Introduction
Introduction Statistics Contact Development Disclaimer Help
Return Create A Forum - Home
---------------------------------------------------------
Mahayana Bodhicitta Vajra
https://bodhicitta.createaforum.com
---------------------------------------------------------
*****************************************************
Return to: Arya Mahayana
*****************************************************
#Post#: 2--------------------------------------------------
Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 9:04 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/hum_large.png
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/hum_large.png.html
HUM
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/260px-Gozanze_Myo_o.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/260px-Gozanze_Myo_o.jpg.html
Namah Trailokya Vijaya Dharma Raja
(Terpujilah Sang Pemenang Tiga Dunia Sang Raja Dharma)
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Arya%20Avalokitesvara.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Arya%20Avalokitesvara.jpg.html
Arya Avalokitesvara Maha Bodhisattva
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/xHYh76SoLSc" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Padma%20Pundarika.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Padma%20Pundarika.jpg.html
Padma Kula
&#256;rya Gambh&#299;ra Samdhinirmocana Nama Mahayana S&#363;tra
T&#299;k&#257;
(Yang Suci Sutra Kendaraan Besar Yang Bernama Membuka Rahasia
Kemutlakan Yang Mendalam)
Namah Sarva Buddha Bodhisattvebhyah
(Terpujilah Semua Buddha dan Bodhisattva)
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/vajrapani.png
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/vajrapani.png.html
Bab I
Gambhirarthasamdhinirmocana Parivartah[/center]
Demikianlah telah kudengar, pada suatu ketika, sang Bhagavan
sedang tinggal berdiam di tempat tinggal yang dihiasi dengan
tujuh permata mulia yang bersinar cemerlang dan memancarkan
cahaya yang besar menerangi semua alam dunia yang tidak
terhitung. Wilayahnya yang tak terbatas terhiasi dengan
cemerlang dan teratur dengan baik. Mandala yang tidak
terintangi, itu tidak memiliki batas. Jumlahnya melampaui
perhitungan, dan itu melampaui apa pun yang ditemukan di Tiga
Dunia. Setelah muncul dari akar yang baik, tempat tinggal itu
melampaui dunia ini. Itu ditandai dengan pembangunan kesadaran
yang murni dari penguasaan yang sempurna. Itu adalah wilayah
dari para Tathagata. Seperti awan, para Bodhisattva Mahasattva
berkumpul bersama-sama di sana. Jumlah yang tidak terhitung dari
para deva, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinnara,
mahoraga, manusia, mahluk bukan manusia, dan para makhluk yang
serupa hadir. Rasa yang besar dari Dharma menyokong kesenangan
dan kebahagiaan mereka dan menimbulkan semua manfaat untuk semua
makhluk hidup. Itu telah menghancurkan yang merusak, kehendak
yang kotor dari nafsu, dan itu jauh dari semua kekuatan jahat
yang bertentangan. Melebihi semua penghiasan adalah tempat
tinggal yang terhiasi dari sang Tathagata. Jalannya adalah
pengolahan budidaya dari ingatan besar dan kebijaksanaan.
Kendaraannya adalah ketenangan yang besar dan penglihatan. Pintu
masuknya adalah pembebasan yang besar dari kekosongan, tiada
tanda, dan tiada nafsu. Itu dihiasi dengan yang tak terbatas
banyaknya kualitas-kualitas yang baik. Itu didirikan dengan
jumlah banyak dari Maha-padma-raja (Raja bunga teratai besar).
Dalam istana besar itu, sang Bhagavan sepenuhnya memurnikan
pemahaman, tidak muncul sebagai yang ganda. Dia masuk ke dalam
'Dharma (Ajaran Hukum)' yang tiada tanda. Dia tinggal berdiam di
dalam tempat tinggal Buddha, mencapai kesetaraan semua Buddha,
dan mencapai keadaan tanpa rintangan. Ajaran Dharma Yang Tidak
Bisa Diubah yang Dia kemukakan adalah yang tanpa hambatan. Itu
yang Dia dirikan adalah yang tidak terbayangkan. Melewati tiga
kali lipat dalam kenyataan dari kesetaraan, tubuh-Nya muncul ke
semua alam dunia. Kebijaksanaan-Nya tiada ketidakpastian dalam
hal apa pun. Dia telah menyempurnakan Penerangan Sempurna-Nya
yang besar di semua praktek. Kebijaksanaan-Nya tiada keraguan
dalam hal apapun. Semua Tubuh yang Dia wujudkan tidak bisa
dibedakan. Kebijaksanaan-Nya, yang juga dicari oleh semua
Bodhisattva, telah mencapai tepi pantai kemenangan dari tempat
tinggal Buddha yang tiada duanya. Kebijaksanaan yang menyatu
dari pembebasan Tathagata adalah tentu yang terakhir. Dia telah
mencapai kesetaraan Buddha-ksetra. Dia mencapai 'Dharmadhatu
(alam kenyataan)'. Dia menyelesaikan ruang angkasa dan tidak
akan pernah berakhir.
