharmaks&#257;nti); Ia juga menjadi 'yang tidak bisa
dimundurkan (avaivartika)' dari Anuttar&#257; Samyaksambodhi."
"Dengan cara yang sama, Bhadrapala, Bodhisattva apakah sebagai
'perumah tangga (grhastha)' atau 'yang meninggalkan kehidupan
duniawi (Pravrajitah)', mendengar sang Tathagata berada di
penjuru arah yang demikian, dan dengan saksama merenungkan pada
sang Tathagata di penjuru arah itu, akan memperoleh penglihatan
pada sang Buddha. Dia harus tidak memiliki tanggapan penglihatan
dari segala sesuatu yang ada (bhava-samjna), tapi harus memiliki
tanggapan penglihatan dari ruang angkasa (akasa-samjna). Dengan
tepat terdirikan di dalam tanggapan penglihatan dari ruang
angkasa dan dengan merenungkan terus-menerus pada tanggapan
penglihatan Buddha (buddha-samjna), sang Bodhisattva akan
melihat sang Tathagata, yang indah (subha) dan menyerupai patung
dari permata beril (vaidurya-pratima); Sang Bodhisattva itu akan
melihat sang Tathagata Arhan SamyaksamBuddha yang demikian itu."
"Hal itu sama seperti, misalnya, Bhadrapala, beberapa orang atau
yang lainnya melakukan perjalanan dari tempat asalnya menuju ke
negara lain, dan saat tiba di sana ia merenungkan ke pikiran
tentang tempat asalnya; Setelah dengan saksama merenungkan pada
hal-hal seperti yang ia biasanya lihat, dengar, tahu, dan
rasakan, ia dikuasai oleh mati suri dan kelesuan, dan tertidur;
Dalam mimpi ia melakukan perjalanan menuju ke tempat asalnya dan
merasakan dirinya berada di sana, dan ia melihat hal-hal seperti
yang sebelumnya ia biasanya lihat, dengar, rasa, dan sadari; Ia
pergi ke sana dan juga kembali lagi. Setelah bangun, ia
menceritakan hal-hal itu di antara kerabatnya, teman-temanya,
sanak saudaranya, dan ibunya, dengan mengatakan : 'Demikian itu
yang saya jalani, hal-hal ini yang saya lihat, hal-hal ini yang
saya alami di tempat itu.'"
'Dalam cara yang sama, Bhadrapala, sang Bodhisattva, apakah
sebagai grhastha atau Pravrajitah, ketika ia mendengar bahwa
sang Tathagata berada di penjuru arah yang demikian, harus
merenungkan dengan saksama pada Tathagata di penjuru arah itu
dengan penuh kesadaran dan tanpa pikiran yang terganggu, agar
untuk mendapatkan penglihatan Buddha. Dengan cara itu, sang
Bodhisattva akan melihat sang Tathagata yang seperti patung dari
permata beril yang berdiri dengan indah. "
"Hal itu sama seperti, misalnya, Bhadrapala, ketika Bhiksu
melakukan meditasi pada yang menjijikkan (asubha-bhavana)
melihat di depannya ada mayat yang membengkak (vyadhmataka),
ketika ia melihat di depannya ada mayat yang telah membiru
(vinilaka), yang membusuk (vipuyaka), yang berdarah
(vilohitaka), yang termakan (vikhaditaka), bahwa daging telah
pergi (udgata), atau yang tidak memiliki daging atau darah, atau
berwarna putih, atau warna kerang, atau tulang kerangka (asthi),
maka hal-hal itu yang dari mayat yang membiru hingga menjadi
tulang kerangka, yang tidak datang dari mana pun, dan tidak
pergi kemanapun. Yang tidak dibuat oleh siapa pun, yang tidak
pula dihentikan (niruddha) oleh siapapun, namun, Bhadrapala,
sang Bhiksu dengan penguasaan pikirannya pada satu titik
(ekagrata), ia melihat kerangka tergeletak di depannya."
"Dalam cara yang sama, Bhadrapala, di penjuru arah apa pun sang
Tathagata Arhan SamyaksamBuddha mungkin berdiam, para
Bodhisattva, didukung (parigrhita) oleh Buddha, yang terdirikan
pada Samadhi ini merenungkan dengan saksama (manasikaronti) pada
penjuru arah itu, agar untuk mendapatkan penglihatan dari para
Buddha. Dengan merenungkan secara saksama pada penjuru arah itu,
Mereka melihat sang Tathagata Arhan Samyaksambuddha di penjuru
arah itu. Mengapa demikian? Yaitu, Bhadrapala, perolehan dari
penglihatan dari para Buddha adalah hasil alami (nisyanda) dari
Samadhi ini. Bodhisattva yang didirikan pada Samadhi ini melihat
para Tathagata, dan Mereka muncul kepadanya, melalui gabungan
dan persetujuan dari tiga hal ini : kekuatan dari Buddha
(buddhanubhava), kekuatan akar kebajikan (kusala-mula) yang
ditimbulkan diri sendiri, dan kekuatan dari Samadhi yang
diperoleh itu."
"Hal itu sama seperti, misalnya, Bhadrapala, ada lelaki atau
perempuan yang mencuci kepalanya dan memakai perhiasan, ingin
melihat keberadaan dirinya sendiri, dan ia berpikiran untuk
melihat dirinya di sebuah wadah yang berisi minyak yang jernih,
atau wadah yang barisi air yang jernih, atau cermin bulat yang
dipoles dengan baik (adarsa-mandala), atau sepotong kristal yang
tanpa cacat. Saat ia melihat bentuk-rupanya sendiri, Bhadrapala,
apa yang Anda pikirkan (tat kim manyase)? Apakah penampilan
bentuk dari lelaki atau perempuan di dalam wadah yang berisi
minyak yang jernih, atau wadah yang barisi air yang jernih, atau
cermin bulat yang dipoles dengan baik, atau sepotong kristal
yang tanpa cacat itu - apakah itu berarti bahwa lelaki atau
perempuan itu pergi ke dalamnya atau memasukinya ? "
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva mengatakan: 'Tidak,
Devatideva, itu tidak terjadi. Devatideva, karena minyak dan air
itu jernih dan tidak terganggu, atau cermin bulat itu dipoles
dengan baik, atau sepotong kristal itu bersih, maka pantulan
(pratibimba) itu muncul; Tubuh lelaki atau perempuan itu tidak
muncul dari air, minyak, cermin, atau sepotong kristal, itu
tidak datang dari mana pun juga tidak pergi ke mana pun, itu
tidak dihasilkan dari mana pun, juga tidak dihentikan (niruddha)
di mana pun."
Sang Bhagavan berkata : "Bagus, bagus, Bhadrapala. Anda benar,
Bhadrapala. Jadi, Bhadrapala, sama seperti yang Anda katakan,
ketika bentuk (rupa) adalah baik dan jelas (suparisuddha),
pantulannya (pratibimba) muncul. Dalam cara yang sama, ketika
Bodhisattva mengembangkan Samadhi ini dengan benar, Bodhisattva
itu melihat sang Tathagata dengan sedikit kesulitan
(alpa-krcchrena). Setelah melihat-Nya, Ia mengajukan pertanyaan,
dan disenangkan dengan penjelasan dari pertanyaan itu. Setelah
berpikir: "Apakah sang Tathagata ini datang dari suatu tempat?
Apakah saya ada pergi ke mana pun?" Ia mengerti (prajanati)
bahwa sang Tathagata tidak datang dari mana pun. Setelah
memahami (samprajna) bahwa tubuhnya sendiri juga tidak pergi ke
mana pun, Ia berpikir : "Apa pun yang dari tiga dunia ini
(traidhatuka) tidak lain adalah pikiran (citta-matra). Mengapa
demikian ? Yaitu, sebagaimana Saya membeda-bedakan hal
(vikalpayati), jadi mereka muncul."
"Pikiran tidak dipahami sebagai yang di dalam, atau sebagai yang
diluar, ataupun yang dari keduanya. Itu timbul secara berkondisi
(pratitya) setelah memahaminya dalam cara yang berbeda
(anyatha). Yang dihasilkan secara berkondisi
(pratitya-samutpanna) tidak memiliki keberadaan (abhava). Yang
tidak memiliki keberadaan adalah yang tidak dilahirkan (ajata).
Yang tidak dilahirkan tidak bisa dipahami (anupalambha). Yang
tidak bisa dipahami adalah yang kosong oleh sifat alaminya
(svabhava-sunya). Yang kosong oleh sifat alaminya adalah yang
tidak dapat ditentukan (aprajnapaniya). Yang tidak dapat
ditentukan adalah yang tidak bisa dilihat, atau disadari
(vijnata), atau dilekati (sakta), atau ditunjukkan (desita),
atau dihancurkan (vipranasta), atau diungkapkan (prabhavita)."
"Pikiran menciptakan para Buddha, pikiran itu sendiri yang
melihat Mereka. Para Buddha adalah pikiran, pikiran adalah para
Tathagata. Pikiran adalah tubuh saya, pikiran melihat para
Buddha. Pikiran tidak dirinya sendiri mengetahui pikiran,
pikiran tidak dirinya sendiri melihat pikiran. Pikiran yang
dengan gagasan (samjna) adalah kebodohan; Pikiran yang tanpa
gagasan adalah Nirvana. dharma ini adalah 'yang tanpa intisari
(asaraka)'. Mereka semua dihasilkan dengan berpikir (manyana).
Karena pikiran adalah kosong (sunya), maka apa pun yang
dipikirkan adalah yang pada akhirnya tidak ada. Yang demikian
itu, Bhadrapala, adalah penglihatan dari Bodhisattva yang
didirikan di dalam Samadhi."
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini (atha khalu bhagavams tasyam velayam ima
gatha abhasata) :
'Melalui pikiran, sang Buddha dihasilkan;
Dan dengan pikiran itu sendiri (cittenaiva) Dia terlihat.
Bagi Saya, sang Buddha hanyalah pikiran,
Hanya pikiran adalah sang Tathagata.
Tubuh Saya hanyalah pikiran,
Dan sang Buddha dilihat oleh pikiran.
Bagi Saya, 'kebangkitan (bodhi)' hanyalah pikiran;
Pikiran hanyalah yang tanpa keberadaan diri (svabhava).
Pikiran tidak mengetahui pikiran,
Pikiran tidak melihat pikiran.
Gagasan pikiran (citta-samjna) adalah kebodohan,
Pikiran yang tanpa gagasan (a-citta-samjna) adalah Nirvana.
dharma ini adalah yang tanpa intisari (asara),
Mereka semua muncul dari pikiran.
Ketika memahami kekosongan (sunyata),
Maka terbebas dari pikiran yang bergagasan. '
Yang demikian itu, Bhadrapala, adalah pengetahuan (jnana) dari
Bodhisattva yang di dirikan di dalam Samadhi ini.
#Post#: 12--------------------------------------------------
Re: Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:10 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/25869088.19.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/25869088.19.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/l7wQR34hzMA" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/2000px-Vajra_Guru_Mantra.svg…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/2000px-Vajra_Guru_Mantra.svg.p…
BAB 3
Empat Kualitas (catur-dharma)[/center]
'Jika memiliki empat dharma ini, Bhadrapala, Bodhisattva
Mahasattva akan dengan cepat memperoleh Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini. Apakah empat ini? Yaitu,
keyakinan yang tidak dapat dicabut (asamharya-sraddha); semangat
ketekunan yang tanpa kemunduran (avaivartika-virya);
kebijaksanaan yang tidak dapat disesatkan (aprapransa-prajna);
dan kehadiran (upasthana) teman yang baik. Jika Dia memiliki
empat dharma ini, Bhadrapala, sang Bodhisattva Mahasattva akan
dengan cepat memperoleh Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini."
"Lebih lanjut lagi, Bhadrapala, jika memiliki empat dharma ini,
Bodhisattva Mahasattva akan dengan cepat memperoleh Sam&#257;dhi
ini. Apakah empat ini? Yaitu, selama tiga bulan, tidak
memunculkan gagasan pikiran tentang diri (atma-samjna), bahkan
diwaktu membunyikan jari (antasa acchata-samghata-matram);
Selama tiga bulan tidak dikuasai oleh kemalasan dan kelesuan
(styana-middha) bahkan di waktu membunyikan jari; Setelah
memulai dengan semangat ketekunan (viryam arabhya) dan mengatur
diri untuk berjalan (camkrama), tidak duduk di tanah selama tiga
bulan, kecuali untuk buang air besar dan buang air kecil;
Memberikan secara luas kepada orang lain dengan pemberian Dharma
(dharma-dana) dan, sebagai tambahan (upari), tidak mengharapkan
pendapatan, kehormatan atau pujian (labha-satkara-sloka). Jika
Dia memiliki empat dharma ini, Bhadrapala, sang Bodhisattva
Mahasattva akan dengan cepat memperoleh Samadhi ini."
"Lebih lanjut lagi, Bhadrapala, jika memiliki empat dharma ini,
Bodhisattva Mahasattva akan dengan cepat memperoleh Sam&#257;dhi
ini. Apakah empat ini? Yaitu, mendorong para makhluk untuk
melihat Buddha; Mendorong para makhluk untuk mendengarkan
Dharma; Mendorong para makhluk untuk menghasilkan pikiran
kebangkitan; dan bebas dari iri hati (irsya). Jika Dia memiliki
empat dharma ini, Bhadrapala, sang Bodhisattva Mahasattva akan
dengan cepat memperoleh Samadhi ini."
"Lebih lanjut lagi, Bhadrapala, jika memiliki empat dharma ini,
Bodhisattva Mahasattva akan dengan cepat memperoleh Sam&#257;dhi
ini. Apakah empat ini? Yaitu, melalui keinginan untuk Samadhi
ini, membuat patung (pratima) dari Tathagata, atau bahkan hanya
membuat gambar yang dilukis; Melalui keinginan untuk Samadhi
ini, demi membuat Samadhi ini bertahan untuk waktu yang lama
(cira-sthiti-hetor) dan agar Samadhi ini dipertahankan, menyalin
dengan baik dan menyajikannya sebagai buku (pustaka); Mendirikan
orang-orang yang sombong (abhimanika-pudgala) di dalam Dharma
yang bebas dari kesombongan (abhimana), yaitu, di dalam
Anuttar&#257; Samyaksambodhirabhisambuddh&#257;; yang ditujukan
untuk perlindungan, pelestarian, dan pemeliharaan ajaran
Tathagata. Jika Dia memiliki empat dharma ini, Bhadrapala, sang
Bodhisattva Mahasattva akan dengan cepat memperoleh Samadhi
ini."
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
"Yakinlah dalam ajaran sang Sugata,
Jangan meremehkan penjelasan yang terperinci dari Dharma dari
kekosongan (shunyata-dharma);
Setelah memulai dengan semangat ketekunan dan melenyapkan
kelesuan,
Jangan sekalipun duduk selama tiga bulan penuh.
Tanpa kemelekatan untuk pendapatan, kehormatan, atau pujian
Anda harus menjelaskan secara terperinci Dharma yang diucapkan
oleh sang Sugata;
Anda harus menyebarkan Ajaran yang tiada bandingannya.
Jika Anda tanpa kemelekatan, Anda akan mendapatkan Dharma ini.
Bebas dari iri hati, Anda harus tidak memberi jalan kepada
kemarahan.
Dengan nafsu keinginan dihilangkan, dan pikiran dibebaskan,
Terkonsentrasi (samahita), dan senang di dalam meditasi
(dhyana),
Jika Anda membuat usaha (prayuj), akan mendapatkan Dharma ini.
Renungkan sang Buddha dengan tanda-tanda terbaik dari kebajikan
(varapunyalaksana),
Yang memiliki warna emas dan ratusan tanda dari kebajikan
(satapunya-laksana),
Indah, di mana-mana diliputi dengan cahaya,
Dan yang menyenangkan untuk dilihat (darshaniya) seperti wujud
emas.
Buatlah sikap beranjali (kritanjali), Renungkan
Para Buddha masa lampau, atau Mereka yang belum datang;
Dan renungkan sang Sugata, untuk menyembah
Yang terbaik diantara laki-laki (narottama) yang ada pada saat
ini.
Dengan pikiran yang penuh bahagia (prasanna-citta) menyembah
sang Sugata
Dengan bunga (puspa), karangan bunga (malya),
salep murni (vilepana), makanan dan minuman;
Samadhi ini tidak akan sulit untuk diperoleh.
Karena Anda menginginkan Samadhi yang paling unggul ini,
Dengan pikiran senang dan sukacita yang tanpa bandingan
Buatlah musik untuk peninggalan relik yang tiada tanding
Dengan musik (vadya) dari gendang (dundubhi), keong (samkha),
dan tambur (mrdamga).
Karena Anda menginginkan Samadhi yang paling unggul ini,
Lukislah gambar (citra) dengan baik, dan buatlah patung yang
tiada tandingan (atulyapratima),
Yang memiliki tanda (laksana) yang lengkap, menyerupai warna
emas,
Besar, dan tanpa cacat.
Setelah menghormati (puraskrtya) dharma yang menyenangkan
(sarayaniya-dharma),
Jika murni dalam moralitas (sila), berusaha belajar (sruti),
Dan telah menghilangkan landasan dari kemalasan (alasya-vastu),
Anda akan mendapatkan Samadhi ini tanpa waktu lama (na cirena).
Tidak mempunyai maksud jahat (aghata) terhadap siapa pun;
Jika tinggal berdiam di dalam cinta kebaikan (maitri) dan
tinggal di dalam kasih sayang (karuna),
Dan menganggap kualitas nafsu (kama-guna) dengan mengabaikannya
(upeksa),
Anda akan mendapatkan Samadhi ini tanpa waktu lama.
Jadi terhadap pengkhotbah Dharma (dharma-bhanaka) juga
memelihara keramah-tamahan,
Dan selalu membangkitkan (upasthapayati) tanggapan penglihatan
Guru (sastr-samjna);
Jangan bangga, lenyapkanlah nafsu keinginan,
Tidak pernah kikir dengan pemberian Dharma (dharma-dana).
Memperoleh pemberkatan yang sangat baik ini (anusamsa);
Pokok dari ajaran (upadesa-p�da) diajarkan oleh sang Sugata
Ini adalah ajaran dari banyak Buddha;
Samadhi ini tidak akan sulit diperoleh.
"Lebih lanjut lagi, Bhadrapala, Bodhisattva Mahasattva yang
menginginkan Samadhi ini harus memiliki rasa hormat dan
penghormatan kepada Bhiksu yang mengkhotbahkan Dharma
(dharmabhanaka-bhiksu), Dia harus menerapkan diri-Nya pada
Samadhi ini ketika telah membentuk tanggapan penglihatan dari
Guru, tanpa niat apapun dari mencari-cari kesalahan (na
uparambhabhiprayena). Jika, Bhadrapala, sang Bodhisattva
mempunyai pikiran dari maksud jahat (agatha-citta), atau
mempunyai pikiran yang bengis (khila-citta), atau mempunyai
pikiran yang tidak senang (aprasanna-citta) terhadap Bhiksu yang
mengajarkan Dharma, maka, Bhadrapala, tidak ada kemungkinan atau
kesempatan (asthanam anavakaso) dari sang Bodhisattva untuk
memperoleh Samadhi ini. Dan tidak ada kemungkinan seperti itu
jika Dia tidak membentuk tanggapan penglihatan Guru kepada
Bhiksu yang mengajarkan Dharma.'
"Mengapa begitu, Bhadrapala? Karena melalui ketidakhormatan,
'Dharma Sejati (Saddharma)' menghilang. '
"Itu adalah seolah-olah, Bhadrapala, misalnya, lelaki yang
diberkahi dengan penglihatan (caksusmat) melihat ke atas langit
di tengah malam yang cerah dan tak berawan dan melihat ada
banyak wujud bintang (taraka-rupa).'
"Dalam cara yang sama, Bhadrapala, Bodhisattva Mahasattva yang
didukung oleh Buddha, didirikan di dalam Samadhi ini, karena Dia
memiliki tanggapan penglihatan dari ruang angkasa yang didirikan
dengan baik (supasthita-akasa-samjna) dan tanggapan penglihatan
dari Buddha yang dikendalikan dengan baik
(svadhisthitabuddha-samjna), dan dengan cara kemuliaan
(anubhava) dari Buddha dan pengolahan (bhavana) dari Samadhi
ini, jika Dia melihat ke timur ke sistem dunia yang lain, maka
dengan sedikit kesulitan banyak Buddha akan muncul pada
penglihatannya. Dengan sedikit kesulitan banyak ratusan Buddha,
banyak ribuan Buddha, banyak ratusan ribu Buddha, banyak koti
Buddha, banyak ratusan koti Buddha, banyak ribuan koti Buddha,
banyak ratusan ribu koti Buddha, banyak ratusan ribu koti nayuta
Buddha akan dengan sedikit kesulitan muncul pada penglihatannya.
'
"Dengan cara yang sama, Dia harus meliputi penjuru selatan,
barat, utara, empat arah menengah, titik terendah dan titik
tertinggi, dan jika dengan cara itu Dia melihat di sepuluh
penjuru arah, sang Bodhisattva Mahasattva akan dengan sedikit
kesulitan membuat banyak Buddha muncul pada penglihatannya.
Dengan sedikit kesulitan, banyak ratusan Buddha, banyak ribuan
Buddha, banyak ratusan ribu Buddha, banyak koti Buddha, banyak
ratusan koti Buddha, banyak ribuan koti Buddha, banyak ratusan
ribu koti Buddha, banyak ratusan ribu kotinayuta Buddha akan
dengan sedikit kesulitan muncul pada penglihatannya."
"Jadi, Bhadrapala, Bodhisattva Mahasattva yang didukung oleh
Buddha, yang didirikan di dalam Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini, akan dengan sedikit
kesulitan membuat banyak Buddha muncul pada penglihatannya.
Dengan sedikit kesulitan, banyak ratusan Buddha, banyak ribuan
Buddha, banyak ratusan ribu Buddha, banyak koti Buddha, banyak
ratusan koti Buddha, banyak ribuan koti Buddha, banyak ratusan
ribu koti Buddha, banyak ratusan ribu koti nayuta Buddha akan
muncul pada penglihatannya."
"Itu adalah sama, Bhadrapala, misalnya, sang Tathagata Arhan
Samyaksambuddha memiliki Mata Buddha (buddha-caksu), sang
Tathagata Arhan Samyaksambuddha dengan memiliki Mata Buddha
mengetahui segala sesuatu dan melihat segala sesuatu. "
"Dalam cara yang sama, Bhadrapala, Bodhisattva Mahasattva yang
didukung oleh Buddha, yang didirikan di dalam Pratyutpanna
Buddha Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini, dengan sedikit
kesulitan sepenuhnya mencapai (paripurayanti) pembelajaran yang
besar (bahu-srutya). Mereka sepenuhnya mencapai kesempurnaan
memberi (danaparamita), kesempurnaan moralitas (sila),
kesempurnaan kesabaran (ksanti), kesempurnaan semangat ketekunan
(virya), kesempurnaan meditasi (dhyana), dan kesempurnaan
kebijaksanaan (prajna). Mereka sepenuhnya menyelesaikan
moralitas, samadhi, kebijaksanaan, pembebasan, dan pengetahuan
terbebaskan yang melihat
(sila-samadhi-prajna-vimukti-vimuktijnanadarsana). Mereka
sepenuhnya mencapai semua kualitas kebajikan (guna) dari
Bodhisattva. Mereka sepenuhnya mencapai indera dari
kebijaksanaan tertinggi, dan Anuttara-Samyak-Sambodhi."
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
Seperti misalnya, lelaki yang diberkahi dengan penglihatan,
ketika ia sendirian di malam hari,
Bangun di tengah malam, dan di langit yang cerah
Melihat banyak ratusan ribu bintang;
Memiliki ingatan, jika ia berpikir tentangnya, ia mengingatnya
pada siang hari juga;
Dengan cara yang sama, Bodhisattva yang telah memperoleh Samadhi
ini,
Melihat banyak ratusan ribu Buddha, para Pahlawan (vira);
Dia mengingat Mereka bahkan ketika keluar dari itu,
Dan mengumumkan kepada perkumpulan majelis: "Sang Penguasa Dunia
(lokanatha) adalah seperti ini...."
Sama seperti mata Saya, yang murni, dan terang (vitimira),
Mata Buddha yang jelas melihat dunia,
Demikian juga mata dari para putra Jina, para Bodhisattva,
Dengan Samadhi yang murni (viraja) ini, melihat sang Penguasa
Laki-laki (narendra).
Ketika Mereka melihat Dasa-bala dari sang Penguasa berkaki dua
(dvipadendra), sang Lokanatha,
Para Muni tidak pernah membayangkan tanggapan penglihatan
tentang hal yang ada.
Dengarlah kualitas yang unggul dari para Bodhisattva yang
terkemuka,
Yang telah menghancurkan racun, yang murni, dan yang terbebas
dari tanggapan penglihatan tentang hal yang ada.
Juga mendengar Dharma yang unggul dan sejuk (sitala).
Cepat renungkan Dharma kekosongan yang sangat baik.
Saya juga, setelah memperoleh kebangkitan dari Jina, akan
menjelaskan
Dharma yang sangat baik ini untuk manusia, untuk banyak makhluk.
Sama seperti Bodhisattva dengan kehidupan yang tidak terbatas,
setelah lahir,
Melihat banyak ratusan ribu Lokanatha,
Jadi jika orang memperoleh Samadhi Bodhisattva ini,
Orang akan melihat banyak ratusan ribu Buddha, para Vira.
Sama seperti Ananda sang Bhiksu yang baik, yang diberkahi dengan
ingatan (smrtimat),
Menerima dan mempertahankan apa yang Dia dengar dari Saya,
Demikian juga sang Bodhisattva, jika Dia memperoleh Samadhi ini,
Mendengar banyak Dharma dan mempertahankannya semua.
Dengan mendengar Samadhi ini, mengalami sukacita,
Dan membuang semua berbagai macam mantra dari dunia;
Cepat memiliki keyakinan, dan berikanlah pemberian Dharma;
Dengan cara itu, Anda akan mencapai tahap (bhumi) dari kemurnian
dan ketenangan ini. "
"Oleh karena itu, Bhadrapala, Bodhisattva harus mendapatkan
Samadhi ini, dan harus menghasilkan usaha yang besar dan
semangat ketekunan sehingga dapat menyempurnakannya. "
#Post#: 13--------------------------------------------------
Re: Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:12 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/IMG_649276199312.jpeg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/IMG_649276199312.jpeg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/xqWPMJFbx9I" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/IMG_16581183679918.jpeg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/IMG_16581183679918.jpeg.html
BAB 4
Persamaan Kiasan[/center]
"Itu adalah seolah-olah, Bhadrapala, misalnya, kapal penjelajah
laut yang memuat perhiasan, setelah berlayar di laut dan
menghindari semua bahaya, karam di pantai; maka orang-orang
Jambudvipa itu akan menangis keras, berteriak keras, dan
meratap. Melalui penderitaan besar mereka juga akan meratapi,
dengan mengatakan: "Kami telah kehilangan (hina) perhiasan itu.
'"'
'Dalam cara yang sama, Bhadrapala, setiap putra dari keluarga
yang baik (kulaputra), atau putri dari keluarga yang baik
(kuladuhitr&#257;), atau Bhiksu, atau Bhiksunl, atau Upasaka,
atau Upasika yang saat mendengar Permata Samadhi ini telah
datang (samadhi-ratna sravanapatham agacchati), jika setelah
mendengarnya mereka tidak menyalinnya dalam bentuk buku
(pustakagatam likhanti), tidak mengajarkannya (desayanti), tidak
mengucapkannya (vacayanti), tidak melestarikannya (dharayanti),
tidak membacanya (pathanti), tidak menjelaskannya (uddisanti),
tidak mengembangkannya (bhavayanti), atau tidak mempraktekkannya
(pratipattya sampadayanti), maka, Bhadrapala, dunia dengan para
Devanya akan menangis keras, berteriak keras, dan meratap.
Melalui penderitaan besar mereka juga akan meratapi, dengan
mengatakan:
"Setelah mendengar Permata Samadhi yang mendalam
(gambhlra-samadhi-ratna) seperti ini, yang dipuji oleh Buddha,
yang dipuja oleh Buddha, yang dimuliakan oleh Buddha, yang
mengarah ke pencapaian semua kualitas Buddha, para makhluk itu
yang tidak menyalinnya (likhanti), tidak mengajarnya
(desayanti), tidak mengucapkannya (vacayanti), tidak
melestarikannya (dharayanti), tidak membacanya (pathanti), tidak
menjelaskannya (uddisanti), tidak mengembangkannya (bhavayanti),
atau tidak mempraktekkannya (pratipattya sampadayanti), yang
dikuasai dengan kebanggaan, kebodohan, dan tidak bertahan untuk
penyelesaian yang lengkap dari pembelajaran yang besar, mereka
telah kehilangan (parihina) Permata Samadhi ini."
"Para makhluk itu, Bhadrapala, yang tidak ingin mendengar
Samadhi ini, dan yang tidak akan menerima Samadhi ini, mereka,
Bhadrapala, telah dijelaskan oleh Saya sebagai yang tunduk pada
kehilangan (parihani-dharmin)."
"Para makhluk itu, Bhadrapala, yang saat mendengar Permata
Samadhi ini tidak menyalinnya, tidak mengajarnya, tidak
mengucapkannya, tidak melestarikannya, tidak membacanya, tidak
menjelaskannya, tidak mengembangkannya, atau tidak
mempraktekkannya, lihatlah betapa besar kerugian mereka ! Saya,
Bhadrapala, telah mengatakan bahwa makhluk semacam itu, pada
Dharma ini, adalah yang tidak penting."
"Itu adalah seolah-olah, Bhadrapala, misalnya, orang yang
aslinya bodoh (bala-jatiya) dan yang aslinya berpikiran lemah
(dusprajna-jatiya) diberikan beberapa cendana merah yang segar,
namun membentuk gagasan pikiran bahwa itu adalah yang tidak
murni, dan membentuk gagasan pikiran bahwa itu adalah yang
kotor. Orang yang aslinya pandai, pedagang cendana, mengatakan
kepadanya: ''Tuan, jangan membentuk gagasan pikiran bahwa
cendana yang segar ini adalah yang tidak murni, jangan membentuk
gagasan pikiran bahwa itu adalah yang kotor. Tuan, hirup saja
bagaimana menyenangkan wanginya itu. Dan lihatlah, Tuan,
bagaimana menarik warnanya. "'
"Tetapi orang yang aslinya bodoh dan yang aslinya berpikiran
lemah itu, saat melihat bahwa cendana merah itu, dirinya sendiri
tidak memegangnya, karena ia tidak ingin menghirup baunya, dan
ia menutup matanya, karena ia tidak ingin melihatnya. "
'Dalam cara yang sama, Bhadrapala, di masa depan, para Bhiksu
yang secara salah berpikir diri mereka sendiri menjadi
Bodhisattva (bodhisattva-manin), Yang belum mengembangkan tubuh
(abhavita-kaya), belum mengembangkan pikiran, belum
mengembangkan sila, belum mengembangkan kebijaksanaan, tidak
bermoral, tidak menerima permata dari makna yang jelas dari
Dharma sejati (saddharma-nitartha-ratna), menolak permata dari
makna yang jelas dari Dharma sejati, bodoh, kekurangan
kebijaksanaan, terlalu bangga pada pencapaian dari meditasi
(dhyana) mereka, yang melekat pada perwujudan diri (pudgala),
memegang pandangan dari perwujudan diri (pudgala-drsti),
terdirikan di dalam perwujudan diri, melekat pada penangkapan
landasan (upalambha) di dalam dharma, dan takut pada penjelasan
tentang kekosongan (shunyata) -- ketika mereka mendengar
Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini
dijelaskan, jika mereka tidak mendengarkannya, tidak akan
memiliki keyakinan di dalamnya, juga tidak menerimanya
(udgrahisyanti), tidak menguasainya (paryavapsyanti), tidak
menjaganya (dharayisyanti), serta tidak membacanya, apalagi (kah
punar vadah) menjelaskan secara penuh kepada orang lain
(parebhyo vistarena samprakasayisyanti)? Jika mereka pada
usahanya tidak mengalami cinta kasih yang besar dan sukacita,
apalagi mempraktikkannya sesuai dengan apa adanya (tathatvaya
pratipatsyanti); dan puncaknya (uttari) ketika mereka mendengar
hal itu, mereka akan menolaknya, tidak memiliki keyakinan di
dalamnya, tidak menerimanya, dan tidak menerapkan diri sendiri
(adhimoksyante) untuk itu."
"Dengan maksud untuk meremehkannya, dengan maksud mengejeknya,
dan dengan maksud mencacinya, mereka akan berkata: "Kemunculan
yang terang dari kitab ajaran ini (pravacana), kemunculannya di
dunia sama seperti Bhiksu Ananda, dan munculnya Sutra yang
seperti ini tentu adalah keajaiban besar!" Dan pergi ke tempat
rahasia mereka akan mencacinya, dengan mengatakan satu sama
lain: "Sutra yang seperti ini adalah buatan karangan, itu adalah
puisi buatan, itu tidak diucapkan oleh Buddha, itu juga tidak
diajarkan (anujnata) oleh Buddha !" Namun para orang bodoh
seperti itu adalah mereka yang dikenal sebagai orang-orang yang
telah kehilangan (parihina) Permata Saddharma, sebagai
orang-orang yang telah menolak Permata Saddharma."
'Itu adalah sama seperti, Bhadrapala, misalnya, orang yang
aslinya bodoh itu, setelah melihat cendana merah, menutup
hidungnya agar tidak mencium baunya dan menutup matanya agar
tidak melihatnya, dengan cara yang sama, Bhadrapala, para orang
bodoh itu juga, setelah mendengar Permata Samadhi ini, tidak
akan ingin mendengar lebih dan lebih lagi, dan tidak akan ingin
menerimanya, menguasainya, menyimpannya, atau membacanya, dan
puncaknya ketika mereka mendengar tentangnya, mereka akan pergi
jauh dari tempat itu, hanya karena tidak ingin mendengarkannya.
"
"Itu adalah seolah-olah, Bhadrapala, misalnya, orang yang
menjual permata berpikiran untuk menunjukkan sebuah permata yang
tak ternilai dari beril (anargha-vaidurya-mani ratna) kepada
orang-orang yang aslinya bodoh itu, dan orang-orang yang aslinya
bodoh itu, setelah melihat batu permata (mani-ratna) itu,
kemudian berkata kepadanya: "Tuan, berapa besar permata ini
layak dihargai?"
"Penjual Permata itu berkata kepada mereka: "Beri saya, tujuh
jenis permata (sapta-ratna) yang membentang menutupi empat
penjuru arah, yang diterangi oleh cahaya dari Mani Ratna ini.
Mengapa demikian? Itu adalah nilai penuh dari Mani Ratna ini.""
"Mendengar dari dia nilai dari Mani Ratna ini, para makhluk yang
aslinya bodoh itu menertawakan dia, memaki dia dan mencemooh
dia, dan mengukur Mani Ratna itu berdasarkan ukuran genggaman
telapak tangan (panitala), mereka kemudian berkata : "Bisakah
harganya sama dengan seekor sapi jantan? Bisakah anda menukarnya
dengan seekor sapi jantan? Kami pikir ini tidak mungkin lebih
dari ini. Jika anda mau kami akan senang dan jika tidak, maka
ini berakhir." Demikian juga, Bhadrapala, mereka yang mendengar
Permata Samadhi ini dan tidak memiliki keyakinan padanya, akan
menertawakannya."
"Dalam cara yang sama, Bhadrapala, di masa depan, para Bhiksu
yang sangat memahami, yang telah melakukan tugas mereka di bawah
para Jina masa lalu, dan telah menanam akar kebaikan, ketika
mereka mendengar Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita
Sam&#257;dhi ini, dalam rangka untuk menyebarkannya, mereka akan
mempelajarinya, menguasainya, menyalinnya, menyebabkannya
disalin, menyimpannya, membacanya, dan menjelaskannya secara
penuh kepada orang lain, mereka akan memiliki keyakinan, sangat
memahami, cenderung bersemangat, murni dalam tingkah-laku
(iryapatha), diberkahi dengan kerendahan hati (hri) dan
pertobatan (kaukrtya), mereka akan menginginkan pelatihan
(siksa), menjadi sangat condong kepada yang mendalam
(gambhiradhimukti), akan memiliki kebijaksanaan, menjadi sangat
terpelajar (bahusruta), tinggal di dalam cinta kasih dan
memperoleh kasih sayang; karena mereka telah mendengar Samadhi
ini, di mana pun mereka pergi, mereka akan mengajarkannya dan
menunjukkannya. Mereka akan menghasilkan pikiran: 'Semoga
Samadhi dari Bodhisattva ini, yang diucapkan oleh sang Buddha,
dengan segala cara bertahan untuk waktu yang lama. Semoga itu
menyebar! "'
"Kemudian juga, Bhadrapala, akan ada para makhluk lain tertentu
yang memiliki sangat sedikit jasa kebajikan (punya), yang belum
menanam akar kebaikan, yang belum melakukan tugas mereka di
bawah para Jina masa lalu, tersiksa (pidita) oleh kebanggaan,
tersiksa oleh rasa iri, tersiksa oleh pendapatan, kehormatan,
dan pujian, yang tidak murni dalam sila, yang belum memperoleh
Samadhi, yang belum memperoleh kebijaksanaan, yang sangat
sedikit belajar (alpa-sruta), tidak bergaul dengan guru
(acarya), memiliki pandangan perwujudan diri (pudgala-drsti),
melekat pada perwujudan diri, tinggal berdiam di dalam
perwujudan diri, dan melekat pada penangkapan landasan
(upalambha) di dalam dharma, dan takut pada penjelasan tentang
kekosongan (shunyata); dan ketika mereka mendengar Pratyutpanna
Buddha Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini, mereka tidak akan
mengerti, tidak memiliki keyakinan di dalamnya, tidak percaya,
atau tidak condong kepadanya, dan di puncaknya, ketika mereka
mendengarnya, mereka akan menertawakannya, mencemoohnya dan
mencacinya. Pergi ke tempat rahasia mereka akan memakinya dan
menolaknya di antara diri mereka sendiri dengan mengatakan :
"Para Bhiksu ini sombong (pragalbha), para Bhiksu ini cerewet
(mukhara). Ini tentu adalah sebuah keheranan besar yang mereka
pastinya memberikan nama kepada 'Sutra' yang tidak diucapkan
oleh sang Buddha, bahwa yang mereka buat sendiri dan merupakan
puisi karangan, bahwa yang merupakan campuran kata-kata dan
huruf (padaksara-nanatva) dan yang diucapkan di dalam percakapan
belaka.'"
"Dan mengatakan: "Sutra ini tidak diucapkan oleh Buddha." Mereka
akan membuat orang lain percaya begitu. Dengan cara itu, para
orang bodoh itu, yang memiliki sangat sedikit jasa kebajikan,
yang tidak menanam akar kebaikan, yang tidak melakukan tugas
mereka di bawah para Jina masa lalu, telah menolak Permata
Dharma yang tiada tanding (anuttara-dharma-ratna), dan
menghindar (bahirbhuta) dari Permata Dharma, mereka akan
mengolah (nigev), mengembangkan, dan meningkatkan (bahulikr)
pengurangan jasa kebajikan (alpa-punyata). "
"Di hadapan perkumpulan majelis ini dengan para devanya,
manusianya dan asuranya, Bhadrapala, Saya mengumumkan kepada
Anda, Saya memberitahu Anda : 'Jika ada kulaputra atau
kuladuhitr&#257; yang mengambil satu Buddhaksetra dan
menghaluskannya menjadi butiran terkecil dari debu, lalu
mengambil satu butiran terkecil dari debu itu dan kembali lagi
menghaluskannya menjadi butiran debu yang sama banyaknya dengan
butiran debu di satu Buddhaksetra, akankah, Bhadrapala, itu
menjadi butiran debu yang banyak?"
"Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva berkata : "Sangat banyak,
Bhagav&#257;n, sangat banyak, Sugata."
Sang Bhagavan berkata : "Saya mengucapkan persamaan kiasan ini
untuk Kalian semua, jika ada kulaputra atau kuladuhitr&#257;
mengisi trisahasra-maha-sahasra-lokadhatu ini dengan tujuh jenis
permata (sapta-ratna) sebanyak butiran debu itu dan
mempersembahkannya kepada sang Tathagata Arhat Samyaksambuddha;
dan jika ada kulaputra atau kuladuhitr&#257; yang mendengar
Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini, dan,
setelah mendengarnya, memahaminya, memiliki keyakinan di
dalamnya, dan percaya, dengan kuat meyakini "Ini adalah
kebenaran, " dan juga mengumumkan : "Itu diucapkan oleh Buddha,"
maka pahala kebajikan dari kulaputra atau kuladuhitr&#257; yang
terakhir itu akan jauh melebihi lagi.'
Sang Bhagavan lanjut berkata : "Mereka yang menguasai Samadhi
ini, yang menyalinnya, mempelajarinya, membacanya, menjaganya,
dan memberitakannya kepada orang lain - jika pahala kebajikan
untuk mereka adalah yang seperti itu, berapa lebih banyak lagi
bagi mereka yang mengolah Samadhi ini dan menyempurnakannya?"
Kemudian pada saat itu, untuk memperjelas seluruh hal itu, sang
Bhagav&#257;n mengucapkan syair-gatha berikut ini:
'Dibandingkan dengan orang yang mengisi dengan permata
Di seluruh trisahasra
Dan mempersembahkannya kepada sang Lokanatha,
Demi memperoleh kebangkitan tertinggi (agrabodhi),
Jika orang, saat mendengar Sutra-Samadhi ini,
Yang dipuji oleh Buddha,
Sangat meyakininya,
Jasa kebajikannya akan sangat unggul (visista).
Jika dunia yang banyaknya seperti butiran debu di satu
Buddhaksetra
Yang dihaluskan menjadi potongan dan diperkecil menjadi butiran
debu,
Dan Buddhaksetra yang banyaknya melebihi jumlah itu
Diisi penuh dengan permata sebagai persembahan;
Dan jika ada orang yang mempelajarinya dan mengkhotbahkannya
kepada orang lain
Arti dari empat baris dari sang Lokanatha ini,
Samadhi yang menjadi kebijaksanaan dari semua Buddha,
Pahala kebajikan dari mendengarnya akan melampaui perbandingan;
Belum lagi mereka yang menguraikan pada dirinya sendiri,
Mempelajarinya, membacanya, merenungkannya bahkan untuk sesaat,
Atau bahkan membuat kemajuan dalam mempraktekkannya:
Pahala kebajikan mereka akan melampaui ukuran.
Bahkan jika semua orang akan menjadi Buddha,
Murni dalam pengetahuan bijaksana, terunggul dalam
kebijaksanaan,
Dan semua-Nya selama jutaan kalpa, dan lebih lagi,
Akan menjelaskan pahala kebajikan dari satu baitnya,
Dan akan memuji berkatnya sampai nirvana Mereka,
Menyanyikan pujiannya selama jutaan kalpa yang tidak terhitung
jumlahnya,
Mereka tidak akan mampu menguras habis pahala kebajikan
Yang terhubung dengan satu bait dari Samadhi ini.
Jika wilayah dari semua Buddhaksetra
Dalam empat penjuru arah, empat pusat menengah, titik teratas
dan titik terbawah,
Diisi dengan permata berharga sebagai dana,
Untuk membuat persembahan kepada Buddha Devatideva,
Dan jika ada orang yang mendengar Samadhi ini,
Berkat yang didapatkannya akan melebihi itu;
Bagi mereka yang membacanya dan menguraikannya dengan tenang dan
hati-hati,
Pahala kebajikannya tidak bisa diungkapkan dengan persamaan
apapun.
Kesombongan tidak pernah muncul dalam diri mereka,
Juga tidak pernah mengejar takdir jahat;
Mereka memahami Dharma yang mendalam, dan tidak terjebak dalam
keraguan;
Demikian itu adalah hasil dari berlatih Samadhi ini.
Para pandita yang melihat dan menghormati Saya;
Dengan kebajikan besar dan semangat ketekunan, mereka tidak
melekati apapun;
Mereka meningkatkan keyakinan dan pemahaman sebagai Bodhisattva;
Mereka berjuang untuk mempelajari Samadhi yang dipuji oleh
Buddha.
Saya menyuruh dan mendorong Anda selalu:
Berusaha mengerjakan dengan penuh semangat, tanpa menganggur,
Bangkitkan dirimu dengan berani, berlatih dengan ketekunan,
Sehingga untuk mencapai Jalan Besar tidak akan jauh.
Mereka yang membaca dan menerima Samadhi ini
Telah bertatap muka melihat ratusan ribu Buddha.
Jika selama kengerian besar di akhir masa,
Dengan memiliki Samadhi ini, mereka tidak akan takut.
Bhiksu yang mempraktekkannya sehingga melihat Saya,
Dia selalu mengikuti Buddha dan tidak terpisah dari-Nya.
Bodhisattva yang mendengar dan mempraktikkan Samadhi ini,
Berkewajiban untuk melestarikannya dan memberitakannya kepada
orang lain.
Jika para Bodhisattva memperoleh Samadhi ini,
Barulah Mereka disebut 'Dia yang dari kebijaksanaan yang
meliputi semua';
Karena mereka telah mencapai Hrdaya yang dipuji oleh Buddha,
Mereka akan cepat menyempurnakan Jalan keBuddhaan dan
kebijaksanaan yang seperti lautan.
Terus membaca dan mengajarkan Samadhi ini;
Mengikuti Buddha-Dharma, ajaran dari sang Lokanatha:
Mendengar garis keturunannya, mencapai Abhisambuddha,
Tepat sesuai dengan apa yang sang Buddha telah ajarkan.
Yang curang, penipu, dan tidak jujur,
Angkuh (uddhata), dengan indera yang tidak terhimpun,
Jatuh ke dalam cengkeraman teman yang jahat,
Yang berpikiran jahat tidak memiliki keyakinan.
Tidak bermoral (duhsila), sifat yang jahat (papa-dharmin),
Kukuh menetap dalam kebanggaan, mengatakan "Aku",
Ketika mereka telah berkumpul bersama-sama
Mereka menertawakan ajaran Jina ini.
Orang-orang tidak terkendali (asamvrta) itu,
Juga mengatakan kata-kata seperti :
"Sutra itu tidak diucapkan
Oleh sang Raja Dharma, Sang Buddha. "
Siapa pun, saat mendengar Samadhi-Sutra ini,
Tidak memahaminya
Adalah yang buruk (visama), yang kehilangan (vinasta), dan yang
bodoh,
Berpandangan jahat (kudrsti), dan menangkap landasan.
Mereka yang memiliki sedikit kebajikan, terdirikan dalam
ketakutan
Tidak akan mampu untuk memiliki keyakinan
Dalam Sutra seperti ini,
Yang telah diucapkan oleh sang Buddha.
Siapapun yang mendengar Sutra seperti ini
Dan bersukacita di dalamnya,
Janganlah ragu
Bahwa ia akan menjadi Lelaki Teragung (Narottama).
Siapapun yang murni di dalam sila,
Sungguh benar dalam pandangannya (drsti),
Dan menghormati Dharma ini,
Kepadanya Saya membabarkan Dharma ini.
Mereka yang telah melihat sang Pahlawan Besar (mahavira),
Sang Lokanatha, sang Pembawa Cahaya (prabhakara)
Demi kepentingan mereka itu telah dijelaskan;
Semoga mereka juga mempelajari Dharma ini.
#Post#: 14--------------------------------------------------
Re: Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:14 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/FB_IMG_1457350466228.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/FB_IMG_1457350466228.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/WmQrILDSJB0" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/_wsb_924x461_AmitabhaBuddhaA…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/_wsb_924x461_AmitabhaBuddhaAnd…
BAB 5
Penerimaan[/center]
"Mereka, Bhadrapala, yang bertemu (aragayanti) dengan Saya yang
sekarang sedang menjelaskan Samadhi ini, tidak ada kemungkinan
atau kesempatan (asthanam anavakaso) dari mereka untuk menolak
atau mencaci Samadhi ini ketika mendengarnya di saat terakhir,
di jaman terakhir, di masa lima ratus tahun terakhir (pascime
kale pascime samaye pascimayam pancasatyam vartamanayam),
kecuali mereka jatuh kedalam pengaruh teman-teman yang jahat
(papa-mitra), atau dipisahkan dari teman yang baik
(Kalyana-mitra). '
'Dalam hal ini, Bhadrapala, jika orang bodoh tertentu setelah
mendengar Samadhi ini tidak memiliki keyakinan di dalamnya,
tidak percaya, atau tidak dengan kuat condong kepadanya, bahkan
setelah jatuh kedalam pengaruh teman yang baik, apalagi bagi
orang-orang yang telah jatuh ke dalam pengaruh teman yang jahat?
Mengapa demikian, Bhadrapala? Pembelajaran yang besar itu
sangatlah sulit untuk disempurnakan. Penglihatan pada Buddha
sangatlah sulit untuk didapatkan. Itu sangalah sulit,
Bhadrapala, untuk menerapkan diri (adhimucyate) kepada
Buddha-Dharma. Ini, Bhadrapala, Bodhisattva Samadhi yang bernama
Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita, yang menghasilkan
semua Buddha-Dharma, juga sangat sulit untuk disempurnakan. '
"Setiap Bodhisattva, Bhadrapala, apakah sebagai grhastha atau
pravrajita, yang setelah mendengar Samadhi seperti ini menjadi
tidak khawatir, tidak takut, dan tidak gentar (nottrasyati na
samtrasyati na samtrasam apadyate), yang tidak menertawakannya,
mencacinya, memakinya, atau menolaknya, tapi lebih lanjut,
setelah mendengarnya menjadi bersukacita, memiliki keyakinan,
percaya, dan bercita-cita untuknya, dan memiliki keinginan untuk
mengajar, mempelajari, menguasai, menyimpan, membaca, menyalin,
menjelaskan dan mengembangkan Samadhi ini. Semuanya, Bhadrapala,
baik kulaputra maupun kuladuhitr&#257; yang seperti ini adalah
dilihat oleh Tathagata; Mereka dikenal oleh Tathagata."
"Bagaimanakah, Bhadrapala, para Orang bijak yang baik itu
(satpurusa) yang dilihat oleh Tathagata, dan bagaimanakah Mereka
dikenal oleh Tathagata? Satpurusa yang seperti itu, yang akan
mempelajari, menguasai, menyimpan, membaca, menyalin, mengajar,
dan mengembangkan Samadhi ini, Bhadrapala, mereka bukanlah yang
tidak bermoral (duhsila), bukan yang tanpa keyakinan, bukan
orang-orang yang tidak menginginkan Dharma, tidak mempertahankan
pandangan salah (mithya-drsti), dan tidak melekat pada
penangkapan landasan (Upalambha); Mereka, Bhadrapala, kulaputra
maupun kuladuhitr&#257; yang seperti ini, adalah yang memiliki
keyakinan seperti itu. Itu adalah, Kulaputra maupun
kuladuhitr&#257; yang menerima Dharma ini, memiliki pemahaman
yang besar, memiliki keyakinan (adhimukti) yang besar,
mempercayai, menginginkan Dharma, dan sangat kuat condong kepada
yang mendalam (gambhiradhimukta). kulaputra maupun
kuladuhitr&#257; yang seperti ini, Bhadrapala, adalah yang tidak
kurang jasa kebajikannya (alpapunya), yang tidak kurang akar
kebaikannya (alpa-kusalamula), juga, Bhadrapala, kulaputra
maupun kuladuhitr&#257; yang seperti ini telah melakukan tugas
mereka di bawah para Jina masa lalu dan telah memurnikan akar
kebaikan (uttaptakusalamula). '
"Kulaputra maupun kuladuhitr&#257; yang seperti ini, Bhadrapala,
adalah yang tidak hanya menyembah satu Buddha, juga tidak hanya
menanam akar kebajikan di bawah satu, dua, atau tiga Buddha;
Mereka, Bhadrapala, kulaputra maupun kuladuhitr&#257; yang
seperti ini, adalah yang telah menyembah ratusan Buddha.
Kulaputra maupun kuladuhitr&#257; yang seperti ini, adalah yang
telah menanam akar kebajikan di bawah ratusan Buddha. Setelah
mendengar Samadhi ini dari para Tathagata itu, kulaputra maupun
kuladuhitr&#257; yang seperti ini, telah bersukacita olehnya dan
sangat cenderung ke arahnya. Di saat terakhir, di jaman
terakhir, di masa lima ratus tahun terakhir juga, ketika Mereka
mendengar Samadhi ini, tidak akan menolaknya, melainkan ketika
mendengarnya, akan bersukacita padanya, bersorak memujinya
(sadhukaram da), menyimpannya, membacanya, mengajarkannya,
menjelaskannya, dan mengerahkan diri dalam usaha untuk
mengembangkannya. "
"Jika ada kulaputra atau kuladuhitr&#257;, Bhadrapala, yang
setelah mendengar Bodhisattva Samadhi yang bernama Pratyutpanna
Buddha Sammukh&#257;vasthita ini, tidak khawatir atau takut atau
gentar, dan tidak menolaknya, melainkan setelah mendengarnya
menjadi bersukacita, memiliki keyakinan, percaya, dan sangat
condong kepadanya, bersorak memujinya, dan setelah mendengarnya,
menerimanya, menguasainya, menyimpannya, membacanya,
menyalinnya, menyebabkannya untuk disalin, mengajarkannya, dan
mengerahkan diri dalam usaha untuk mengembangkannya bahkan jika
hanya untuk satu hari dan malam, maka, Bhadrapala, kulaputra
atau kuladuhitr&#257; akan atas dasar itu menimbulkan manfaat
kebajikan yang sangat besar. Mereka akan menimbulkan kumpulan
kebajikan (punya-skandha) yang tidak terukur, yang tidak
terhitung. Para kulaputra atau kuladuhitr&#257; itu akan menjadi
yang tidak bisa dimundurkan (avaivartika) dari
Anuttara-Samyak-Sambodhi. Mereka juga akan mendapatkan kepuasan
sesuai dengan tekad mereka (yathasayam).
'Namun, Bhadrapala, agar untuk membuat seluruh hal ini secara
khusus terselesaikan, Saya akan mengajarkan Anda sebuah
persamaan kiasan. Jika, Bhadrapala, misalnya, ada orang, yang
setelah muncul, menghancurkan trisahasra-maha-sahasra-lokadhatu
ini menjadi butiran terkecil dari debu (paramanuraja), dan
menghancurkan menjadi butiran terkecil debu pada semua rumput,
cabang, dan daun, bahkan yang sebesar empat inci panjangnya,
dari trisahasra-maha-sahasra-lokadhatu ini; dan jika orang itu
kemudian mengambil dari sana sebutir debu tunggal, dan
membelahnya menjadi sebanyak bagian yang ada dari butiran debu
seluruhnya, dalam cara membelah semua butiran debu ke dalam
banyak bagian itu, maka, Bhadrapala, apa yang Anda pikirkan?
Apakah butiran debu itu akan banyak? '
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva berkata : "Itu akan sangat
banyak, Bhagav&#257;n, itu akan sangat banyak, Sugata."
Sang Bhagavan berkata : "Jika, Bhadrapala, ada beberapa
kulaputra atau kuladuhitr&#257; akan mengisi dengan tujuh jenis
permata (sapta-ratna) pada Buddhaksetra yang sebanyak bagian
dari butiran debu itu, dan memberikannya sebagai persembahan
kepada para Tathagata Arhat Samyaksambuddha, apakah dia atas
dasar itu menghasilkan banyak pahala kebajikan? '
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva berkata : "Sangat banyak,
Bhagav&#257;n, sangat banyak, Sugata."
Sang Bhagavan berkata : "'Saya, Bhadrapala, mengumumkan kepada
Anda, memberitahu Anda, Bhadrapala, dibandingkan dengan
kulaputra atau kuladuhitr&#257; yang mengisi Buddhaksetra yang
banyak itu dengan tujuh jenis permata dan memberikannya sebagai
persembahan kepada para Tathagata, jika, Bhadrapala, kulaputra
atau kuladuhitr&#257;, yang setelah mendengar Bodhisattva
Samadhi yang bernama Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita
ini, memahaminya, meyakininya, mempercayainya, dan sangat
condong kepadanya, dan setelah memahaminya, meyakininya,
mempercayainya, dan sangat condong kepadanya, kemudian
menerimanya, menguasainya, menyimpannya, membacanya,
menyalinnya, menjelaskannya secara penuh kepada orang lain,
mengajarkannya, dan mengumumkannya - jika kumpulan jasa
kebajikan ini adalah lebih besar dari akar kebajikan yang
sebelumnya, yang dihasilkan untuk kulaputra atau
kuladuhitr&#257; ini, apalagi bagi orang yang terus mengerahkan
dirinya dalam usaha untuk mengembangkan Samadhi ini bahkan jika
hanya selama jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyusui sapi
(pergi-doha-matram)? '
'Saya, Bhadrapala, tidak bisa menjelaskan sejauh mana kumpulan
kebajikan dari para kulaputra atau kuladuhitr&#257; itu, yang
setelah mendengar Samadhi ini, menerimanya, menguasainya,
menyimpannya, membacanya, menyalinnya, menjelaskannya
(gamayante), mengajarkannya dan mengumumkannya kepada orang lain
secara penuh, apalagi dari para kulaputra atau kuladuhitr&#257;,
Bhadrapala, yang menyempurnakannya, yang berlatih (siksanti) di
dalamnya sesuai dengan kenyataan apa adanya (tathatvaya), dan
yang mempraktekkannya sesuai dengan kenyataan apa adanya
(tathatvaya pratipadyante)?'
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
"Dia yang mengisi mahasahassra ini
Dengan permata dan memberikannya sebagai persembahan,
Saya akan menggambarkan buahnya yang kecil,
Dibandingkan dengan orang yang mendengar Dharma ini.
Bodhisattva yang menginginkan banyak pahala kebajikan
Yang menyimpan dan membaca Samadhi ini,
Dan, setelah mendengarnya, mengajarkannya tanpa kenal lelah
Menjadi yang memiliki kumpulan kebajikan yang tidak terbatas.
Dibandingkan dengan dia yang memecah dan membelah sistem dunia
ini
Menjadi butiran kecil (paramanu), menguranginya menjadi debu,
Dan, mengisi sistem dunia yang sangat banyak
Dengan permata, memberikannya sebagai persembahan,
Dia yang menguasai empat baris syair (gatha)
Dari Samadhi ini, yang diberikan oleh sang Buddha
Dan yang dipuji oleh sang Sugata
Memiliki pahala kebajikan yang melampaui perbandingan;
Apalagi dia yang untuk sesaat,
Atau bahkan selama waktu yang dibutuhkan untuk menyusui sapi,
Menguasainya, atau mempertahankannya dan membacanya
Pahala kebajikannya adalah tidak terukur bahkan melampaui itu.
Jika semua makhluk menjadi Sugata
Murni dalam pengetahuan dan mahir dalam kebenaran tertinggi
(paramartha),
Dan jika Mereka selama banyak koti kalpa yang besar
Atau lebih, akan memuliakan kebajikan dari menjelaskan satu
syair?;
Jika Mereka akan mencapai Nirvana
Setelah mengajarkan banyak koti Dharma selama itu,
Kebajikan dari dia yang menyimpan syair dari Samadhi ini
Masih tidak akan mudah untuk diukur.
Dibandingkan dengan mengisi dengan permata
Di sistem dunia sebanyak yang ada di empat penjuru arah,
Yang dibawah, dan juga yang diatas,
Dan memberikannya sebagai persembahan kepada sang lokavid
Dari keinginan untuk pahala kebajikan,
Kebajikan dari dia yang mengembangkannya dengan baik
Dan mengajarkannya kepada orang lain Samadhi yang tenang dan
murni ini
Sistem dunia, dalam bentangan luasnya,
Tidak mendekati sebagian kecil atau perbandingan dengan itu
(kalam apyupamam nopaiti).
Dia yang mengembangkan Samadhi yang tenang ini
Tidak pernah tidak yakin atau tidak pasti;
Dia tidak pernah merasa takut pada bencana (vinipata),
Juga tidak timbul padanya keraguan pada Dharma itu.
Dengan mengembangkan Samadhi ini, yang diucapkan oleh Buddha,
Dia telah menyembah Saya juga;
Dia juga telah memperoleh kebajikan yang luas dan tidak
terbayangkan (acintya);
Bodhisattva menjadi terunggul (visista) untuk pembelajarannya.
Dia yang setelah mendengar Samadhi ini mempertahankannya
Di jaman terakhir, di masa kengerian besar,
Dia adalah yang telah menyembah Saya,
Para Buddha masa lalu, dan Mereka yang dari masa depan juga.
Saya mengumumkan kepada Anda, memberitahu Anda:
Terapkan kekuatan semangat dengan kewaspadaan (apramada).
Kerahkan diri sendiri secara kuat dengan pikiran yang
bergembira.
Samadhi ini tidak akan sulit untuk didapatkan.
Jika Orang bertanya tentang Samadhi ini,
Dia telah disukai (aragayati) oleh ratusan Jina,
Dia yang di jaman terakhir, di masa kengerian besar,
Setelah mendengar Samadhi ini, memiliki keyakinan di dalamnya.
Dia yang menjelaskannya kepada orang lain, dengan pikiran
percaya,
Samadhi yang suci dan tenang ini,
Dia melihat Saya, para Bhiksu ini,
Dan Anda juga, Bhadrapala, sang grhastha.
Jika dia telah memperoleh Samadhi yang besar ini,
Sang Bodhisattva menjadi dikenal sebagai yang sangat terpelajar
(bahusruta).
Dharani dipuji oleh semua Buddha bersama-sama;
Belajar (Sruti) juga menghasilkan kebangkitan dari semua Buddha.
Jika orang telah belajar dengan baik (su-abhyas-) pada Samadhi
ini
Diberi kuasa oleh para Buddha dan dipuji oleh para Bijaksana,
Kemudian orang mendengar (pratisrnoti) silsilah pembelajaran
(sruti-kula)
Sama seperti yang diberi kuasa dan dipuji oleh sang Sugata. '
#Post#: 15--------------------------------------------------
Re: Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:17 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/547e46367fc99c7f7022d924664a…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/547e46367fc99c7f7022d924664a69…
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/66UsWY85fBQ" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/shakyamuni2008a.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/shakyamuni2008a.jpg.html
BAB 6
Perenungan[/center]
"Lalu bagaimanakah, Bhadrapala, Bodhisattva Samadhi yang bernama
Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita ini dikembangkan? Itu
adalah sama seperti, Bhadrapala, misalnya, Saya saat ini sedang
duduk dihadapan Anda dan sedang mengajarkan Dharma, dengan cara
yang sama, Bhadrapala, Bodhisattva harus membayangkan dengan
saksama (manasikara) pada sang Tathagata Arhat Samyaksambuddha
seperti sedang duduk di atas tahta Buddha dan sedang mengajarkan
Dharma. Dia harus membayangkan dalam pikiran dengan saksama pada
para Tathagata sebagai yang terberkahi dengan semua aspek yang
terbaik (sarvakaravaropeta), tampan, indah, tampak bagus, dan
terberkahi dengan kesempurnaan tubuh (kaya-parinispatti). Dia
harus melihat bahwa masing-masing tanda dari Makhluk besar
(mahapurusa-laksana) milik para Tathagata Arhan Samyaksambuddha
telah dihasilkan oleh ratusan pahala kebajikan. Dia juga harus
merenungkan khusus pada ciri-ciri itu (nimitta). Tidak melihat
pada bagian atas puncak kepala (anavalokita-murdhata) karena
mahkota Buddha (buddha-mukuta) adalah yang tidak bisa dilihat
oleh siapapun. Lalu Dia harus mengajukan pertanyaan. Setelah
mengajukan pertanyaan, Dia juga harus merenungkan khusus pada
ciri-ciri (nimitta) dari tanda dari Makhluk besar. Setelah
mengkhususkannya, Dia harus berlatih dengan cara ini: 'Sungguh
menakjubkan keindahan dari para Tathagata Arhan Samyaksambuddha.
Saya juga di masa depan akan terberkahi dengan kesempurnaan
tubuh yang seperti itu. Saya akan menyempurnakan tanda-tanda
itu. Saya juga akan terberkahi dengan moralitas (sila) seperti
itu. Saya akan terberkahi seperti itu dengan samadhi, seperti
itu dengan kebijaksanaan, seperti itu dengan pembebasan, dan
seperti itu dengan pemahaman dan penglihatan dari pembebasan.
Saya juga akan dengan cara yang sama sepenuhnya terbangkitkan
pada kebangkitan yang tiada tandingan, yang sempurna dan lengkap
(anuttaram samyak-sambodhim abhisambhotsyate). dan dengan
sepenuhnya tercerahkan, Saya akan membabarkan Dharma kepada
empat jenis perkumpulan majelis dan dunia dengan para Devanya. '
"
"Setelah merenungkan dengan saksama pada Mereka sebagai yang
terberkahi dengan semua aspek yang terbaik (sarvakaravaropeta),
Dia juga harus berlatih dengan cara ini: 'Apa dharma yang
disebut 'Aku' itu? Juga apa dharma yang disebut 'Milikku' itu?
Juga apa kebangkitan (bodhi) itu? Dan siapa yang sepenuhnya
terbangkitkan pada kebangkitan itu? Apakah orang menjadi
sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi melalui tubuh, ataukah orang
menjadi sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi melalui pikiran
(citta)?"
"Jika dikatakan bahwa orang sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi
melalui tubuh, maka, karena tubuh adalah yang tidak memiliki
kesadaran (jada), tidak bergerak (acala), tidak aktif
(niscesta), tanpa pikiran (acetana), dan mirip dengan rumput,
pohon, batu, dinding, dan pantulan (pratibhasa), sedangkan
'kebangkitan (bodhi)' adalah yang tidak berbentuk (arupya), yang
tidak bisa dilihat (anidarsana), yang tiada penampilan
(anabhasa), dan yang tidak dapat diungkapkan (avijnaptika), lalu
bagaimana bisa orang menjadi sepenuhnya terbangkitkan pada 'yang
tidak berbentuk', 'yang tidak bisa dilihat', 'yang tiada
penampilan', dan 'yang tidak dapat diungkapkan' dengan cara
melalui tubuh yang tidak memiliki kesadaran, tidak bergerak,
tidak aktif, dan tanpa pikiran? "
"Jika, bagaimanapun, dikatakan bahwa orang sepenuhnya
terbangkitkan pada Bodhi melalui pikiran, maka, karena pikiran
adalah yang tidak berbentuk, tidak bisa dilihat, tiada
penampilan, tidak dapat diungkapkan, dan seperti ilusi
(mayopama), sedangkan kebangkitan adalah yang tidak berbentuk,
yang tidak bisa dilihat, yang tiada penampilan, dan yang tidak
dapat diungkapkan, maka bagaimana bisa orang menjadi sepenuhnya
terbangkitkan pada 'yang tidak berbentuk', 'yang tidak bisa
dilihat', 'yang tiada penampilan', dan 'yang tidak dapat
diungkapkan' dengan cara melalui pikiran yang tidak berbentuk,
tidak bisa dilihat, tiada penampilan, tidak dapat diungkapkan,
dan seperti ilusi? "
"Maka, Bhadrapala, Bodhisattva harus berlatih dengan cara ini:
"Orang tidak sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi melalui tubuh.
Orang tidak sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi melalui pikiran.
Yang tanpa pikiran (acitta) tidak sepenuhnya terbangkitkan pada
Bodhi melalui pikiran (citta). Yang tanpa bentuk (arupin) tidak
sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi melalui bentuk (rupa).
Pikiran tidak sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi melalui
pikiran. Bentuk tidak sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi
melalui bentuk. "
"Mengapa demikian, Bhadrapala? Tubuh sang Tathagata
(tathagatakaya) telah menolak semua pencengkraman yang
berlebihan (anta-graha), dan oleh karena itu, sang Tathagata
lanjut mengamati tubuh sebagai tubuh (kaye kayanupasyi Carati);
Dia lanjut mengamati pikiran sebagai pikiran (citte cittanupasyi
Carati)."
"Bahkan, Bhadrapala, kebijaksanaan (prajna) 'yang menyebabkan
mengetahui (prajnapayati) semua dharma', 'yang tidak berbentuk',
'yang tidak bisa dilihat', 'yang tiada penampilan', 'yang tidak
dapat diungkapkan', dan 'yang terbebas dari arus keluar
(anasrava)' adalah tidak sepenuhnya terbangkitkan; juga bukan
tidak sepenuhnya terbangkitkan. Mengapa demikian? Yaitu, jika
tubuh sang Tathagata terbebas dari arus keluar; jika pikiran
Tathagata terbebas dari arus keluar; jika bentuk (rupa) dari
Tathagata Arhan Samyaksambuddha juga terbebas dari arus keluar;
dan jika perasaan, tanggapan penglihatan, pembentukan, dan
kesadaran (vedana-samjna-samskara-vijnana) dari Tathagata Arhan
Samyaksambuddha juga terbebas dari arus keluar, maka berapa
banyak lagi yang terbebas dari arus keluar yaitu moralitas
(sila), samadhi, kebijaksanaan, pembebasan, atau pemahaman dan
penglihatan dari pembebasan dari Tathagata Arhan
Samyaksambuddha? Bhadrapala, semua dharma dari Tathagata Arhan
Samyaksambuddha juga terbebas dari arus keluar. Saddharma
apapun, yang sedang, atau yang akan dijelaskan oleh Tathagata
Arhan Samyaksambuddha juga terbebas dari arus keluar; dan
sementara ini tidak diketahui oleh para orang bodoh dan yang
tidak bijaksana, itu dapat dipahami oleh para bijaksana. '
"Pada saat itu, Bhadrapala, Bodhisattva harus beratih dengan
cara ini: "Apakah orang menjadi sepenuhnya terbangkitkan pada
Bodhi melalui tubuh, atau apakah orang menjadi sepenuhnya
terbangkitkan pada Bodhi melalui kebijaksanaan? Orang menjadi
sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi tidak melalui tubuh, atau
melalui kebijaksanaan." Mengapa demikian? Karena kebijaksanaan
adalah yang terbebas dari arus keluar, dan bahkan jika
mencarinya dalam setiap cara, tidak dapat mengetahuinya; Untuk
alasan ini, itu menjadi tidak tertarik (upeksaka) dalam mencari
kebangkitan. Mengapa demikian? Karena kebangkitan itu juga
terbebas dari arus keluar, dan bahkan jika mencarinya dalam
setiap cara, tidak dapat mengetahuinya. Bahkan jika ia mencari
tubuhnya sendiri dan pikirannya sendiri, ia tidak bisa
mengetahui mereka. Dengan cara yang sama, bahkan jika ia mencari
semua 'dharma (gejala kejadian)', ia tidak bisa mengetahui
mereka."
"Tidak bisa mengetahui siapa saja yang sepenuhnya terbangkitkan
pada Bodhi, juga tidak bisa mengetahui bahwa melalui mana yang
sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi, juga tidak bisa mengetahui
atau melihat apapun yang sepenuhnya terbangkitkan pada Bodhi.
Jika ia memahami semua dharma dengan cara itu maka ia tidak
melihat mereka dengan benar. Meskipun ia tidak meninjau
(samanupasyati) semua dharma sebagai yang oleh diri mereka
sendiri hening-tenang (svabhavena santa), mereka tidak oleh diri
mereka sendiri hening-tenang. Mengapa demikian? Karena apa yang
tidak dihasilkan (ajata) adalah yang tidak hening-tenang
(asanta). Ia memahami semua dharma yang tidak hening-tenang
menjadi dharma yang hening-tenang. Ia memahami semua dharma yang
hening-tenang menjadi yang tiada hening-tenang. Setelah memahami
begitu, ia harus tidak memahami bahwa dharma adalah yang
hening-tenang, maupun juga ia harus tidak memahami bahwa mereka
adalah yang tidak hening-tenang. Mengapa demikian, Bhadrapala?
Karena semua dharma adalah yang tidak dihasilkan (ajata) dan
yang tidak nyata (aparinispanna). '
"Jika, Bhadrapala, misalnya, ada orang tertentu yang akan
mengatakan tentang api yang belum menyala dan yang tidak sedang
membakar : "Saya harus memadamkan (samayati) kebakaran ini,"
maka, Bhadrapala, bagaimana menurut Anda? Apakah orang itu
berbicara dengan benar '(samyag-vadamano vadet)?
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva berkata : 'Dia tidak benar,
Bhagav&#257;n. "
Sang Bhagav&#257;n berkata: "Jadi begitulah, Bhadrapala, karena
semua dharma tidak dapat ditangkap. Jika orang mengatakan: ''
Setelah menghentikan kebiasaan duniawi (sthapayitva
loka-samvrtim), saya akan mengetahui semua dharma. Saya akan
menolak semua dharma. Saya akan menyadari (saksatkr) semua
dharma. Saya akan mengembangkan semua dharma. Saya akan membuat
semua dharma hening-tenang (samayati). Saya akan mendapatkan
semua dharma. Saya akan mendapatkan buah dari yang memasuki arus
(srota-apatti-phala). Saya akan mendapatkan buah dari yang
kembali sekali (sakrdagami-phala). Saya akan mendapatkan buah
dari yang tidak kembali (anagami-phala). Saya akan mendapatkan
yang layak (Arhat). Saya akan mendapatkan kebangkitan sendiri
(pratyeka-bodhi). Saya akan mencapai Anuttara Samyaksambodhim
Abhisambhuddha. Setelah mencapai Anuttara Samyaksambodhim
Abhisambhuddha, saya akan mengajarkan Dharma. saya akan
menyelamatkan para makhluk dari siklus perpindahan (samsara),"
maka, apakah dia berbicara dengan benar (samyag-vadamano
vadet)?"
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva berkata : 'Dia tidak benar,
Bhagav&#257;n. "
Sang Bhagav&#257;n berkata: "Oleh karena itu, Bhadrapala, para
kulaputra atau kuladuhitr&#257; yang menginginkan
Samyaksambodhi, dan para kulaputra atau kuladuhitr&#257; yang
menginginkan Pratyekabodhi dan yang menginginkan Arhantah harus
memahami dharma itu dengan cara itu. Setelah memahami dharma itu
dengan cara itu, Mereka harus tidak memahami bahwa dharma adalah
yang hening-tenang, juga Mereka harus tidak memahami bahwa
dharma adalah yang tidak hening-tenang. "
'Mengapa demikian, Bhadrapala? Yaitu, jika berkaitan dengan
semua dharma yang adalah yang tiada apapun (akimcana), yang
tidak dihasilkan (ajata) dan yang tidak nyata (aparinispanna)
orang akan memahami: "Semua dharma adalah yang hening-tenang",
ini akan menjadi satu yang sangat berlebihan. Jika orang akan
memahami: "Semua dharma adalah yang tidak hening-tenang", ini
akan menjadi yang sangat berlebihan lainnya. Ketika, Bhadrapala,
orang tidak memahami, tidak mengerti, tidak mengarang
(vithapayati), tidak merenungkan, dan tidak mempraktekkan
(samudacarati) dua hal yang sangat berlebihan dari 'yang
hening-tenang' dan 'yang tidak hening-tenang', ini dikenal
sebagai jalan tengah (madhyama pratipad) dalam cara pertimbangan
(ganana) yang sesuai dengan ajaran dari kebiasaan duniawi
(loka-samvrti), namun sejauh kebenaran tertinggi (Paramartha)
dihubungkan, tidak yang sangat berlebihan maupun juga tidak yang
menengah dapat dipahami di sini.'
'Mengapa begitu, Bhadrapala? Yaitu, semua dharma adalah sama
seperti ruang angkasa (akasa) dan sama dengan Nirvana; mereka
tidak dapat dimusnahkan (anuccheda), tidak bisa binasa
(akuthita), tidak abadi (anitya), bukan yang tidak bisa diubah
(akutastha), tidak bisa ditemukan (adesastha), tidak bisa
ditempatkan (apradesastha), tanpa ciri-ciri (animitta), dan
tidak terhitung (asamkhyeya), dan karena bahkan orang bijak
tidak bisa memahaminya atau mendekatinya dengan perhitungan
(samkhya), semua dharma dikenal sebagai yang tidak terhitung
(asamkhyeya). Ketika, Bhadrapala, Bodhisattva telah melihat para
Tathagata Arhan Samyaksambuddha dengan cara itu, Dia seharusnya
tidak melekat (abhinivisate) pada mereka. Mengapa demikian,
Bhadrapala? Semua dharma adalah yang terbebas dari kemelekatan
(anabhinivesa), dan, dengan tidak melekat kepada mereka, disebut
sebagai yang akarnya terputus (ucchinna-mula), yang akarnya
berakhir (vigata-mula), dan tidak tersokong. Bhadrapala,
Bodhisattva harus mengembangkan Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita Samadhi ini dalam cara sedemikian rupa
sehingga, jika Dia melihat para Bhagav&#257;n Buddha, Dia akan
terbebas dari 'perebutan (paramarsa)', 'penangkapan landasan',
dan 'kemelekatan yang salah'. Mengapa begitu, Bhadrapala? Karena
sang Tathagata telah mengatakan bahwa semua dharma adalah yang
tidak bisa digenggam (agrahya), yang sungguh hening-tenang, yang
sama seperti ruang angkasa, dan sama dengan Nirvana."
'Misalnya, Bhadrapala, orang bijak tidak memegang bongkahan emas
yang telah dipanaskan dan dibuat merah membara, seperti bola
besi. Mengapa demikian, Bhadrapala? Yaitu, itu pada dasarnya
adalah panas, Bhadrapala, dan meskipun itu adalah emas, yang
terbaik dari zat yang berharga, namun, Bhadrapala, mereka tidak
akan memegangnya, tepatnya karena sangat panas. Dalam cara yang
sama, Bhadrapala, jika Bodhisattva Mahasattva melihat para
Tathagata Arhan Samyaksambuddha, Dia harus tidak melekati-Nya
(abhinivisate). Dia juga harus tidak melekat pada bentuk,
perasaan, tanggapan penglihatan, pembentukan, atau kesadaran.
Dia juga harus tidak melekat pada sila, samadhi, kebijaksanaan,
pembebasan, atau pemahaman dan penglihatan dari pembebasan. Dia
juga harus tidak melekat pada semua Buddha-dharma; dan Dia harus
tidak melekat pada semua hal (sarvakara). Mengapa demikian,
Bhadrapala? Yaitu, 'melekat (abhinivesa)' menimbulkan semua
dharma dari penderitaan yang bercirikan siklus perpindahan
(samsaratmaka-duhkhadharma). "
"Namun, Bhadrapala, jika Bodhisattva Mahasattva melihat para
Tathagata Arhan Samyaksambuddha, kemudian berpikir demikian:
"Alangkah menakjubkan (Ascarya), para Tathagata Arhan
Samyaksambuddha yang terberkahi dengan kualitas kebajikan yang
ajaib (adbhuta-guna-dharma), yaitu, pengetahuan besar
(mahajnana), pengetahuan yang terbangkitkan (buddhajnana),
pengetahuan Tathagata (tathagatajnana), pengetahuan yang muncul
dengan sendirinya (svayambhujnana), pengetahuan yang sebanding
dengan yang tiada bandingannya (asama-samajnana), pengetahuan
yang lebih baik dari seluruh Tiga Dunia '", Dia harus
menginginkan dalam cara itu terhadap kualitas kebajikan yang
sangat unggul (visista-guna-dharma). Bodhisattva Mahasattva
harus tidak melekat pada pengetahuan yang diinginkan di sini.
Juga, Bhadrapala, Bodhisattva Mahasattva harus tidak melekat
pada Samadhi ini. Mengapa demikian, Bhadrapala? Dharma ini
menjadi nyata terwujudkan (amukhi-bhavati) kepada Orang-orang
yang bebas dari kemelekatan (anabhinivesa)."
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
Wanita, setelah menghiasi dirinya, mengamati wajahnya
Dalam cermin yang mengkilap atau bejana minyak,
Dan setelah memikirkan gairah untuk itu
Bergegas kesekitar untuk mencari keinginannya.
Wanita itu, tertipu (viparyasta) dengan 'gejala kejadian
(dharma)' yang tanpa keberadaan,
Secara mengerikan tersiksa dan menderita oleh nafsu keinginan;
Wanita itu, tertipu oleh tubuhnya sendiri,
Tidak mengetahui bahwa dharma ini adalah yang kosong (tuccha);
"Saya akan terbangkitkan pada Bodhi, merasakan nektarnya,
Dan menyelamatkan para makhluk yang tersiksa penderitaan.
Bodhisattva yang gagasan pikirannya berjalan begitu,
Itu disebut 'tanggapan penglihatan pada perwujudan diri
(pudgala-samjna)', disebabkan oleh ketidaktahuannya (avidya).
Dari sudut pandang kebenaran tertinggi tidak ada makhluk yang
dipahami
Yang lahir, mati, dan mencapai Nirvana;
Gejala kejadian adalah yang tidak bisa dipahami, sama seperti
bulan di air;
Bahkan ketika dicari, Kebangkitan tidak dapat ditemukan.
Seperti pantulan gambar (pratibimba) dari bulan di ruang
angkasa,
Seperti ilusi, kekosongan, seperti pembayangan udara (marici),
Gejala kejadian adalah yang tanpa keberadaan (abhava), dan
kosong oleh sifat alaminya;
Berkenaan dengan mereka yang bodoh selalu memiliki gagasan
pikiran bahwa itu ada.
Jika Dia yang mahir dalam 'Kebangkitan (bodhi)' mengetahui
Bahwa di dunia ini Orang yang terbebas dari kekotoran batin
(klesa),
Dan mengetahui kebenaran tertinggi, bahwa dunia adalah kesalahan
(bhranti),
Dia menjadi seorang Buddha, yang terunggul di dunia
(loka-jyestha).
Kebangkitan dari Buddha disadari oleh pikiran (citta),
Dan pikiran oleh sifat alaminya adalah murni dan bercahaya
(prabhasvara),
Tidak tercemar (anavila) dan tak ternoda (asamsrsta) oleh semua
keberadaan (sarva-gati).
Dia yang mengetahuinya akan terbangkitkan pada kebangkitan
tertinggi.
Semua dharma adalah yang terbebas dari arus keluar (anasrava)
dan tidak berbentuk,
Yang terpisah (vivikta), kosong, dan terbebas dari gagasan yang
membeda-bedakan (avikalpa)
Dia yang, tanpa nafsu keinginan dan terbebaskan di dalam
pikiran,
Dengan mengetahui ini, memperoleh Samadhi ini.
Setelah membuat tubuh Jina sebagai dasar perhatian
(arambanikrtya),
Mendengar Dharma yang murni dalam sifat alaminya,
Tanpa menimbulkan gagasan pikiran maupun tanpa membeda-bedakan
(bhavanavibhavana) sama sekali,
Samadhi ini tidak akan sulit untuk diperoleh.
Jika Orang telah mendirikan dirinya di dalam tanggapan
penglihatan ruang angkasa (akasasamjna),
Tanggapan penglihatan butiran terkecil (paramanu) akan lenyap.
Dia memperoleh Samadhi ini,
Mengetahui yang tiada gagasan pikiran (akalpa), yang tidak
diciptakan (akrta), dan yang tidak bisa dihancurkan (avinasita).
Dengan mengetahui bahwa semua bentuk adalah yang tiada gagasan
pikiran (akalpa),
Di mana pun Dia melihat, penglihatannya tidak terhalang
(asanga).
Jika Dia merenungkan para Buddha sama seperti kekosongan,
Dia telah melampaui cita-cita dunia.
Dia yang memiliki penglihatan yang murni dan pendengaran yang
murni,
Yang telah mengusahakan semangat, adalah penuh perhatian dan
sepenuhnya sadar (samprajana),
Dan telah mengembangkan Samadhi ini dengan baik,
Menerima pembelajaran yang besar, yang tidak terbayangkan
(acintya).
Dengan mempraktekkan Samadhi ini menjadi terbebas dari
kemelekatan,
Menghilangkan kegelapan, mencapai pikiran yang terkonsentrasi.
Ini tidak terlihat dan tidak dipahami oleh mereka,
Para tirthika yang mengalami kegagalan.
Jika Dia telah melenyapkan tanggapan penglihatan dari ciri-ciri
(nimitta-samjna),
Dia melihat para Buddha, dengan pikiran yang murni
(visuddha-citta);
Setelah melihat Mereka, Dia tidak melihat Mereka lagi,
Hingga Dia mencapai Samadhi ini.
Tanah, air, api, tidak ada yang bisa menghalanginya,
Udara dan ruang angkasa tidak bisa merintanginya juga,
Tapi Dia akan melihat para Buddha,
Yang sedang duduk dan menjelaskan Saddharma.
Sama seperti orang-orang yang menginginkan Dharma
Melihat Saya sedang duduk dan menjelaskan Dharma sekarang,
Jadi padanya, tidak ada pemahaman lain yang akan timbul
Kecuali para Buddha dan juga Dharma tertinggi.
Bagi mereka yang diberkahi dengan kualitas itu,
Tiada penglihatan atau suara (sravana-darsana) lain yang akan
ditangkap,
Kecuali untuk Samadhi yang tanpa noda ini, yang tersempurnakan
dengan baik (susamapta),
Dan yang dijelaskan secara terperinci oleh banyak Buddha.
Tidak satupun para Buddha yang telah muncul di masa lalu,
Dan Mereka yang akan datang di masa depan,
Yang tidak menjelaskan dan yang tidak akan menjelaskan,
Samadhi yang tenang dan suci ini.
Saya juga, yang telah muncul di dunia pada saat ini,
Yang terbaik diantara lelaki (Narottama), demi kepentingan para
makhluk,
Telah merenungkan para Buddha pembimbing (nayaka) ini,
Menjelaskan Samadhi yang tenang ini, yang sulit untuk dilihat.
Ketika Orang telah mendirikan dirinya di dalam Samadhi ini,
Dari keinginan untuk mencari kualitas Buddha,
Tanpa memperhatikan dirinya atau kehidupannya,
Kebangkitan Buddha menjadi tidak sulit untuk diperoleh.
Jika Dia melihat banyak Makhluk mulia, yang sifat alaminya
tunggal,
Orang bijaksana ini ingin menasehati mereka;
'Cepat, cepat, semua bergegaslah,
Kembangkanlah Samadhi yang tanpa noda dan murni ini!'
Pada Dia yang telah menetapkan untuk menguntungkan para makhluk
Dan mencari pembelajaran yang besar hingga tingkat yang tidak
terbayangkan,
'Cepat, cepat, semua bergegaslah,
Kembangkanlah Samadhi yang tanpa noda dan murni ini!'
Disini tidak ada nafsu keinginan dan tidak ada kebencian,
Disini tidak ada angan-angan khayalan dan tidak ada iri hati,
Disini tidak ada pengetahuan juga tidak ada kebodohan,
Oleh karena itu dikenal sebagai Samadhi yang hening-tenang.
#Post#: 16--------------------------------------------------
Re: Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:20 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/sukhavati_6.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/sukhavati_6.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/C-vH8txIA0I" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
Namo Ratna Trayaya, Namah Arya Amitabhaya Tathagataya Arhate
Samyaksambuddhaya! Tadyatha :
Om Amrta Amrto Bhave, Amrta Sambhave, Amrta Garbhe, Amrta
Siddhe, Amrta Teje, Amrta Vikrante, Amrta Vikranta Gamini, Amrta
Gagana Kirti Kare,
Amrta Dundubhi Svare, Sarvatha Sadhane. Sarva Karma Klesa Ksayam
Kare Svaha !
(Terpujilah Tiga Permata, Terpujilah Yang Mulia Sang Cahaya
Tanpa Batas, Yang Telah Datang, Yang Layak, Yang Murni
Terbangkitkan Sempurna ! Yaitu :
Om Nektar, Yang Menghasilkan Nektar, Yang Melahirkan Nektar,
Sang Rahim Nektar, Sang Keberhasilan Nektar, Sang Kecemerlangan
Nektar, Sang Keperkasaan Nektar, Yang Mencapai Keperkasaan
Nektar, Yang Melakukan Keajaiban Langit Nektar,
Sang Suara Genderang Nektar, Pencapaian Semua, Yang Melenyapkan
Semua Karma Dan Penderitaan, Svaha!)
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Amitabha-Pureland-91.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Amitabha-Pureland-91.jpg.html
BAB 7
Pencapaian Samadhi[/center]
Setelah ini dikatakan, Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva berkata
kepada sang Bhagav&#257;n: "Bhagav&#257;n, alangkah menakjubkan
Samadhi yang mendalam ini, yang telah diuraikan secara
terperinci oleh sang Bhagav&#257;n! "Bhagav&#257;n, jika para
Bodhisattva Mahasattva yang telah meninggalkan (abhiniskranta)
kehidupan rumah tangga, ketika Mereka mendengar Samadhi ini,
untuk menerima ajaran ini atau mengembangkannya, maka,
Bhagav&#257;n, harus didirikan di dalam 'kualitas (dharma)'
apakah para Bodhisattva itu, untuk menerima ajaran ini atau
mengembangkan Samadhi ini?"
Setelah ini dikatakan, Bhagav&#257;n berkata kepada Bhadrapala
Bodhisattva Mahasattva: "Bodhisattva itu, Bhadrapala, yang telah
meninggalkan kehidupan rumah tangga dan yang ingin, setelah
mendengar Samadhi ini, untuk menerima ajaran ini atau
mengembangkannya, harus murni di dalam sila; Dia harus sempurna
(acchidra) di dalam sila."
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva mengatakan: "Bhagav&#257;n,
dengan cara apakah Bodhisattva itu yang telah meninggalkan
kehidupan rumah tangga, murni di dalam sila dan sempurna di
dalam sila?"
Sang Bhagav&#257;n berkata: "Bhadrapala, seorang Bodhisattva
yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga, setelah
mendengar Samadhi ini, ingin menerima ajaran ini atau
mengembangkannya, sang Bodhisattva harus terkendalikan oleh
kekangan dari Pratimoksha (Pratimoksha-samvara-samvrta); Dia
harus sempurna dalam tingkah laku dan wilayah tindakannya
(acara-gocara-sampanna), harus melihat bahkan kesalahan terkecil
sebagai yang berbahaya (anumatresv avadyesu bhayadarsin), dan
menjadi murni di dalam 'iryapatha (sikap tubuh)'; Dengan
mengambil itu pada dirinya (samadaya), Dia harus melatih dirinya
di dalam aturan pelatihan (siksapada); Dia harus secara kuat
condong kepada yang mendalam dan memiliki kesabaran (ksanti)
menerima yang tidak bisa dipahami (anupalambha); ketika Dia
mendengar dharma dari kekosongan, tanpa tanda, dan tanpa nafsu
keinginan (sunyatanimittapranihita), Dia harus tidak khawatir,
tidak takut, dan tidak gentar. Dengan cara itu, Bhadrapala,
seorang Bodhisattva yang telah meninggalkan kehidupan rumah
tangga, murni di dalam sila dan sempurna di dalam sila."
Bodhisattva Bhadrapala mengatakan: "Bhagav&#257;n, dalam cara
apakah Bodhisattva yang telah meninggalkan kehidupan rumah
tangga, menjadi tidak murni di dalam sila, cacat di dalam sila?"
Sang Bhagav&#257;n berkata: "Kapanpun, Bhadrapala, Bodhisattva
yang telah keluar dari kehidupan rumah tangga memimpin kehidupan
suci (brahmacaryam carati) yang didirikan di dalam 'bentuk
(rupa)', memimpin kehidupan suci yang didirikan di dalam
perasaan, tanggapan penglihatan, pembentukan, dan kesadaran, dan
mengatakan: "Dengan kebajikan dari sila, pertapaan, dan
kehidupan suci dari saya ini, semoga saya menjadi Deva atau
Cakravarti!" Ini, Bhadrapala, adalah sila yang tidak murni, ini
adalah sila yang cacat pada bagian dari Bodhisattva yang telah
meninggalkan kehidupan rumah tangga. Artinya, Dia tidak murni di
dalam sila karena terlekati (paramrsya) dengan tanggapan
penglihatan keberadaan (bhavasamjna), Dia ingin menumbuhkan
keinginan (kama), dan ingin mendapatkan kesempatan untuk
kelahiran kembali (upapatti-sthana) di dalam keberadaan."
'Oleh karena itu, Bhadrapala, Bodhisattva yang telah
meninggalkan kehidupan rumah tangga dan yang ingin, setelah
mendengar Samadhi ini, menjelaskannya atau mengembangkannya
harus murni di dalam sila; Dia harus menjadi yang sempurna di
dalam sila; Dia harus tidak bernoda di dalam sila; Dia harus
tidak rusak (anupahata) di dalam sila; Dia harus tidak tercemar
di dalam sila. Dia harus menjadi orang yang silanya tidak
dibantu, yang silanya terbebas dari kemelekatan (paramrsti),
yang silanya terbebas dari penangkapan/pemahaman landasan
(---'landasan' disini adalah objek indera, setelah melihat, maka
memahami sesuai dengan tangkapan objek tersebut--), yang silanya
tidak terbengkokkan (akuthita), yang silanya dipuji oleh para
bijaksana, dan yang silanya dipuji oleh para Arhat. Dia harus
bersukacita di dalam pemberian sumbangan (dana), yaitu, Dia
harus mengusahakan semangat yang &nbsp;berkaitan dengan
permberian tertinggi (agradana), pemberian terunggul
(uttamadana), pemberian Dharma. Dia harus tinggal berdiam di
dalam kesadaran penuh. Dia harus memiliki keyakinan. Dia harus
memiliki kelembutan (sauratya) dan kerendahan hati (hri), dan
memiliki sifat malu (apatrapya-sampanna). Dia harus tidak
melekat pada pendapatan, kehormatan, dan pujian
(labha-satkara-sloka). Dia harus terbebas dari kekejaman
(matsarya) dan kecemburuan (irsya), dan memiliki kualitas
praktek pertapaan dan pengendalian diri (dhutaguna-samlekha).
Dia harus tidak menginginkan percakapan duniawi (laukika-katha),
namun, dengan menolak percakapan duniawi, harus menginginkan
percakapan yang melampaui dunia (lokottara-katha). Dia harus
berterimakasih (krta-jna) dan menghargai (krtavedin). Dia harus
menjaga suaranya rendah dan ucapannya sedikit. Dia harus
memiliki hormat dan penghormatan. Artinya, karena teman-teman
yang baik adalah sulit diperoleh (durlabha), Dia harus berusaha
kuat (utsahate) dalam melakukan penghormatan kepada Acarya dan
Guru (acaryopadhyaya). Orang itu yang akan Dia dengarkan, yang
menerima, dan yang menyalin dalam bentuk buku untuk Dharma
seperti ini, dan yang akan Dia andalkan untuk penjelasan
kata-kata itu, dan Orang itu yang darinya Dia menjadi menguasai
atau akan menguasai, menyalin dalam bentuk buku atau akan
menyalin dalam bentuk buku untuk Sutra seperti ini, kepadanyalah
Dia harus menimbulkan tanggapan penglihatan seorang Ayah; Dia
harus menimbulkan tanggapan penglihatan seorang Teman baik; dan
Dia harus menimbulkan tanggapan penglihatan seorang Guru. Demi
Dharma seperti ini dan untuk tujuan mendatangkan Kebangkitan
hingga kematangan, Dia harus menimbulkan ke arahnya 'sukacita
yang besar', 'keyakinan yang besar', dan 'rasa hormat yang
besar'. "
"Jika, Bhadrapala, para kulaputra atau kuladuhitr&#257; yang
menganut Bodhisattvayana, atau yang menganut Sravakayana, atau
yang menganut Pratyekabuddhayana, tidak menimbulkan sukacita,
keyakinan, dan rasa hormat terhadap Bhiksu yang mengajarkan
Dharma dari kualitas seperti ini, dan jika mereka tidak
menimbulkan tanggapan penglihatan seorang Teman baik dan tidak
menimbulkan tanggapan penglihatan seorang Guru, maka,
Bhadrapala, tidak akan ada kemungkinan atau peluang bagi para
kulaputra atau kuladuhitr&#257;, yang menganut Bodhisattvayana
atau yang menganut Sravakayana atau yang menganut
Pratyekabuddhayana, menguasai kualitas seperti ini. Kualitas
yang mereka belum kuasai, atau kualitas yang mereka telah kuasai
akan tidak menetap, akan menghilang (vipranasyanti) dan lenyap.
Juga tidak akan ada kemungkinan bagi kulaputra atau
kuladuhitr&#257; itu yang menganut Bodhisattvayana memperoleh
Samadhi ini. Mengapa demikian, Bhadrapala? Yaitu, karena melalui
ketidakhormatan, Saddharma menghilang."
"Jika, Bhadrapala, para kulaputra atau kuladuhitr&#257; itu yang
menganut Bodhisattvayana, atau yang menganut Sravakayana, atau
yang menganut Pratyekabuddhayana, menimbulkan sukacita,
keyakinan dan rasa hormat, dan juga membangkitkan tanggapan
penglihatan seorang Teman baik dan membangkitkan tanggapan
penglihatan seorang Guru terhadap para Bhiksu yang mengajar
Dharma seperti ini dan terhadap Orang-orang yang darinya mereka
menguasai, yang telah menguasai, dan telah menyalin dalam bentuk
buku untuk Pintu Gerbang Dharma (dharma-paryaya) seperti ini,
maka, Bhadrapala, kemungkinan akan ada, itu akan ada kemungkinan
bagi para kulaputra atau kuladuhitr&#257; itu yang menganut
Bodhisattvayana, atau yang menganut Sravakayana, atau yang
menganut Pratyekabuddhayana, menguasai kualitas yang mereka
belum kuasai, dan kualitas yang mereka telah kuasai akan tetap,
tidak akan menghilang, dan tidak lenyap."
"Oleh karena itu, Bhadrapala, Saya mengumumkan kepada Anda, Saya
memberitahu Anda (arocayami vah prativedayami vah): Orang harus
menimbulkan dalam cara ini, sukacita, keyakinan, dan rasa hormat
terhadap para Bhiksu yang mengajar kualitas seperti ini, orang
harus menimbulkan tanggapan penglihatan seorang Teman baik, dan
menimbulkan tanggapan penglihatan seorang Guru -- Ini adalah
peringatan dari Saya (anusasani)."
Selanjutnya, Bhadrapala, Bodhisattva itu yang telah meninggalkan
kehidupan rumah tangga dan yang ingin menerima ajaran ini dan
mengembangkan Samadhi ini harus terbebas dari tindak kejahatan
(kaukrtya). Dia harus menikmati kehidupan di hutan (aranya),
cenderung kepada kehidupan hutan (aranya-nimna), bertekad pada
kehidupan hutan (aranya-prahvana), condong pada kehidupan hutan
(aranya-pragbhara). Dia harus tidak berkenan pada daerah yang
berpenduduk (janapada). Dengan tidak berharap untuk rumah dari
teman atau rumah dari pemberi makanan, Dia harus tidak
memperhatikan kehidupannya sendiri. Melalui melepaskan tubuh,
Dia harus menjadi tidak melekat kepada tubuh dan mendapatkan
tanggapan penglihatan kehidupan hutan (aranya-samjna). Dia harus
tidak bertahan untuk pendapatan, kehormatan, atau pujian, dan
harus berpegang teguh pada Saddharma. Dia harus tidak melekat,
atau menabung mangkuk atau jubah (patra-civara). Dia harus
melakukan pindapatra tanpa memerlukan undangan (upanimantrana).
Dia harus memiliki rasa malu dan penuh pertobatan
(vipratisarin). Dia harus tidak mengambil emas untuk dirinya
sendiri. Melalui tanpa gangguan pikiran (paryutthana), Dia harus
terbebas dari tindak kejahatan (kaukrtya). Melalui melenyapkan
kemarahan, Dia harus tinggal di dalam keramahan. Melalui
melenyapkan keinginan membunuh (himsa), Dia harus tinggal di
dalam kasih sayang. Melalui melenyapkan ketidakgembiraan, Dia
harus tinggal di dalam kegembiraan simpatik (mudit&#257;).
Melalui melenyapkan semua ciri-ciri (nimitta), Dia harus tinggal
di dalam kenetralan. Melalui menimbulkan semangat, Dia harus
menginginkan latihan (siksa). Tidak dikalahkan oleh kemalasan
atau kelesuan, Dia harus berjalan (cankrama). Oleh karena itu,
Bhadrapala, Bodhisattva itu yang telah meninggalkan kehidupan
rumah tangga dan yang ingin, setelah mendengar Samadhi ini,
untuk menerima ajaran ini dan mengembangkannya, Dia harus
menerima ajaran ini dan mengembangkan Samadhi ini dengan cara
terdirikan di dalam kualitas-kualitas itu. "
Ketika hal ini dikatakan, Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva
berkata kepada sang Bhagav&#257;n: "Bhagav&#257;n, alangkah
menakjubkan kualitas-kualitas ini yang begitu besar dan sangat
unggul, yang diajarkan dan diucapkan oleh sang Tathagata."
"Bhagav&#257;n, para Bodhisattva yang malas itu akan khawatir
atau takut atau gentar ketika Mereka mendengar Samadhi ini.
Mereka tidak akan merasakan sukacita yang besar, kegembiraan,
dan keyakinan berkaitan dengan Orang-orang yang menjelaskan
secara terperinci kualitas-kualitas itu yang sangat unggul.
Mereka akan berpikir: "Kami akan menyempurnakan Samadhi ini di
bawah para Tathagata Arhan Samyaksambuddha yang lainnya.
Sekarang ini kami lemah secara tubuh dan memiliki banyak
kelemahan," dan ketika mereka mendengar Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita Samadhi ini, mereka akan menjadi patah
semangat dan cemas, dan mereka tidak akan mengerahkan semangat
untuk menyempurnakan Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita
Samadhi ini."
"Bhagav&#257;n, para Bodhisattva Mahasattva yang muncul itu -
yang akan mengerahkan semangat (arabdha-virya), menjadi
terdirikan di dalam kesadaran penuh, mencari Dharma, menghormati
Dharma, menerima Dharma, mengajarkan Dharma, memberitakan
Dharma, mempelajari Dharma, mengejar kualitas itu bersamaan
dengan Dharma (dharmanudharma-carin), meninggalkan orang dan
kehidupan, tidak tergantung pada pendapatan, kehormatan atau
pujian, tidak mencari kemasyhuran karena kualitas mereka, tidak
melekat pada mangkuk dan jubah, tidak bersukacita di desa, kota,
pasar kota, daerah berpenduduk, kota kerajaan dan pusat
kerajaan, cenderung kepada kehidupan hutan, bertekad pada
kehidupan hutan, dan condong pada kehidupan hutan, ketika mereka
mendengar Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita Samadhi ini,
mereka tidak akan menjadi patah semangat dan cemas, tidak
khawatir, tidak takut, dan tidak gentar, Namu sebaliknya
(uttari), mereka akan merasakan sukacita yang besar,
kegembiraan, dan keyakinan. Dan mereka akan mengerahkan semangat
agar untuk menerima, menguasai, menyimpan, membaca, menyalin,
mengajar, dan mengembangkan Samadhi ini. '
"Bhagav&#257;n, para kulaputra atau kuladuhitr&#257; ini tidak
akan berpikir : "Kami akan mencari pembelajaran yang besar ini
dari para Buddha masa depan dan lalu kemudian mengerahkan diri
demi mencapai Mantra, dharma, atau kualitas yang sangat unggul
(dharma-visesa)." Mengapa begitu? Bhagav&#257;n, di masa depan,
para kulaputra atau kuladuhitr&#257; ini yang akan muncul
setelah melakukan tugas mereka di bawah para Jina &nbsp;masa
lalu dan mengerahkan semangat, mereka akan, setelah mendengar
Samadhi seperti ini yang diucapkan oleh sang Tathagata, berpikir
: "kami lebih suka di seluruh tempat ini tubuh, kulit, daging,
darah, tulang, otot dan sumsum kami menjadi kering dan mengerut
dari pada kami mati dengan kemalasan, atau bahwa kami harus
menolak semangat tanpa telah menguasai, menjelaskan, dan
mengembangkan kualitas yang besar dan sangat unggul seperti ini
!"; dan jadi mereka akan mengerahkan semangat. Orang yang sangat
baik (satpurusa) seperti itu, yang sungguh mengerahkan semangat,
saat mendengar Sutra seperti ini diucapkan oleh sang Tathagata,
akan, segera setelah mereka mendengarnya, merasakan sukacita
yang sangat besar, kegembiraan, dan keyakinan."
Ketika hal ini dikatakan, sang Bhagav&#257;n berkata kepada
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva: "Sangat baik, sangat baik,
Bhadrapala !' Penjelasan Anda, Bhadrapala, tentang setiap
kualitas (anudharma) itu adalah tanpa kesalahan (aviparyasa),
persis seperti yang Anda katakan, benar, dan sangat baik. Saya
juga turut bersukacita (anumodami) untuk itu, dan apa pun yang
Saya bersukacitakan, pada saat itu juga, para Buddha Bhagavan
dari masa lalu, masa depan, dan sekarang juga bersukacita."
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
"Jika orang berlatih di dalam semua pokok pelatihan (siksa) dari
Pratimoksha
Yang telah dijelaskan oleh Saya, terus menetap dalam kehidupan
hutan,
Dan selalu mengejar kualitas kebajikan dari aturan moralitas
(dhuta-guna),
Samadhi ini tidaklah sulit untuk diperoleh.
Setelah menolak semua undangan,
Dan setelah melenyapkan semua keinginan untuk rasa,
Hasilkan tanggapan penglihatan seorang Guru terhadap Dia yang
darinya itu terdengar,
Bangkitkan tanggapan penglihatan dari kesamaan dan kesetaraan.
Dia yang membaca dan mempraktekkan Samadhi ini
Harus bersemangat, dan tidak malas;
Tidak dendam dengan Sutra-Dharma,
Dia tidak mencari persembahan, namun memberikan Dharma.
Dia yang menerima Samadhi ini,
Maka Dia adalah putra dari Buddha ini;
Dia yang mempelajari dan mempraktikkannya begitu,
Akan memperoleh Samadhi itu dalam waktu singkat.
Terus-menerus mengerahkan ketekunan, jangan malas,
Hilangkan kelesuan, bebaskan pikiran;
Anda harus menghindari teman yang jahat,
Kemudian mengejar praktek dari Dharma ini.
Buanglah kesenangan, jangan beristirahat,
Selalu menghindari pertemuan orang banyak,
Bhiksu yang mencari Samadhi ini
Harus melakukan ini, mengikuti ajaran sang Buddha.
Setelah melenyapkan iri hati, nafsu keinginan, dan kebanggaan,
Dan setelah melenyapkan nafsu birahi, kebencian, dan angan-angan
khayalan,
Dan setelah mengembangkan pikiran yang terhubung dengan meditasi
(dhyanasamprayukta-citta),
Orang harus masuk ke dalam Samadhi ini.
Terbebas dari dengki, setelah melenyapkan nafsu,
Menjadi terkendali dengan baik, dan setelah melenyapkan
kemarahan,
Dan setelah memurnikan objek perhatian (arambana), yaitu tubuh
Jina,
Orang harus masuk ke dalam Samadhi ini.
Tanpa membuang semangat dan tidak sedang dikuasai oleh kelesuan,
Tanpa bergaul dengan kerabat dan teman-teman,
Berjalan (sacankrama), Menolak orang banyak dan kumpulan teman,
Dan mengembangkan Samadhi yang tanpa noda (viraja) ini.
Ketika hal ini dikatakan, Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva
berkata kepada sang Bhagav&#257;n: "Bhagav&#257;n, jika ada
Bhiksuni yang telah berangkat kedalam Mahayana
(Mahayana-samprasthita), yang berkeinginan, ketika dia mendengar
Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita Samadhi ini, untuk
menerima ajaran ini dan mengembangkannya, maka, Bhagav&#257;n,
harus didirikan di dalam 'kualitas (dharma)' apakah, dia, untuk
menerima ajaran ini dan mengembangkan Samadhi ini?"
Ketika hal ini dikatakan, sang Bhagav&#257;n berkata kepada
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva: "Bhadrapala, setiap Bhiksuni
yang telah berangkat kedalam Mahayana, yang berkeinginan, ketika
dia mendengar Samadhi ini, untuk menerima ajaran ini dan
mengembangkannya harus selalu penuh hormat. Dia harus selalu
terbebas dari rasa iri, dan tidak marah. Dia harus menaklukkan
kebanggaan, terbebas dari kesombongan, dan mengerahkan semangat.
Dia harus terbebas dari kemalasan, dan melenyapkan
ketidakcekatan dan kelesuan. Dia harus mengerahkan dirinya dalam
usaha untuk tidak tidur, dan melenyapkan semua usaha yang
mengejar pendapatan, kehormatan, pujian (labha-satkara-sloka),
jubah, makanan persembahan, tempat tidur dan kursi, obat untuk
menyembuhkan penyakit, dan perhiasan
(civara-pindapata-sayanasanaglanapratyaya-bhaisajya-pariskara).
Dia harus murni dalam kehidupannya, dan tidak melekat pada orang
atau kehidupannya. Dia harus selalu menginginkan Dharma, dan
mengerahkan dirinya dalam upaya untuk pembelajaran yang besar.
Dia harus memiliki pikiran yang terbebas dari nafsu berahi,
kebencian, dan kebodohan. Dia harus menolak para pengikut Mara
(mara-paksa). Dia harus menyingkirkan diri dari memijat,
perhiasan, dan menghias tubuh. Dia harus tidak melekat pada
mangkuk atau jubah. Dia harus tidak berminat pada ketenaran, dia
harus terbebas dari memfitnah (paisunya) dan melenyapkan sifat
plin-plan yang selalu berubah-rubah. '
'Oleh karena itu, Bhadrapala, Bhiksuni yang telah berangkat
kedalam Mahayana, yang berkeinginan, setelah mendengar Samadhi
ini, untuk menerima ajaran ini dan mengembangkannya harus
menerima ajaran di dalam Samadhi ini ketika membangkitkan
tanggapan penglihatan Guru terhadap Gurunya (Acarya); Dia harus
mengembangkan Samadhi ini ketika terdirikan pada
kualitas-kualitas itu. "
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
'Jika Bhiksuni, melalui berkeinginan pada Samadhi ini,
Telah menunjukkan rasa hormat dan melenyapkan iri hati,
kemarahan,
Kebanggaan, dan juga kesombongan,
Samadhi ini tidak akan sulit untuk diperoleh.
Jika dia telah datang untuk mencari Samadhi ini,
Ketika dia telah mengerahkan semangat, melenyapkan kemalasan,
Dan melenyapkan semua pengejaran,
Biarlah dia menginginkan Dharma tanpa kemelekatan bahkan untuk
hidup.
Dia yang ingin mempelajari Samadhi ini
Harus tidak menetap dengan pikiran dari nafsu berahi dan
kebencian,
Atau menderita oleh kekotoran batin (klesa);
Dan biarlah dia tidak pernah tertangkap dalam jerat Mara.
Dia yang ingin mempelajari Samadhi ini
Harus tidak mengerjakan dirinya dengan tipu daya (maya),
Dan harus menolak semua pijatan, perhiasan,
Fitnah, dan sifat plin-plan yang selalu berubah-rubah.
Menolak keramahan yang kecil, selalu sangat ramah,
Menghormati teman yang baik tanpa henti,
Dia harus menghindari semua kejahatan,
Dengan begitu Dia harus mencari Samadhi itu.
Dia tidak memiliki pikiran, bahkan untuk sekejap,
yang mengharapkan mangkuk dan yang mengharapkan pujian;
Dengan memiliki tanggapan penglihatan Guru terhadap Dia yang
darinya itu terdengar,
biarlah dia membangkitkan tanggapan penglihatan dari kesamaan
dan kesetaraan.
Ketika hal ini dikatakan, Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva
berkata kepada sang Bhagav&#257;n: "Bhagav&#257;n, jika
Bodhisattva perumah tangga yang memakai pakaian putih dan yang
menetap dalam kehidupan rumah, yang berkeinginan, setelah
mendengar Samadhi ini, untuk menerima ajaran ini dan
mengembangkannya bahkan untuk satu atau dua hari, maka,
Bhagav&#257;n, harus didirikan di dalam 'kualitas (dharma)'
apakah, dia, untuk menerima ajaran ini dan mengembangkan Samadhi
ini?"
Sang Bhagav&#257;n berkata: "Oleh karena itu, Bhadrapala, jika
Bodhisattva perumah tangga yang memakai pakaian putih dan yang
menetap dalam kehidupan rumah, yang berkeinginan, setelah
mendengar Samadhi ini, untuk menerima ajaran ini dan
mengembangkannya bahkan untuk satu atau dua hari, atau bahkan
selama jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyusui sapi, maka
Bodhisattva perumah tangga yang memakai pakaian putih dan yang
menetap dalam kehidupan rumah itu harus memiliki keyakinan. Dia
harus terbebas dari ketamakan, dan menjadi bebas dalam penolakan
duniawinya (mukti-tyaga). Dia harus senang dalam menyalurkan
pemberian, dan harus memberikan semua kekayaannya tanpa
mengharapkan balasan (vipakapratikanksin). Dia harus berlindung
pada Buddha. Dia harus berlindung pada Dharma. Dia harus
berlindung pada Sangha. Dia harus murni dalam sila. Dia harus
melakukan Lima Aturan Pelatihan (panca-siksapada : Tidak
membunuh, Tidak mengambil yang tidak diberikan, Tidak melakukan
kesenangan seksual, Tidak berkata salah, Tidak minum minuman
keras yang memabukkan). Dia harus tidak memiliki perlindungan
yang lain, dan tekadnya harus mengikuti Buddha. Dia harus
sempurna dalam sila, dan ketika Dia telah mengambil dan memenuhi
Jalan Sepuluh Perbuatan Baik (dasa-kusala-karmapatha), Dia harus
mendorong orang lain untuk melakukannya juga; dan Dia harus
tidak minum minuman keras. Dia harus tidak menggoda orang lain
untuk itu. Dia harus menjelaskan kepada orang lain
ketidaknyamanan dari minuman keras dan tidak memberikan minuman
yang memabukkan kepada orang lain; Dia harus menganggap nafsu
keinginan kepada orang lain sebagai hal yang rendah dan harus
menjalani kehidupan suci (brahmacarya). Dia harus tanpa iri. Dia
harus murni dalam kehidupannya."
"Dia harus tidak mendambakan putra. Dia harus tidak mendambakan
putri. Biarlah dia tidak mendambakan istrinya. Dia harus tidak
mendambakan kekayaan. Dia harus tidak mendambakan rumah tangga.
Dia harus senang dalam meninggalkan keduniawian (pravrajya), dan
membuat pikirannya cenderung untuk meninggalkan keduniawian. Dia
harus berniat pada Samadhi ini melalui Delapan Bagian Pantangan
(astangopavasa : 1.Tidak membunuh, 2.Tidak mengambil yang tidak
diberikan seperti merampas atau mencuri, 3.Tidak melakukan
hubungan seksual, 4.Tidak berkata salah seperti memakai atau
berbohong, 5.Tidak makan atau minum yang memabukkan, 6.Tidak
memakai wewangian atau perhiasan serta tidak menyanyi atau
menari atau melihat hiburan pertunjukan dari menyanyi dan
menari, 7.Tidak tidur atau duduk di tempat yang mewah, 8.Tidak
makan setelah makan siang hingga pagi hari), dan Dia harus
tinggal di dalam Vihara. Dia harus memiliki rasa malu dan
kerendahan hati, membuat pikirannya condong pada kebangkitan,
dan tidak menginginkan kendaraan lain (yana). Dia harus tidak
memaki para Bhiksu yang terberkahi dengan sila. Dia harus
memiliki rasa hormat dan menghormati mereka yang memimpin
kehidupan suci. Terhadap guru (Acarya) yang darinya Dia telah
menerima ajaran dalam samadhi ini, Dia harus memiliki pikiran
bahwa Dia sangat sayang, Dia harus memiliki keyakinan dan rasa
hormat; Dia juga harus membangkitkan tanggapan penglihatan Teman
yang baik; Dia juga harus membangkitkan tanggapan penglihatan
Guru. Dia harus memberinya dengan segala sesuatu yg diperlukan
untuk kenyamanan (sukhopadhana). Dia harus terus berterimakasih,
menghargai, dan penuh hormat - dengan cara itu, Bhadrapala,
Bodhisattva perumah tangga yang menetap dalam kehidupan rumah
harus menerapkan dirinya sendiri pada Samadhi ini; dan
terdirikan dalam kualitas itu, Dia harus mengembangkan Samadhi
ini."
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
Bodhisattva yang hidup dalam kehidupan rumah tangga
Yang, telah berkeinginan untuk mempelajari Samadhi ini,
Harus menjadi selalu murni di dalam sila,
Dan telah mendorong pikiran yang kuat untuk berangkat,
Ketika Dia telah melakukan Lima Aturan Pelatihan
Dan melakukan Delapan Uposatha (astanga-posadha =
astangopavasa),
Tinggal di vihara dengan meninggalkan kehidupan rumah tangganya,
Dia harus memasuki Samadhi ini.
Dia harus tidak memberikan kepada orang minuman yang memabukkan,
Dan setelah menolak semua jenis minuman yang tidak dipuji oleh
sang Buddha,
Dan mendirikan dirinya sendiri dalam pokok-pokok pelatihan ini,
Dia harus menerima ajaran dalam Samadhi ini.
Tidak menginginkan putra, tidak menginginkan putri,
Tidak menginginkan istri, atau menginginkan kehidupan rumah
tangga,
Ketika Upasaka terberkahi dengan rasa malu,
Dia harus memasuki Samadhi ini.
Dia harus tanpa nafsu berahi (araga), Dan tidak berhubungan
seksual,
Atau berbicara dengan siapa pun, menolak semua kumpulan orang
banyak;
Setelah mendirikan dirinya dalam kesempurnaan dan kesabaran,
Dia harus memasuki Samadhi ini.
Jika Orang memasuki Samadhi yang suci ini,
Biarlah Dia selalu hormat kepada Buddha dan Dharma,
Dan biarlah Dia, dengan pikiran yang setia, teguh, dan terbebas
dari iri hati,
Bersedia melakukan penghormatan kepada Sangha.
Ketika hal ini dikatakan, Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva
berkata kepada sang Bhagav&#257;n: "Bhagav&#257;n, jika Upasika
yang telah berangkat kedalam Mahayana (Mahayana-samprasthita),
yang berkeinginan, setelah mendengar Samadhi ini, untuk menerima
ajaran ini dan mengembangkannya, maka, Bhagav&#257;n, harus
didirikan di dalam 'kualitas (dharma)' apakah, dia, untuk
menerima ajaran ini dan mengembangkan Samadhi ini?"
Ketika hal ini dikatakan, sang Bhagav&#257;n berkata kepada
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva: "Oleh karena itu, Bhadrapala,
Upasika yang telah berangkat kedalam Mahayana, yang
berkeinginan, setelah mendengar Samadhi ini, untuk menerima
ajaran ini dan mengembangkannya harus melakukan Lima Aturan
Pelatihan. Upasika itu, Bhadrapala, harus berlindung kepada
Triratna, dan tidak memiliki perlindungan yang lain. Upasika
itu, Bhadrapala, harus menolak keajaiban dan tanda-tanda
keberuntungan (kutuhalamangala), dan terbebas dari penipuan
(maya). Upasika itu, Bhadrapala, harus tanpa kepura-puraan dalam
kelakukan sikap tubuh (iryapatha : berdiri, berjalan, duduk,
berbaring), dan bebas dari ketamakan. Upasika itu, Bhadrapala,
harus bersukacita dalam menyalurkan pemberian, dan menginginkan
Dharma. Upasika itu, Bhadrapala, yang harus diberikan jawaban
untuk bertanya (pariprcchana-jatiya), dan menjadi penuh hormat
dan khidmat. Jika Dia melihat para Bhiksu atau Bhiksuni, Dia
harus menawarkan Mereka duduk. "
"Maka dari itu, Bhadrapala, jika Upasika yang telah berangkat
kedalam Mahayana, yang berkeinginan, setelah mendengar Samadhi
ini, untuk menerima ajaran ini dan mengembangkannya, maka
Upasika itu harus menerima ajaran ini dan mengembangkan samadhi
ini ketika sedang didirikan pada kualitas itu."
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
Upasika yang bercita-cita untuk Samadhi ini
Yang diajarkan (anujnata) oleh Buddha dan dipuji oleh Sugata,
Harus memasuki Samadhi ini,
Setelah melakukan Lima Aturan Pelatihan.
Dengan penuh hormat, dan tidak memiliki Tuhan yang lain
Yang terpisah dari Buddha, Dharma, dan juga Sangha,
Setelah menolak semua jalur yang salah,
Dia harus memasuki Samadhi ini.
Tidak membunuh makhluk hidup, tidak mengambil apa yang tidak
diberikan,
Dan tidak mengucapkan kebohongan,
Tidak pernah melakukan perbuatan seksual,
Dia harus menerima ajaran dalam Samadhi ini.
Terbebas dari keserakahan, tidak mengharapkan balasan,
Setelah menyingkirkan kepura-puraan dalam iryapatha,
Melenyapkan rasa iri, bangga, dan kemarahan,
Dia harus menerima ajaran dalam Samadhi ini.
Jika Dia melihat para Bhiksu dan juga Bhiksuni,
Dia harus berdiri dengan hormat dan menawarkan Mereka duduk;
Menginginkan Dharma, dan bertanya: "Apa yang bermanfaat?",
Dia harus menerima ajaran dalam Samadhi ini.
#Post#: 17--------------------------------------------------
Re: Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:22 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/5buddha7.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/5buddha7.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/yIF1NzJATMw" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/NAMO%20BHUMI%20BOROBUDUR%20S…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/NAMO%20BHUMI%20BOROBUDUR%20SAM…
BAB 8
Ramalan[/center]
Ketika hal ini dikatakan, Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva
berkata kepada sang Bhagav&#257;n: "Bhagav&#257;n, alangkah
menakjubkan bahwa demi para Bodhisattva yang telah meninggalkan
kehidupan rumah tangga, demi para Bodhisattva yang bertekad
besar, yang diberkahi dengan tekad tinggi (adhyasaya-sampanna),
orang-orang yang telah mengerahkan semangat, mereka yang tidak
berhenti mengerahkan semangat, dan mereka yang telah ditetapkan
untuk kebangkitan yang tertinggi dan sempurna, sang Tathagata
Arhan Samyaksambuddha telah demikian menjelaskan
kualitas-kualitas yang besar dan sangat baik yang didirikan di
mana mereka harus menerima ajaran ini dan mengembangkan Samadhi
ini. "
"Bhagav&#257;n, pada masa depan, di jaman setelah Parinirvana
dari sang Tathagata, akankah Samadhi ini beredar (pracarati) dan
menyebar di sini, di Jambudvipa ini?"
Sang Bhagav&#257;n berkata: "Bhadrapala, selama empat ribu tahun
setelah Parinirvana Saya, Samadhi ini akan beredar dan tersebar
di Jambudvipa. Setelah itu, ia akan masuk kedalam gua di dalam
tanah. Selanjutnya, ketika lima ratus tahun terakhir, masa
terakhir, jaman terakhir, lima abad terakhir akan muncul, ketika
kehancuran Saddharma terjadi, kehancuran Sramana terjadi,
penolakan Saddharma terjadi, kehancuran makhluk terjadi, keadaan
yang dalam kekacauan, ketika waktu itu tiba saat kumpulan
orang-orang yang berkebajikan berkurang, ketika waktu itu tiba
saat kumpulan orang-orang yang tidak bermoral meningkat, ketika
waktu itu tiba saat kumpulan Saddharma berkurang, ketika waktu
itu tiba saat kualitas dari kelompok ketidakbenaran meningkat,
ketika waktu kehancuran (ksaya-kala) tiba, beberapa Makhluk akan
muncul, yang demi mendapatkan Sutra seperti ini, akan telah
memurnikan akar kebajikan (uttapta-kusalamula), yang telah
melakukan tugas Mereka di bawah para Jina masa lalu, menanam
akar kebajikan, mematangkan akar kebajikan, dan menanam benih,
dan demi kepentingan Makhluk seperti itu, yaitu, dengan kekuatan
dari sang Buddha (buddhanubhavena), Samadhi ini akan beredar dan
tersebar di Jambudvipa.
"Dan mereka, setelah mendengar Samadhi ini, akan merasakan
sukacita yang besar, kegembiraan, dan keyakinan. Setelah
mendengarnya, mereka akan menerima, menyimpan, membaca,
menguasai, menyalin, menjelaskan, menyebarkan, dan mengerahkan
diri mereka dalam usaha untuk mengembangkannya; Mereka bahkan
akan menyalinnya dalam buku-bentuk dan menyimpannya."
Kemudian Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva dan Ratnakara
Bodhisattva Mahasattva sang pemuda Licchavi (licchavi-kumara),
setelah mendengar dari sang Bhagav&#257;n bahwa dalam masa
terakhir ketika kehancuran Saddharma ini terjadi, menangis dan
meneteskan air mata melalui pengaruh dari Dharma (dharma-vega);
Kemudian Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva dan Ratnakara
Bodhisattva Mahasattva sang pemuda Licchavi, menyeka air mata
Mereka, dan setelah bangkit dari kursi dan mengatur pakaian
bagian atas di satu bahu, dengan menempatkan lutut kanan ke
tanah, mengulurkan telapak tangan beranjali kearah sang
Bhagav&#257;n, dan berkata kepada sang Bhagav&#257;n:
"Bhagav&#257;n, bahkan ketika lima ratus tahun terakhir setelah
Parinirvana sang Tathagata terjadi, di masa terakhir, di jaman
terakhir, di lima abad terakhir yang terjadi, ketika Saddharma
ditolak, Kami akan menerima, menguasai, menyalin, melestarikan,
membaca, menyebarkan, dan mengerahkan diri kami sendiri dalam
usaha untuk mengembangkan Sutra seperti ini. Mengapa demikian?
Bhagav&#257;n, kami tidak pernah bosan mendengar, menyalin,
menerima, menguasai, melestarikan, membaca, menjelaskan,
menyebarkan, dan mengembangkan Sutra yang mendalam seperti ini,
yang diucapkan oleh sang Tathagata."
Kemudian sang Bodhisattva Mahasattva, sang perumah tangga
(grhapati) Mahasusarthavaha; sang Bodhisattva Mahasattva, sang
anak pedagang (sresthiputra) Guhagupta; sang Bodhisattva
Mahasattva, sang pelajar muda (manavaka) Naradatta ''; sang
Bodhisattva Mahasattva Susima; sang Bodhisattva Mahasattva
Indradatta; dan sang Bodhisattva Mahasattva Varunadeva, setelah
mendengar dari sang Bhagav&#257;n bahwa dalam lima ratus tahun
terakhir, di masa terakhir, di jaman terakhir, di lima abad
terakhir ketika kehancuran Saddharma ini terjadi, menangis dan
meneteskan air mata melalui pengaruh dari Dharma. Kemudian
Mahasusarthavaha sang Bodhisattva Mahasattva perumah tangga;
Guhagupta sang anak pedagang; Naradatta sang pelajar muda;
Susima sang kulaputra; Indradatta; dan Varunadeva Bodhisattva
Mahasattva menyeka air mata Mereka, dan setelah bangkit dari
kursi dan mengatur pakaian bagian atas di satu bahu, dengan
menempatkan lutut kanan ke tanah, mengulurkan telapak tangan
beranjali kearah sang Bhagav&#257;n, dan berkata kepada sang
Bhagav&#257;n:
"Bhagav&#257;n, di masa depan, bahkan ketika lima ratus tahun
terakhir setelah Parinirvana sang Tathagata terjadi, di masa
terakhir, di jaman terakhir, di lima abad terakhir terjadi, dan
ketika Saddharma ditolak, Kami juga akan menerima, menguasai,
menyalin, melestarikan, membaca, menjelaskan secara luas kepada
orang lain, dan mengembangkan Sutra seperti ini."
"Bhagav&#257;n, Kami akan mengabadikan, memperbesar, dan
menyebarkan Kebangkitan tertinggi yang sempurna ini, yang telah
dicapai oleh para Tathagata Arhan Samyaksambuddha selama lebih
dari ratusan dari ribuan kotinayuta kalpa. Mengapa demikian,
Bhagav&#257;n? Kami menerima dan mengumumkan Dharma yang belum
pernah terdengar sebelumnya (asrutapurvadharma)."
"Bhagav&#257;n, Kami akan mengembangkan dan mengajarkan Dharma
yang mendalam ini di mana seluruh dunia tidak akan percaya."
Kemudian dari perkumpulan majelis dari lima ratus Makhluk : para
Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, dan Upasika - bangkit dari kursi
Mereka, dan menjadi penuh hormat dan khidmat, ketika Mereka
mendengar dari sang Bhagav&#257;n tentang masa saat kehancuran
Saddharma ini dan saat Saddharma ini tidak akan diterima, ketika
lima ratus tahun terakhir telah terjadi, di masa terakhir, di
jaman terakhir, di saat lima abad terakhir telah terjadi, mereka
menangis dan meneteskan air mata melalui pengaruh dari
pematangan (viparinama) dari 'Saddharma (Dharma Sejati)'.
Kemudian lima ratus Makhluk itu menyeka air mata Mereka, dan
mengatur pakaian bagian atas pada satu bahu dan dengan
menempatkan lutut kanan ke tanah, mengulurkan telapak tangan
beranjali kearah sang Bhagav&#257;n dan berkata kepada sang
Bhagav&#257;n :
"Bhagav&#257;n, ketika lima ratus tahun terakhir setelah
Parinirvana sang Tathagata terjadi, di masa terakhir, di jaman
terakhir, di lima abad terakhir yang terjadi, Kami akan
menerima, mengembangkan, dan memberitakan secara luas kepada
orang lain Sutra seperti ini. Kami juga akan melayani secara
khusus (vaiyavrtya) pada orang-orang yang baik ini. Pada saat
itu Kami juga akan mendengarkan Sutra seperti ini, yang
diucapkan oleh sang Tathagata. Juga Kami akan mempelajari
Saddharma. Dengan Permata dari Saddharma ini, Kami juga akan
melayani orang lain yang adalah bejana yang cocok
(bhajana-bhuta) untuk menampung Saddharma. Bhagav&#257;n, Kami
meminta Anda untuk mempercayakan Samadhi ini kepada orang-orang
yang baik ini. Bhagav&#257;n, kami meminta Anda untuk
memberitahukan Samadhi ini kepada orang-orang yang baik ini."
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n tersenyum dan
memancarkan sinar cahaya berwarna emas yang mengisi seluruh
sistem dunia yang tidak terbatas; Setelah naik sampai ke
Brahmaloka yang bahkan melampaui cahaya matahari dan bulan; Saat
kembali, sinar cahaya itu berputar melingkari sang Bhagav&#257;n
tiga kali dari sisi kanan, dan menghilang ke dalam batas (siman)
dari puncak mahkota (usnisa) sang Bhagav&#257;n.
Kemudian Ayusma Ananda, setelah bangkit dari tempat duduknya dan
mengatur pakaian bagian atas pada satu bahu, dan dengan
menempatkan lutut kanannya ke tanah, mengulurkan telapak tangan
beranjali kearah sang Bhagav&#257;n, dan memuji sang
Bhagav&#257;n dengan syair-gatha yang sesuai berikut ini:
Murni dalam sila, murni dalam wilayah perbuatan (gocara),
Besar dalam kekuatan ajaib bahkan di antara mereka yang
berkekuatan besar,
Paling unggul atas semua makhluk,
Terang seperti matahari yang tanpa noda,
Dengan pengetahuan yang tidak terikat, dengan pikiran sepenuhnya
terbebaskan,
Dengan suara burung Kalavinka, Devatideva,
Tidak gentar oleh semua guru penentang (parapravadin),
Apa alasan untuk senyuman ini?
Demi keuntungan (hitaya), demi belas kasihan (anukampaka),
Penguasa berkaki dua (dvipadendra),
Saya memohon Anda untuk mengajar dengan kebenaran tertinggi
bercahaya;
Jika orang mendengar suara Anda yang menyenangkan,
Orang memperoleh kegembiraan yang suci dan terbebas dari nafsu
keinginan (niramisa).
Karena sang Jina, sang Pemandu, sang Makhluk Tertinggi
Tidak tersenyum tanpa alasan,
Demi belas kasihan kepada dunia, Saya meminta Anda, yang
berbelas kasih:
Apa alasan untuk senyuman ini?
Lokanatha, karena Anda telah tersenyum,
Akan menjadi keuntungan besar siapakah hari ini?
Siapa yang akan didirikan secara kukuh di dalam pengetahuan
Buddha?
Siapa yang hari ini akan mendapatkan pangkat raja tertinggi?
Siapa yang hari ini akan didirikan di dalam jasa kebajikan?
Siapa yang akan mempelajari harta dari Dharma ini?
Siapa yang hari ini akan mengenakan mahkota (mukuta),
Mengatur di atas kepala mereka sendiri dengan tangan mereka
sendiri?
Kemudian sang Bhagav&#257;n menjawab Ananda dengan syair-gatha
ini:
Ananda, lihatlah lima ratus sahabat yang berkumpul ini,
Berdiri di depan Saya dengan pikiran bergembira
Dan mengumumkan:
"Biarlah Kami memperoleh Dharma ini!"
Mereka juga menatap Saya,
Mengatakan: "Kapan Kami akan menjadi seperti ini?"
"Kami menerima kebangkitan yang tertinggi ini,"
Mereka mengumumkan, sambil berdiri di depan Saya.
Dalam rangka untuk mengumumkan Sutra ini
Di masa depan, di jaman terakhir, ketika hal seperti ini telah
terjadi,
Kelima ratus ini telah berdiri ke depan
Dipimpin oleh delapan Orang bijak itu.
Saya mengumumkan kepada Anda, Saya memberitahu Anda:
Dalam pengetahuan Saya yang tiada kemelekatan (asanga);
Orang-orang ini tidak hanya telah maju berdiri,
Setelah membuat penghormatan (anjali) kepada satu Jina.
Saya ingat Mereka telah lama, ketika, dalam kelahiran
sebelumnya,
Dengan penuh, delapan puluh ribu para Buddha muncul;
Di depan Mereka juga Orang-orang ini, yang dipimpin oleh Delapan
itu, berdiri kedepan
Dalam rangka untuk mengumumkan kualitas ini.
Jauh lebih lama lagi, bahkan dari itu
Ada muncul delapan puluh ribu kotinayuta
Dari Mereka yang murni dalam sila, yang sangat terkenal,
Dan dari Mereka juga Orang-orang ini menerima Dharma yang luas
ini.
Bercita-cita untuk mempelajari
Ajaran Saya yang besar (pravacana) juga,
Dengan pikiran yang bergembira dan sukacita yang tiada bandingan
Mereka mendorong banyak orang ke pikiran kebangkitan
(bodhi-citta).
Pada masa terakhir, setelah Saya masuk Nirvana,
Dan semua relik (sarira) telah dibagikan,
Mereka, setelah mempelajari dengan baik kebangkitan Buddha ini,
Setelah menyalinnya dan menempatkannya dalam keranjang (pitaka),
Dan setelah meletakkan Sutra ini ke dalam Stupa,
Dalam bumi, dan batu, dan pegunungan,
Dan kedalam tangan para Deva dan juga para Naga,
Mereka akan melanjutkan kehidupan di alam para Deva.
Di waktu dan jaman terakhir, di keluarga yang berbeda
Memiliki turun lagi, menyerahkan segalanya,
Mereka, mempelajari dengan baik kebangkitan dari Buddha ini,
Akan bertindak sesuai dengan tekad mereka (yathasaya).
Melalui keinginan untuk Dharma ini, Mereka akan melanjutkan
Kesana-kemari (dese dese), dan memperoleh Sutra yang sangat
unggul ini;
Setelah memperolehnya, dengan pikiran bersukacita
Mereka akan memberikannya kepada banyak orang tanpa kemelekatan.
Setelah meninggalkan orang dan juga kehidupan,
Mereka yang bijaksana, dengan keinginan yang tidak pernah puas
pada Dharma,
Tidak akan setuju dengan para guru penentang,
Dan akan memberikan Dharma yang sangat baik (pranita) dan luas
(vipula).
Diluar dari semua lima ratus ini,
Yang telah berdiri di hadapan Saya,
Tidak ada orang lain yang akan menerima,
Melestarikan, atau membaca Sutra ini.
Delapan Bodhisattva : Bhadrapala,
Ratnakara, Naradatta,
Mahasusarthavaha, Varunadeva,
Indradatta, Sushma, Guhagupta.
Demikian juga yang di utara (uttare)
Banyak yang menerima dan bersukacita dalam melestarikan Dharma,
Dan yang menginginkan Dharma, yang berbelas kasih dan peduli
kepada dunia,
Akan muncul, agar untuk menerimanya.
Mereka yang akan muncul di sana, tidak melekat pada pujian dan
keuntungan,
Dan melestarikan ajaran ini yang luas (vaipulya),
Akan meliputi semua ini,
Lima ratus Bhiksu, yang dipimpin oleh Delapan itu.
Para Bhiksu yang bijaksana dan tidak tamak ini,
Para Bhiksuni, upasaka, dan upasika,
Yang telah berdiri kedepan sebagai penegak Dharma di jaman
terakhir,
Mereka semua akan menjadi Makhluk tertinggi, Jina.
Dengan memiliki semua kualitas yang tidak terbayangkan,
Berwarna emas, dan tanda-tanda dari seratus kebajikan
(sata-punyalaksana),
Dengan prihatin dan belas kasihan, Mereka akan menyelamatkan
banyak makhluk,
Memberikan kebahagiaan dan menghapus semua kekotoran batin
(klesa).
Ketika mereka telah meninggal dari sini, akan setelah itu
Tidak pernah jatuh ke wilayah kejahatan (vinipata-bhumi);
Bertemu bersama-sama di semua kelahiran kembali Mereka,
Mereka akan berjumpa dengan sang Makhluk tertinggi (agrasattva).
Mereka telah menyingkirkan delapan kelahiran kembali yang tidak
menguntungkan (aksana),
Mereka telah menyingkirkan semua keadaan sengsara (apaya),
Mereka telah memperoleh sangat banyak pahala kebajikan yang
tidak terukur,
Itu adalah yang tidak dapat dijelaskan sejauh mana kualitasnya.
Sang Buddha yang mereka akan jumpai
Setelah bertemu bersama-sama di Buddhaksetra ini,
Mereka akan memuliakan-Nya, mencari jalan kedamaian tertinggi,
Dengan penuh perhatian dan belas kasihan.
Dengan bertindak dalam satu kesesuaian, setelah bertemu
bersama-sama
Dan menyembah sang Penguasa berkaki dua,
Mereka akan terbebas dari nafsu keinginan (niramisa) dan
memperoleh kesabaran (ksanti)
Demi kebangkitan tertinggi yang murni.
Mereka juga, sebagai penjunjung Dharma,
Setelah menjalani kehidupan suci ini (brahmacarya),
Dalam masa terakhir dan juga masa menengah
Akan berjumpa dengan Buddha usia tanpa batas (aparimitayus).
Namun banyak Dermawan Dunia (lokahitakara), Pemancar Cahaya
Yang muncul di Bhadrakalpa ini,
Ajaran dari para Pembimbing Dharma (dharma-netri) itu, mereka
juga menjunjungnya,
Seperti para Pahlawan (vira) yang tinggal di dalam tiga masa
waktu.
Ketika mereka telah melakukan pemujaan besar,
Kepada banyak koti para Buddha dari masa depan itu,
Yang tidak terbayangkan dan tidak terukur,
Mereka akan memperoleh (aragayati) kebangkitan dari Buddha.
Mereka akan mengalami kebangkitan yang penuh kedamaian;
Setelah tiba di situ, mereka akan disembah.
Ketika banyak nayuta kalpa telah berlalu,
Selama waktu itu benih akan menjadi matang.
Sang perumah tangga, Bhadrapala ini,
Serta Ratnakara, Naradatta,
Susarthavaha, dan Guhagupta
Akan melihat para Buddha yang banyaknya seperti pasir di Sungai
Gangga.
Mereka akan menjunjung Saddharma-Nya
Dan menyebar luaskan ajaran dari banyak koti para Buddha,
Yang jumlahnya jika dijelaskan selama banyak koti kalpa
Masih belum mencapai akhir.
Para Mahasattva itu,
Yang bahkan di dalam mimpi,
Mendengar nama dan cara bijaksana (upaya) dari para Pahlawan itu
Akan menyebabkan menjadi Maha Jina.
Jika ada makhluk tertentu mendengar nama,
Baik saat terjaga atau di dalam mimpi,
Dan dapat mengucapkannya dengan auman Singa,
Mereka semua akan menjadi dihormati oleh para Deva dan Manusia.
Jika orang-orang yang, setelah melihat atau bahkan mendengar
Mereka,
Menginginkan Mereka atau memiliki keyakinan di dalamnya
Akan pasti semuanya mencapai kebangkitan -
Berapa lebih banyak lagi untuk orang-orang yang menyembah
Mereka?
Jika orang-orang yang marah dan memaki Mereka,
Dan memiliki niat jahat memukul Mereka,
Melalui kasih karunia dan kekuatan (anubhava) dari delapan Orang
ini
Dibawa mencapai keBuddhaan, berapa lebih banyak lagi untuk
orang-orang yang menghormati Mereka?
Mereka mempelajari Dharma yang tidak terbayangkan ini;
Nama-nama yang tidak terbayangkan dan juga masa hidup;
Cahaya yang tidak terbayangkan, kualitas yang tidak
terbayangkan,
Kebijaksanaan dan pengetahuan yang juga tidak terbayangkan.
Mencari kebangkitan tertinggi
Mereka juga telah memberikan pemberian besar
Kepada para Buddha masa lalu, murni di dalam sila,
Yang telah muncul, seperti pasir di sungai Gangga yang tidak
terbayangkan.
Bahkan dijelaskan oleh banyak koti Buddha,
Pahala kebajikan Mereka tidak akan dapat diukur;
Tidak ada keraguan bahwa anak-anak dan teman-teman seperti
mereka,
Akan mencapai kebangkitan.
Ananda, bergembiralah pada Dia
Yang menerima atau mempertahankan atau membaca Sutra ini,
Tanpa meragukan,
Dalam kelima ratus orang ini, salah satunya adalah Dia.
Ananda, siapapun yang memperkuat semangat
Untuk tujuan mencari Sutra ini
Dan mengerahkan semangat setelah melenyapkan kemalasan,
Akan dengan mudah memperoleh Samadhi ini. '
'Menurut Pratimoksha yang dijelaskan oleh Saya dalam Vinaya,
Para Bhiksu yang sambil belajar tinggal didalam kesunyian hutan
(aranya);
Jika mereka mampu tidak menolak kualitas praktek pertapaan itu,
Mereka pasti akan memperoleh Samadhi ini.
Mampu menolak semua undangan yang benar-benar khusus,
Menyingkirkan semua rasa selera yang baik,
Selalu membangkitkan pikiran Buddha terhadap Guru mereka
Siapa yang bisa mengatakan Mereka tidak akan mencapai Samadhi
ini?
Pertama, memahami penderitaan dari nafsu berahi, kemarahan, dan
angan-angan khayalan,
Menghindari kesombongan dan iri hati,
Dengan perasaan yang terbebas dari kemelekatan yang tidak murni,
merenungkan pada yang tidak terbentuk oleh sebab dan kondisi
(asamskrta),
Mereka membaca dan mengembangkan Samadhi yang sangat unggul.
Pikiran mereka murni, tinggal di dalam yang tiada kemelekatan;
Mengendalikan indera (indriya) dan menghentikan kebencian;
Dengan pikiran tunggal, Mereka merenungkan tubuh sang Tathagata;
Mereka membaca dan menerima Samadhi yang sesungguhnya.
Jika Bodhisattva hidup dalam rumah tangga,
Pikirannya selalu tegas ditetapkan untuk meninggalkan kehidupan
rumah;
Menerima dan membacanya, mencapai dalam kata dan perbuatan,
Pikirannya selalu berpikir tentang mempelajari Samadhi ini.
Terus-menerus Dia harus mengolah ajaran lima sila,
Dan terus melakukan delapan uposatha;
Sungguh tinggal di dalam Vihara dan menolak rumah,
Dia membaca dan mengembangkan Samadhi ini.
Dia harus tidak melekat pada istri dan selir,
Juga tidak mengharapkan putra dan putri atau harta;
Upasaka harus berlatih rasa malu;
Dia harus mengingat dalam pikiran hanya Samadhi ini.
Dia harus tidak menimbulkan pikiran untuk menyakiti yang lain,
Hanya memikirkan melenyapkan semua nafsu kesenangan;
Tanpa tinggal di dalam kemelekatan, terdirikan pada kesabaran;
Dia harus mengembangkan Samadhi ini.
Dia harus tidak memiliki kemelekatan pada harta benda,
Bunga, wewangian, salep, bubuk, atau karangan bunga;
Tanpa tinggal di dalam kemelekatan, terdirikan pada kesabaran;
Dia harus menerima Samadhi ini.
Jika Bhiksuni mencari Sutra ini
Dia harus penuh hormat dan melenyapkan iri hati,
Nafsu berahi, kesombongan, dan kebanggaan,
Dan itu tidak akan sulit untuk mencapai Bodhi.
Dia harus mengerahkan semangat dan menghancurkan kelesuan,
Memotong putus semua pengejaran;
Pikirannya bersukacita dalam Dharma, murni di dalam
kehidupannya,
Dia harus membaca Samadhi ini.
Pikirannya harus tidak disertai dengan nafsu keinginan;
Dia harus tidak menimbulkan kemarahan, tetapi terbebas dari
penderitaan;
Dia harus tidak terjerat dengan ikatan Mara;
Dia harus menerima Samadhi ini.
Dia harus tidak melakukan apapun dengan penipuan;
Dia harus tidak menginginkan jubah halus atau kosmetik;
Dia harus tidak menjadi pembohong, dan harus menghindari orang
lain;
Dia harus menerima Samadhi ini.
Tiada pemikiran untuk kesenangan sensual, laki-laki dan
perempuan,
Sungguh tenang, terbebas dari semua pikiran yang salah;
Membangkitkan tanggapan penglihatan Buddha terhadap gurunya,
Dia harus menerima Samadhi ini.
Setelah menerima Sutra seperti ini,
Mereka menjadi orang-orang yang telah mendapatkan keuntungan
yang sesungguhnya, melenyapkan nasib buruk,
Yang mutlak sempurna (amogha) di dalam ajaran sang Sugata ini,
Dan telah menyingkirkan semua kelahiran kembali yang tidak
menguntungkan (aksana).
#Post#: 18--------------------------------------------------
Re: Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:24 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/buddha-shakyamuni-sh_2%20inf…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/buddha-shakyamuni-sh_2%20infro…
/>
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/vmz9kAEiTSc" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/18%20arahat%20crosing%20ocea…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/18%20arahat%20crosing%20ocean.…
BAB 9
Perlindungan
[/center]
Kemudian Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva, Ratnakara
Bodhisattva Mahasattva sang pemuda Licchavi, Guhagupta
Bodhisattva Mahasattva sang anak pedagang, Naradatta Bodhisattva
Mahasattva sang pelajar muda, Susima Bodhisattva Mahasattva sang
kulaputra, Susarthavaha Bodhisattva Mahasattva sang kepala rumah
tangga, Indradatta Bodhisattva Mahasattva, dan Varunadeva
Bodhisattva Mahasattva, bersama-sama dengan lima ratus
Bodhisattva itu, sangat bersukacita oleh kata-kata sang
Bhagav&#257;n, menutupi tubuh sang Bhagav&#257;n dengan lima
ratus jubah ganda dari kain katun (dusya-yuga); Mereka juga
menebar permata kepada sang Bhagav&#257;n; dan bertanya kepada
sang Bhagav&#257;n apakah mereka bisa melayani-Nya.
Kemudian, dengan cara dari pidato Dharma, sang Bhagav&#257;n
menggembirakan (sampraharsayati), mendorong (samadapayati),
membangkitkan semangat (samuttejati), dan menyenangi lima ratus
Bodhisattva Mahasattva yang dipimpin oleh Bhadrapala. Dan mereka
beranjali dan duduk di hadapan sang Bhagav&#257;n dengan pikiran
yang bergembira, pikiran yang tanpa noda, pikiran yang lembut,
pikiran yang diinginkan, pikiran yang penuh keyakinan, dan
pikiran yang tidak terhalang (niravarana).
Kemudian Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva berkata kepada sang
Bhagav&#257;n: "Bhagav&#257;n, berapa banyak dharma yang harus
dimiliki Bodhisattva Mahasattva untuk mendapatkan Samadhi ini?"
Ketika hal ini dikatakan, sang Bhagav&#257;n berkata kepada
Bhadrapala Bodhisattva Mahasattva: "Bhadrapala, seorang
Bodhisattva Mahasattva memperoleh Samadhi ini jika Dia memiliki
empat dharma. Apakah empat itu? Yaitu, tidak bergantung pada
Mantra yang dari kaum tirthika; Tidak melekat pada kesenangan
sensual (kama-guna); Tidak terkalahkan (Ajita) dalam kualitas
pertapaan dan pengendalian diri (dhuta-guna-samlekha); dan
merendahkan kesempatan kelahiran kembali (upapatti-sthana) dalam
perpindahan keberadaan (bhava-gati). Jika Dia memiliki empat
dharma ini, Bhadrapala, Bodhisattva Mahasattva itu memperoleh
Samadhi ini."
"Bhadrapala, jika ada Bodhisattva yang menyimpan, membaca,
menyalin, mempertahankan, menguasai, atau menjelaskan secara
luas kepada orang lain Samadhi ini, maka harus diketahui,
Bhadrapala, bahwa ada lima ratus kualitas untuk Bodhisattva itu
yang akan diperoleh dalam kehidupan ini (drstadharme). Apa lima
ratus itu? Sama seperti, Bhadrapala, misalnya, tubuh dari
penghuni cinta kebaikan (maitri-viharin) adalah yang tidak bisa
terluka oleh racun, yang tidak bisa terluka oleh senjata, tidak
bisa tenggelam, tidak bisa dibakar oleh api, dan raja-raja tidak
bisa mencari kesempatan dari Dia (avatarapreksin) juga tidak
dapat menangkapnya (na avataram labh), dengan cara yang sama,
Bhadrapala, Bodhisattva yang mempertahankan Samadhi ini juga
tidak bisa terluka oleh racun, tidak bisa terluka oleh senjata,
tidak bisa tenggelam, tidak bisa dibakar oleh api, dan raja-raja
tidak bisa mencari kesempatan dari Dia dan juga tidak dapat
menangkapnya."
"Selanjutnya, Bhadrapala, jika, ketika kalpa kehancuran oleh
kebakaran, Bodhisattva yang mempertahankan Samadhi ini jatuh ke
tengah-tengah kumpulan api (agni-skandha), maka kumpulan api itu
akan padam, sama seperti, misalnya, kendi besar berisi air yang
memadamkan kumpulan api kecil."
"Juga, Bhadrapala, untuk Bodhisattva yang melindungi Samadhi
ini, jika para raja, atau perampok, atau api, atau air, atau
makhluk hidup, atau naga, atau vetala, atau yaksa, atau raksasa,
atau singa, atau harimau, atau anjing, atau rubah, atau
serigala, atau manusia, atau makhluk bukan manusia, atau preta,
atau kumbhanda mengganggu Dia, tidak ada kemungkinan atau
kesempatan, adalah tidak mungkin bagi mereka untuk mengganggu
dirinya, atau hidupnya, atau mangkuk pindanya, atau jubahnya,
atau kehidupan sucinya, atau khotbahnya, atau pembacaannya
(svadhyaya), atau meditasinya (dhyana), atau perenungannya yang
mendasar (yoniso-manasikara). Mengesampingkan pematangan
tindakan masa lalunya (purva-karma-vipakam sthapayitva)."
"Juga, Bhadrapala, untuk Bodhisattva yang melindungi Samadhi
ini, tidak ada kemungkinan atau kesempatan, adalah tidak mungkin
bahwa Dia harus menderita penyakit mata, atau menderita penyakit
telinga, atau menderita penyakit hidung, atau menderita penyakit
lidah, atau menderita penyakit tubuh, atau menderita penyakit
pikiran, atau bahwa kehidupan sang Bodhisattva itu harus
berhenti oleh bentuk lain dari penyakit selain itu.
Mengesampingkan pematangan tindakan masa lalunya."
"Selanjutnya, Bhadrapala, jika kulaputra atau kuladuhitr&#257;
itu telah memperoleh Sutra ini, telah mendengarnya, telah
melihatnya, telah mengetahuinya, telah mencapainya, adalah tidak
mungkin bahwa mereka akan tidak berjumpa dengan Buddha, atau
memaki Saddharma, atau menghancurkan perkumpulan Bhiksu, atau
menolak Bodhi dari Buddha. Maka harus diketahui, Bhadrapala,
bahwa para kulaputra atau kuladuhitr&#257; itu yang
mempertahankan Sutra itu tidak dapat terrintangi.
Mengesampingkan pematangan tindakan masa lalunya."
"Selanjutnya, Bhadrapala, para deva juga melindungi (raksam kr-)
Bodhisattva yang mempertahankan Samadhi ini. Para Naga juga
melindunginya. Para Dewa Caturmaharajika juga melindunginya.
Para Sakra juga melindunginya. Brahma Sahampati juga
melindunginya. Devaputra Susima juga melindunginya. Para Yaksa
juga melindunginya. Para Gandharva juga melindunginya. Para
Asura juga melindunginya. Para Garuda juga melindunginya. Para
kinnara juga melindunginya. Para Mahoraga juga melindunginya.
Para manusia juga melindunginya. Para makhluk bukan manusia juga
melindunginya. Para Dewa berkekuatan besar lainnya juga
melindunginya. Para Bodhisattva Mahasattva dan Bhagav&#257;n
Buddha juga melindungi Bodhisattva yang mempertahankan Samadhi
ini."
"Selanjutnya, Bhadrapala, Bodhisattva Mahasattva itu menjadi
yang disukai (priya) oleh para Deva, yang disukai oleh para
Naga, yang disukai oleh para Yaksa, yang disukai oleh para
Asura, yang disukai oleh para Garuda, yang disukai oleh para
kinnara, yang disukai oleh para Mahoraga, yang disukai oleh para
Sakra, yang disukai oleh para Brahma, yang disukai oleh para
Caturmaharajika, yang disukai oleh para Bodhisattva, dan yang
disukai oleh para Bhagav&#257;n Buddha."
"Selanjutnya, Bhadrapala, para Deva juga menyanyikan pujian
(varnam bhasante) kepada Bodhisattva Mahasattva yang
mempertahankan Samadhi ini. Para Naga juga menyanyikan
pujiannya. Para Yaksa juga menyanyikan pujiannya. Para Gandharva
juga menyanyikan pujiannya. Para Asura juga menyanyikan
pujiannya. Para Garuda juga menyanyikan pujiannya. Para Kinnara
juga menyanyikan pujiannya. Para Mahoraga juga menyanyikan
pujiannya. Para Sakra juga menyanyikan pujiannya. Para Brahma
juga menyanyikan pujiannya. Para juga Caturmaharajika juga
menyanyikan pujiannya. Para Manusia juga menyanyikan pujiannya.
Para makhluk bukan manusia juga menyanyikan pujiannya. Para
Bodhisattva dan Bhagav&#257;n Buddha juga menyanyikan pujian
kepada Bodhisattva Mahasattva yang mempertahankan Samadhi ini."
"Selanjutnya, Bhadrapala, para Deva juga ingin melihat
Bodhisattva Mahasattva yang melindungi Samadhi ini. Para Naga
juga ingin melihat Dia. Para Yaksa juga ingin melihat Dia. Para
Gandharva juga ingin melihat Dia. Para Asura juga ingin melihat
Dia. Para Garuda juga ingin melihat Dia. Para kinnara juga ingin
melihat Dia. Para Mahoraga juga ingin melihat Dia. Para manusia
juga ingin melihat Dia. Para makhluk bukan manusia juga ingin
melihat Dia. Para Bodhisattva dan Bhagav&#257;n Buddha, juga,
bahkan dalam mimpi, menunjukkan wajah Mereka kepada Bodhisattva
yang melindungi Samadhi ini, dan Mereka menyatakan nama Mereka."
"Selanjutnya, Bhadrapala, para Bodhisattva juga ingin menatap
Bodhisattva yang melindungi Samadhi ini. Para Bhagav&#257;n
Buddha juga ingin menatap Dia. "
"Selanjutnya, Bhadrapala, para Deva juga pergi untuk menemui
Bodhisattva yang mempertahankan Samadhi ini. Para Naga juga
pergi menemuinya. Para Yaksa, Asura, Garuda, kinnara, Mahoraga,
dan manusia juga pergi menemuinya. Sakra devendra, Brahma
Sahampati, dan Devaputra Susima juga pergi menemuinya. "
"Selanjutnya, Bhadrapala, kepada Bodhisattva yang melindungi
Samadhi ini, Sutra-Sutra yang belum pernah diajarkan dan yang
belum pernah terdengar olehnya akan diucapkan dan pengucapannya
terdengar bahkan di dalam mimpi."
"Jika, Bhadrapala, Saya bisa menyanyikan pujian dan mengumumkan
kualitas selama satu kalpa atau lebih dari satu kalpa dari
Bodhisattva yang mempertahankan Samadhi ini, yang mempelajari,
menguasai, menyimpan, membaca, menyalin, atau menjelaskan
Samadhi ini, maka berapa banyak lagi bagi Mereka yang
mencapainya?"
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
Untuk menggambarkan kualitas
Dari Bodhisattva yang menjelaskan
Samadhi ini yang diucapkan oleh sang Sugata
Akan menjadi sama seperti mengambil sebutir dari seluruh pasir
di sungai Gangga.
Dia yang menjelaskan Samadhi ini,
Api dan senjata tidak bisa membahayakan dia,
Perampok tidak bisa melukai dia,
Para raja menunjukkan kepadanya tiada ketidakbaikan.
Jika ular-ular berbisa, yang marah dan mengerikan,
Mengepung dia dengan maksud jahat,
Mereka menjadi tidak berbisa melalui kekuasaan
Dari dia yang memulai pada Samadhi ini.
Para manusia, naga, yaksa, dan raksasa,
Para musuh yang marah dan mengerikan,
Tidak pernah bisa menahan kekuatan
Dari dia yang memulai pada Samadhi ini.
Apapun binatang buas yang ganas dari hutan,
Serigala, anjing hutan, dan juga singa dan harimau,
Mereka juga menjadi sahabat dan pelayan
Dari dia yang tinggal berdiam di hutan.
Jika para yaksha dan pisaca, pencuri kekuatan vital yang
mengerikan,
Mengepung dia dengan maksud jahat,
Mereka menjadi tertunduk dikarenakan oleh kekuasaan
Dari dia yang memulai pada Samadhi ini.
Dia yang menjelaskan Samadhi ini
Terbebas dari penyakit telinga atau penyakit dari tubuh;
Organ penglihatannya tidak pernah terganggu;
Kata-katanya jernih, dan dia berbicara dengan kefasihan yang
menjiwai.
Pada dia yang memulai pada Samadhi ini
Tidak pernah ada neraka atau takdir jahat;
Penyakit tidak menimpa tubuhnya;
Baginya tidak pernah ada ketakutan pada kejatuhan.
Jika, setelah membacanya, dia mengajarkan kepada orang lain,
Para Deva, Naga, Kumbhanda,
Asura, dan Mahoraga melindunginya;
Bahkan mereka yang berniat jahat menjadi ramah kepadanya.
Jika, setelah membacanya, dia mengajarkan kepada orang lain,
Para Deva, manusia, Naga, dan Asura,
Yaksa dan kinnara menyanyikan pujiannya dengan sungguh-sungguh;
Para Buddha juga memujinya seolah-olah dia adalah anak tunggal.
Jika, setelah membacanya, dia mengajarkan kepada orang lain,
Keraguan pada Dharma tidak terjadi kepadanya;
Keraguan pada Kebangkitan tidak terjadi kepadanya;
Dan tidak ada yang muncul sebanding dengan keindahannya.
Pada dia yang membaca Samadhi ini
Bahaya dan kelaparan tidak akan datang,
Bahkan ketika para raja sedang kacau dan juga para makhluk dalam
kekacauan,
Dan kelaparan dan kehancuran telah terjadi.
Dia yang membaca Samadhi ini,
Bahkan ketika Mara berdiri di atas para makhluk,
Dia tidak takut, juga tidak rambut di tubuhnya berdiri tegak;
kualitasnya adalah yang tidak terbayangkan.
Sebanyak siksaan, bencana, dan penderitaan,
Seperti yang telah dijelaskan oleh Saya,
Itu tidak bisa melukai dia,
Mengesampingkan pematangan tindakan masa lalunya.
Mereka yang mewariskan Sutra yang besar ini
Pada saat jaman terakhir dari kehancuran,
Akan ditempatkan kedepan sebagai anak-anak Saya,
Mereka dipuji, disanjung, dan dinyanyikan pujian.
Dengan kewaspadaan mengerahkan semangat.
Mempraktekkan Dharma dengan sesuai.
Mereka yang melestarikan, membaca, dan mengajarkannya,
Demi Anda adalah hal ini dijelaskan secara terperinci.
#Post#: 19--------------------------------------------------
Re: Maha Vaipulya Mahasamnipata Bhadrapala Bodhisattva Parivarta
Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:26 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/BUDDHA5577CM30000.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/BUDDHA5577CM30000.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/DUDK6lexuuI" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Bodhisattva-of-Compassion_ar…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Bodhisattva-of-Compassion_art.…
BAB 10
Buddha Ksemaraja[/center]
Kemudian sang Bhagav&#257;n berkata kepada Bhadrapala
Bodhisattva Mahasattva : "Saya ingat (abhijanati), Bhadrapala,
bahwa di masa lalu, di jaman dan waktu yang tidak terhitung,
yang luas, yang tidak terukur, yang tidak terbayangkan, dan
kalpa yang tidak terbatas yang telah berlalu, ada muncul di
dunia seorang Tathagata Arhan Samyaksambuddha yang bernama
'Ksema Raja (Raja Perlindungan)', Yang Sempurna Pikiran Dan
Perbuatan (vidyacaranasampannah), Yang Terbahagia (sugato), Yang
Mengetahui Dunia (lokavid), Penjinak Nafsu Makhluk Yang Tiada
Tandingan (anuttarah purusadamyasarathih), Guru Dewa and Manusia
(sasta devanam ca manusyanam), Yang Tercerahkan (buddho), Sang
Penguasa Tertinggi (bhagavan)."
"Pada saat itu, Bhadrapala, ada anak seorang pedagang
(sresthi-putra) yang bernama 'Sudatta (yang terlindungi dengan
baik)', yang didampingi (parivrta) dan diikuti (puraskrta) oleh
dua puluh ribu orang, pergi ke tempat di mana sang Tathagata
Arhan Samyaksambuddha Ksemaraja sedang berada; dan setelah tiba,
bersujud di kaki dari sang Bhagav&#257;n Tathagata Arhan
Samyaksambuddha Ksemaraja dan berputar mengelilingi-Nya tiga
kali, lalu dia duduk di satu sisi. Dan setelah duduk di satu
sisi, Sudatta sang anak pedagang itu bertanya kepada sang
Tathagata Arhan Samyaksambuddha Ksemaraja tentang Samadhi ini."
"Kemudian, Bhadrapala, sang Tathagata Arhan Samyaksambuddha
Ksemaraja juga, setelah mengetahui tekad tinggi (adhyasaya) dari
Sudatta sang anak pedagang itu, mengajarkan dan menjelaskan
Samadhi ini secara lengkap (vistarena)."
"Kemudian, Bhadrapala, setelah mendengar Samadhi ini, Sudatta
sang anak pedagang itu mempertahankannya. Setelah
mempertahankannya, dia mengembangkannya. Setelah
mengembangkannya, dia mencukur rambut dan jenggotnya, mengenakan
jubah kuning kemerahan (kasayavasana), berangkat dari kehidupan
rumah tangga ke kehidupan tanpa rumah, dan mengejar kehidupan
suci di bawah bimbingan dari sang Bhagav&#257;n Tathagata Arhan
Samyaksambuddha Ksemaraja. 80.000 tahun dia terus mengembangkan
Samadhi ini. Setelah mempertahankan semua yang dia dengar dari
sang Bhagav&#257;n Tathagata Arhan Samyaksambuddha Ksemaraja,
dan juga setelah mempertahankan semua yang dia dengar dari para
Tathagata Arhan Samyaksambuddha masa lalu, dia menjadi memiliki
pembelajaran yang besar, yang tidak terbayangkan
(acintya-bahusrutya)."
"Pada waktu yang lama kemudian (aparena kalena), dia
meninggalkan keberadaannya (jati-vyativrt-), tubuhnya binasa dan
dia meninggal dunia, dan dia dilahirkan kembali ke perkumpulan
(sabhagata) dewa dari surga Tiga puluh tiga (trayastrimsa-deva),
dalam kebahagiaan dari dunia surga (sugati-svargaloka). Dan
setelah dilahirkan kembali kedalam dunia itu, dia berjumpa
dengan sang Tathagata Arhan Samyaksambuddha yang bernama
'Vidyuddeva (Dewa Kecemerlangan)'. Dalam seluruh kalpa itu, dia
dilahirkan kedalam rumah yang besar dari keluarga bangsawan
(ksatriya-mahasalakula), dan setelah berangkat dari keluarga
bangsawan yang besar, dia pergi di bawah bimbingan dari sang
Tathagata Arhan Samyaksambuddha Vidyuddeva, dan selama 80.000
tahun dia mengembangkan Samadhi ini dan menjalani kehidupan
suci."
"Dia berjumpa dengan sang Tathagata Arhan Samyaksambuddha yang
bernama 'Rasmi Raja (Raja Sinar)'. Dalam seluruh kalpa itu, dia
dilahirkan dalam rumah yang besar dari keluarga brahmana
(brahmina-mahasalakula), dan setelah berangkat dari keluarga
brahmana yang besar, dia pergi di bawah bimbingan dari sang
Tathagata Arhan Samyaksambuddha Rasmiraja, dan selama 84.000
tahun, dia mengembangkan Samadhi ini dan menjalani kehidupan
suci. Dan delapan kalpa kemudian, Sudatta sang anak pedagang itu
mencapai Anuttar&#257; Samyaksambodhi Abhisambudha."
"Mungkin sekarang Anda, Bhadrapala, memiliki keraguan,
ketidakpastian, atau kecurigaan bahwa anak pedagang yang bernama
Sudatta, yang muncul pada masa itu, di jaman itu, adalah orang
yang lain, maka sekarang harus tidak melihatnya begitu (syat
khalu punas te Bhadrapalaivam kanksa va vimatir va vicikitsa
vanyah sa tena kalena tena samayena Sudatto nama sresthiputro
'bhut na khalu punas tvayaivam drastavyam). Mengapa demikian?
Karena sang Tathagata Arhan Samyaksambuddha Dipamkara adalah,
pada masa itu, sang anak pedagang yang bernama Sudatto itu (tat
kasya hetoh? ayam eva sa Dipamkaras tathagato 'rhan
samyaksambuddhas tena Kalena tena samayena Sudatto nama
sresthiputro' bhut)."
"Lihatlah, Bhadrapala, bagaimana Sudatta sang anak pedagang
berjuang untuk Dharma, menginginkan Dharma, dan bersemangat
untuk Dharma, dan untuk alasan itu dengan cepat menjadi mencapai
Anuttar&#257; Samyaksambodhi Abhisambudha! Lihatlah, Bhadrapala,
alangkah sangat bermanfaat Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini untuk para Bodhisattva
Mahasattva dalam menimbulkan pengetahuan Buddha dan menjadi sama
dengan lautan dalam pembelajaran Mereka!"
"Oleh karena itu, Bhadrapala, Anda harus mempelajari, menguasai,
menyalin, melestarikan, dan membaca Samadhi ini. Setelah
mempelajarinya dan menguasainya, Anda harus menjelaskan,
mengajar, dan mengumumkannya secara penuh kepada orang lain, dan
Anda harus mengerahkan diri dalam usaha untuk mengembangkannya.
Mengapa demikian, Bhadrapala? Itu adalah demikian: Jika Orang
mengolah, mengembangkan dan berlatih Samadhi ini lebih dan lebih
(bhuyo bhuyas) lagi, Orang memperoleh pengetahuan Buddha, Orang
memperoleh pengetahuan Tathagata, pengetahuan yang muncul dengan
sendirinya (Svayambhu-jnana), pengetahuan dari kemahatahuan,
pengetahuan yang tidak terbayangkan (acintya-jnana), pengetahuan
yang sama dengan yang tiada bandingannya (asamasama-jnana),
pengetahuan tertinggi, dan pengetahuan tanpa tandingan - Orang
tidak mendapatkan dharma apapun yang terpisah dari itu."
"Selanjutnya, Bhadrapala, ketika orang-orang yang berbicara
kebenaran (samyagvadamana) mengatakan: "Itu adalah mata dari
Bodhisattva. Itu adalah Ibu dari Bodhisattva. Itu menghasilkan
Buddha-dharma, itu adalah Samadhi ini, Bhadrapala, bahwa mereka
sedang berbicara kebenaran."
"Selanjutnya, Bhadrapala, ketika orang-orang yang berbicara
kebenaran mengatakan: "Itu adalah keturunan dari para Buddha
(buddha-vamsa). Itu adalah keturunan dari Dharma. Itu adalah
keturunan dari Sangha. Itu adalah tingkat dari Buddha
(buddha-bhumi). Itu adalah keturunan dari pembelajaran. Itu
adalah lautan pembelajaran. Itu adalah himpunan dari
pembelajaran. Itu adalah dasar dari pembelajaran. Itu adalah
himpunan dari kualitas. Itu adalah penghasil kesabaran (ksanti).
Itu adalah penghasil cinta kebaikan (maitri). Itu adalah
perolehan dari belas kasih (karuna). Itu adalah dharma yang
menghasilkan kebangkitan (bodhi), itu adalah Samadhi ini,
Bhadrapala, bahwa mereka sedang berbicara kebenaran."
"Selanjutnya, Bhadrapala, ketika orang-orang yang berbicara
kebenaran mengatakan: "Itu adalah dharma yang menghalau
kegelapan dari dunia dengan devanya, manusianya, dan asuranya.
Itu adalah Dharma yang memancarkan cahaya yang besar," itu
adalah Samadhi ini, Bhadrapala, bahwa mereka sedang berbicara
kebenaran."
"Selanjutnya, Bhadrapala, ketika orang-orang yang berbicara
kebenaran mengatakan: "Itu adalah dharma yang menghasilkan
sepuluh kekuatan dari Tathagata, empat kepastian
(vai&#347;&#257;radya) dari Tathagata, empat pengetahuan khusus
(pratisamvid&#257;) dan delapan belas kualitas khusus pada
Buddha (astadasa-avenika-buddha-dharma)," itu adalah Samadhi
ini, Bhadrapala, bahwa mereka sedang berbicara kebenaran."
"Lihatlah, Bhadrapala, betapa besar Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini, yang memungkinkan para
Bodhisattva Mahasattva, sambil duduk di sini, untuk melihat para
Buddha dari sistem dunia lain, untuk mendengar Dharma, dan untuk
melihat Sangha juga!"
"Oleh karena itu, Bhadrapala, Bodhisattva Mahasattva yang ingin
menyempurnakan Permata Samadhi (samadhi-ratna) ini harus
memperkuat praktek dari empat kediaman penuh kesadaran
(smrtyupasthana). Bagaimana seharusnya, Bhadrapala, seorang
Bodhisattva Mahasattva memperkuat praktek dari empat kediaman
penuh kesadaran? Dalam hal ini, Bhadrapala, Bodhisattva
Mahasattva harus mengamati tubuh di dalam tubuhnya sendiri,
tetapi harus tidak berpikir bahwa pikiran terhubung dengan tubuh
(dhyatmakaye kayanudarsi viharati, na ca kayasahagatan vitarkan
vitarkayati). Dia harus mengamati perasaan di dalam perasaan,
tetapi harus tidak berpikir bahwa pikiran terhubung dengan
perasaan (vedanasu vedananudarsi viharati, na ca vedanasahagatan
vitarkan vitarkayati). Dia harus mengamati pikiran (citta) di
dalam pikiran, tetapi harus tidak berpikir bahwa pikiran
terhubung dengan pikiran. Dia harus mengamati dharma di dalam
dharma, tetapi harus tidak berpikir bahwa pikiran terhubung
dengan dharma."
"Siapakah, Bhadrapala, yang bisa memiliki keyakinan di dalam
Samadhi ini, selain dari para Tathagata Arhan Samyaksambuddha,
para Bodhisattva Mahasattva yang avaivartika, dan para Sravaka
yang adalah saksi langsung (kaya-saksin)? Mengapa begitu,
Bhadrapala? Semua orang awam yang bodoh (bala-prthag-jana)
berada dalam kekeliruan sehubungan dengan Pratyutpanna Buddha
Sammukh&#257;vasthita Sam&#257;dhi ini. Mengapa demikian,
Bhadrapala? Meskipun orang akan merenungkan dengan penuh
perhatian pada seluruh dharma itu, dan akan melihat seluruh
dharma itu, dan akan merenungkan dengan penuh perhatian pada
Bhagav&#257;n Buddha dan akan melihat sang Tathagata, dan akan
mendengar Dharma, orang harus tidak terpaku melekatinya."
"Mengapa demikian, Bhadrapala? Semua 'dharma (gejala kejadian)'
ini adalah yang kosong oleh sifat alaminya (svabhavena sunya),
yang murni (parisuddha) oleh sifat alaminya, dan yang
hening-tenang dari awalnya (adyupasanta). Semua dharma ini,
Bhadrapala, yang diperoleh (upalabdhi), adalah yang tanpa
tanggapan penglihatan (anupalambha). Semua dharma ini terpisah
(vivikta) melalui tindakan perenungan pikiran (manasikara).
Semua dharma ini adalah yang tidak dapat dipahami (agrahya)
karena oleh sifat alaminya mereka tidak dapat dipahami. Semua
dharma ini adalah yang tidak melekat (alipta) karena mereka sama
dengan ruang angkasa. Semua dharma ini murni sempurna
(suvisuddha) karena mereka tanpa tanggapan penglihatan diri
(atman) dan makhluk (sattva). Semua dharma ini adalah yang tanpa
kekotoran batin (nihklesa) karena mereka telah muncul oleh
perintah dari penyebab (hetu-vasat). Semua dharma ini adalah
yang tidak terhitung (asamkhyeya) karena baik kehidupan (jivita)
maupun juga perwujudan tubuh (pudgala) itu tidak bisa dipahami.
Semua dharma ini sama dengan Nirvana karena melalui sifat alami
mereka sendiri yang bercahaya. Semua dharma ini ada seperti
kilatan petir (asanni-bhuta) Karena tidak ada keberadaan (bhava)
yang dipahami."
"Jika, Bhadrapala, ada kulaputra atau kuladuhitr&#257; yang
ingin mengembangkan Samadhi ini, dia harus memasuki pintu masuk
dari ketiadaan tanda (animitta-mukha) dengan cara masuk melalui
berbagai macam tanda, sehingga dalam cara ini bahwa dia melihat
para Bhagav&#257;n Buddha dan mengembangkan faktor kebangkitan
sempurna dari kesadaran penuh (smrti-sambodhyanga) terhubung
dengan perenungan Buddha ke pikiran (buddhanusmrti), bahwa dia
mendengar Dharma dan mengembangkan faktor kebangkitan sempurna
dari menyelidiki Dharma (dharma-pravicaya-sambodhyanga)
sehubungan dengan Dharma, tanpa penangkapan diri atau menjadi
sombong dengan Dharma."
"Mengapa begitu, Bhadrapala? Karena, dia yang memiliki tanggapan
penglihatan keberadaan (bhava-samjna) tidak akan melihat Buddha.
dia yang memiliki tanggapan penglihatan dharma (dharma-samjna)
tidak akan melihat dharma. dia yang mengharapkan pematangan
(vipaka-pratikanksin) tidak akan menjadi sempurna dalam
pembebasan (tyaga). dia yang senang di dalam pengembangan
meditasi (dhavana) demi mengharapkan imbalan tidak akan menjadi
murni di dalam sila. dia yang kikir dengan Dharma tidak akan
menjadi yang sangat terpelajar (bahusruta). dia yang melekat
pada 'perwujudan diri (pudgala)' tidak akan mencapai
Parinirvana. dia yang senang pada pembicaraan yang tidak berguna
(pralapa) tidak akan melihat kebijaksanaan sejati (viveka). dia
yang bersenang-senang dalam tinggal berdiam tidak akan
mendapatkan buah. dia yang memiliki kemelekatan (anusaya) tidak
akan melihat kesalahan. dia yang senang pada niat jahat
(vyapada) tidak akan mencapai penerimaan kesabaran dan
kelembutan (ksanti-sauratya). dia yang mempunyai kebencian dan
permusuhan tidak akan berhasil mengumumkannya (anusamsa).
Kulaputra atau kuladuhitr&#257; yang mengikuti Sravakayana tidak
akan mencapai Pratyutpanna Buddha Sammukh&#257;vasthita Samadhi
ini yang dimana orang memperoleh kesabaran. Dalam Bodhisattva
kedengkian (matsarya) tidak muncul. Dia yang menangkap landasan
(upalambhika) tidak akan mengembangkan kekosongan. Dia yang
malas tidak akan mendapatkan pencapaian yang sesungguhnya
(abhisamaya). Mereka yang melekat pada nafsu keinginan tidak
akan mencapai ketenangan yang sunyi (samatha). Mereka yang
melekat tidak akan menyempurnakan pengembangan meditasi."
"Oleh karena itu, Bhadrapala, supaya Samadhi itu tidak akan
menghilang, Saya mempercayakannya kepada dunia dengan para
Devanya."
"Seperti saat sang Bhagav&#257;n menjelaskan pintu gerbang
Dharma (dharmaparyaya) ini, delapan belas nayuta Devaputra dari
alam nafsu keinginan (kamavacara) dan alam bentuk rupa
(rupavacara) membangkitkan pikiran kebangkitan yang sempurna,
murni dan tiada tandingan (anuttara-samyak-sambodhi-citta). Dan
delapan ribu makhluk, terdiri dari Deva, Manusia, dan Asura,
juga membangkitkan pikiran kebangkitan yang sempurna, murni dan
tiada tandingan."
"Jika Mereka yang telah membangkitkan pikiran kebangkitan yang
sempurna, murni dan tiada tandingan, setelah pikiran menjadi
terbebaskan (vimukta-citta) di bawah bimbingan dari para
Tathagata yang banyaknya seperti butiran pasir di sungai Gangga,
akan semuanya mencapai Anuttara Samyaksambodhi Abhisambhuddha
dengan nama Suvimukta dan dengan satu jangka kehidupan yang
sama, maka, Bhadrapala, apalagi bagi Mereka yang menggembirakan
Saya saat masih mengejar 'kegiatan Bodhisattva
(bodhisattvacarya)' di masa lalu? Apalagi bagi Mereka yang
berteman dengan Saya saat masih mengejar Bodhisattvacarya di
masa lalu? Mereka akan secara cepat mencapai Anuttara
Samyaksambodhi Abhisambhuddha."
"Pada saat ini, Bhadrapala, selama pengajaran Dharma ini, para
makhluk yang tidak terhitung jumlahnya juga membangkitkan
pengetahuan dan penglihatan (jnana-darsana); dan delapan ratus
Bhiksu membuat pikiran mereka terbebas dari arus keluar, yang
tanpa kemelekatan lebih lanjut (anupadaya asravebhyas cittani
vimuktani)."
Kemudian pada saat itu, sang Bhagav&#257;n mengucapkan
syair-gatha berikut ini:
"Mereka yang telah mempertahankan Samadhi ini,
Kebijaksanaannya menjadi sepenuhnya tidak terukur;
Sila mereka tidak terukur, bersih, dan tanpa noda (vimala).
Sila menjadi murni, pikiran juga murni.
Mereka yang telah mempertahankan Samadhi ini,
Kebijaksanaannya tidak pernah berkurang;
Setelah mendengar Samadhi itu, mereka tidak pernah kekurangan;
Mereka menampilkan semua kualitas seperti bulan.
Mereka yang telah mempertahankan Samadhi ini
Akan memuji para Buddha yang tidak terbayangkan;
Mereka juga akan melihat Dharma yang tidak terbayangkan;
Para Deva yang tidak terbayangkan akan melindungi mereka.
Para Buddha masa lalu yang tidak terbayangkan telah muncul,
Menjelaskan Dharma yang tidak terbayangkan;
Dia yang telah mempertahankan Samadhi ini
Telah melihat Mereka, menyembah Mereka semua.
Dia yang telah mempertahankan Samadhi ini,
Telah memuja para Jina itu.
Yang, sebagai Penyelamat dari segala penderitaan,
Telah muncul, tinggal berdiam demi dunia.
Bodhisattva yang ingin melihat,
Banyak Buddha yang tidak terbayangkan dari masa depan,
Demi untuk menyembah Mereka dengan pikiran penuh keyakinan,
Biarlah Dia mempertahankan Samadhi yang paling unggul ini.
Mereka yang telah mempertahankan Samadhi ini,
Orang-orang itu memiliki pendapatan yang tidak terbayangkan;
Mereka disambut (svagata) di dunia manusia;
Mereka telah melaksanakan keberangkatan dengan baik, telah
memakan makanan persembahan (pindapata) dengan baik.
Mereka yang menerima Samadhi yang paling unggul ini,
Di dalam jaman terakhir,
Akan memperoleh dengan sangat baik penguasaan yang unggul,
Juga akan menerima dharma yang tidak terbayangkan.
________________________________________________________________
________________________________________________________________
___________
Vai&#347;&#257;radya : Adalah Keberanian pada empat kepastian
dari Tathagata, kebangkitan (bodhi) adalah yang tidak dapat
diubah, semua kekotoran batin (&#257;&#347;rava) telah
dilenyapkan, semua rintangan telah diatasi, cara untuk mengatasi
siklus kelahiran (sams&#257;ra) telah diumumkan.
Pratisamvid&#257;
(Mah&#257;y&#257;na-S&#363;tr&#257;lank&#257;ra) : Adalah
pengetahuan menyelidiki tentang arti (artha), pengetahuan
menyelidiki tentang ajaran (dharma), pengetahuan menyelidiki
tentang asal mula kata (nirukti), pengetahuan menyelidiki
tentang kecerdasan yang memahami secara jelas hal-hal dari tiga
penyelidikan tadi (pratibh&#257;na).
Ast&#257;da&#347;a-&#257;venika-dharma : Adalah delapan belas
kualitas yang hanya dimiliki oleh Buddha, (1-3) tindakan dari
tubuh, ucapan, dan pikiran yang tanpa noda. (4) sikap kesamaan
terhadap semua. (5) berdiam di dalam ketenangan meditasi yang
tetap. (6) kesetaraan terhadap tanggapan senang atau sakit. (7)
Keinginan yang tidak pernah berhenti untuk menyelamatkan makhluk
hidup. ( 8 ) Semangat yang tidak pernah habis untuk
menyelamatkan makhluk hidup. (9) Ingatan yang tidak pernah padam
pada Buddha-dharma. (10) Kebijaksanaan sempurna dalam segala
sesuatu. (11) Pembebasan sepenuhnya dari penderitaan dan
kebiasaan. (12) Pengetahuan dan penglihatan yang sempurna
tentang pembebasan. (13-15) Seluruh perbuatan tubuh, perbuatan
ucapan, perbuatan pikiran yang sempurna di pimpin oleh
kebijaksanaan. (16-18) Pengetahuan yang sempurna tentang masa
lalu, masa sekarang, dan masa depan.
*****************************************************
Next Page
You are viewing proxied material from gopher.createaforum.com. The copyright of proxied material belongs to its original authors. Any comments or complaints in relation to proxied material should be directed to the original authors of the content concerned. Please see the disclaimer for more details.