Dia didampingi oleh yang tidak terhitung banyaknya dari para
Maha Sravaka, semuanya adalah anak-anak Buddha yang patuh.
Pemikiran Mereka juga dibebaskan dengan baik. Pemahaman Mereka
dibebaskan dengan baik. Disiplin Mereka dimurnikan dengan baik,
dan Mereka telah menetapkan tujuan Mereka pada sukacita di dalam
Dharma. Mereka telah mendengar banyak, dan mempertahankan dan
mengumpulkan apa yang telah Mereka dengar. Mereka memikirkan
pikiran yang baik, mengucapkan kata-kata yang baik, dan
melakukan perbuatan yang baik. Kebijaksanaan Mereka adalah
tangkas, cepat, tajam, penolakan duniawi, menembus, besar, luas,
tiada bandingnya. Setelah menyempurnakan kebijaksanaan permata
itu, Mereka diberkahi dengan tiga pengetahuan dari mengingat
kehidupan lampau, mata dewa, dan pelenyapan kotoran. Mereka
telah mencapai kebahagiaan dari keadaan tertinggi di dunia saat
ini. Mereka tinggal berdiam di dalam lapangan kebajikan yang
murni. Tingkah laku Mereka adalah tenang dan tiada yang tidak
sempurna. Kesempurnaan dari kesabaran dan kelembutan Mereka
adalah tanpa penurunan. Sudah baik, Mereka menghormati dan
mempraktekkan Ajaran suci dari sang Tathagata.
Hadir juga yang tidak terhitung jumlahnya dari para Bodhisattva
Mahasattva, berkumpul dari berbagai Buddha-ksetra. Mereka semua
sepenuhnya terlibat dan tinggal berdiam di dalam Mahayana dan
meninggalkan 'perputaran keberadaan (Sams&#257;ra)' melalui
ajaran Mahayana. Pikiran Mereka mempertahankan kesetaraan
terhadap semua makhluk. Mereka terbebas dari perbedaan waktu
dari akhir waktu. Mereka telah mengalahkan semua kekuatan jahat
yang bertentangan. Mereka jauh dari pemikiran semua Sravaka dan
Pratyekabuddha. Mereka ditopang oleh sukacita dan kebahagiaan
dari yang besar, rasa Dharma yang luas. Mereka telah bangkit
melampaui lima jenis ketakutan dan telah pasti masuk kedalam
keadaan yang tanpa kemunduran. Tampil di depan mereka, Mereka
meredakan wilayah-wilayah yang tertindas yang menyiksa para
makhluk hidup. Yang utama bernama 'Gambhirarthasamdhinirmocana
(Membuka Rahasia Kemutlakan Yang Mendalam)' Bodhisattva
Mahasattva,
'Vidhivatpariprcchaka (Bertanya Yang Mendalam)' Bodhisattva
Mahasattva,
'Dharmodgata (Keturunan Ajaran Hukum)' Bodhisattva Mahasattva,
'Suvisuddhimati (Kecerdasan Yang Termurnikan)' Bodhisattva
Mahasattva,
'Visalamati (Kecerdasan Yang Luas)' Bodhisattva Mahasattva,
'Gunakara (Akar Kebajikan)' Bodhisattva Mahasattva,
'Paramarthasamudgata (Lahir Dari Kebenaran Tertinggi)'
Bodhisattva Mahasattva,
Aryavalokitesvara Bodhisattva Mahasattva,
Maitreya Bodhisattva Mahasattva, dan Manjusri Bodhisattva
Mahasattva.
Pada saat itu, Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva
bertanya kepada Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva
Mahasattva, di hadapan sang Buddha, dengan berkata : "Putra
Jina, dikatakan bahwa semua 'hal (dharma)' adalah tiada duanya.
Apakah arti dari semua hal? Dan mengapa mereka tiada duanya?"
Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva menjawab
Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva dengan berkata:
"Putra yang baik, sehubungan dengan 'semua hal (sarvadharma)',
semua hal adalah dari dua macam, yang berkondisi dan yang tidak
berkondisi. Disini, 'hal yang berkondisi' adalah yang tidak
berkondisi maupun yang tidak tanpa kondisi, dan 'hal yang tidak
berkondisi' adalah yang tidak tanpa kondisi maupun yang tidak
berkondisi."
Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva kembali bertanya
kepada Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva dengan
berkata: "Putra Jina, apa artinya dengan mengatakan bahwa 'hal
yang berkondisi' adalah yang tidak berkondisi maupun yang tidak
tanpa kondisi, atau 'hal yang tidak berkondisi' adalah yang
tidak tanpa kondisi maupun yang tidak berkondisi? "
Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva menyapa
Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva dengan berkata:
"Putra yang baik, istilah 'yang berkondisi' adalah kata
sementara yang diciptakan oleh Guru pertama. Sekarang, jika itu
adalah kata sementara yang diciptakan oleh Guru pertama, maka
itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi. Dan
jika itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi,
maka, dalam analisis akhir, gambaran yang dibayangkan seperti
demikian itu tidak mengesahkan hal yang nyata. Oleh karena itu,
'yang berkondisi' tidak ada. Putra yang baik, istilah 'yang
tidak berkondisi' adalah juga diciptakan dari bahasa [dan juga
tidak mengesahkan hal yang nyata].
"Selanjutnya, selain 'yang berkondisi' dan 'yang tidak
berkondisi', ungkapan apapun lainnya yang ada dalam bahasa
adalah sama. Tapi, itu mungkin ditolak, "apakah itu tidak benar
bahwa tidak ada ungkapan tanpa beberapa kenyataan [yang
sesuai]?" "Apa, kemudian, kenyataan yang ada di sini?" Saya akan
menjawab bahwa itu adalah kenyataan yang terpisah dari bahasa
dan yang diwujudkan di dalam 'kebangkitan yang sempurna
(samyak-sambodhi)' dari Arya melalui kebijaksanaan suci Mereka
dan wawasan Mereka yang terpisah dari semua nama dan kata-kata.
Itu adalah karena Mereka ingin membimbing orang lain untuk
mewujudkan kebangkitan yang sempurna bahwa Mereka sementara
membangun [ungkapan yang seperti demikian] seperti 'yang
berkondisi' sebagai gambaran lisan.
"Putra yang baik, istilah 'yang tidak berkondisi' juga merupakan
kata sementara yang diciptakan oleh Guru pertama. Sekarang, jika
Guru pertama itu sementara menciptakan kata ini, maka itu adalah
ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi. Dan jika itu
adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi, maka, dalam
analisis akhir, gambaran yang dibayangkan seperti demikian itu
tidak mengesahkan hal yang nyata. Oleh karena itu, 'yang tidak
berkondisi' tidak ada. Putra yang baik, istilah 'yang
berkondisi' juga diciptakan dari bahasa [dan juga tidak
mengesahkan hal yang nyata].
"Selain 'yang tidak berkondisi' dan 'yang berkondisi', ungkapan
apapun lainnya yang ada dalam bahasa adalah sama. Tapi [beberapa
mungkin menolak], "apakah itu tidak benar bahwa tidak ada
ungkapan tanpa beberapa kenyataan [yang sesuai]?" "Lalu apa
kenyataan itu yang ada di sini?" Saya akan menjawab bahwa itu
adalah kenyataan yang terpisah dari bahasa dan yang diwujudkan
di dalam kebangkitan yang sempurna dari Arya melalui
kebijaksanaan suci Mereka dan wawasan Mereka yang terpisah dari
semua nama dan kata-kata. Itu adalah karena Mereka ingin
membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang sempurna
bahwa Mereka sementara membangun [ungkapan yang seperti
demikian] seperti 'yang tidak berkondisi' sebagai gambaran
lisan.
Kemudian Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva kembali
bertanya kepada Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva
Mahasattva dengan berkata: "Putra Jina, mengapa bahwa para Arya,
yang dibebaskan dari bahasa melalui kebijaksanaan suci dan
wawasan, mewujudkan kebangkitan yang sempurna dalam sifat alami
dari kenyataan yang tidak terbayangkan itu, dan menginginkan
untuk membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang
sempurna, secara sementara membangun gambaran lisan, seperti
'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi'?"
Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva menyapa
Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva dengan berkata:
"Putra yang baik, orang bisa menyamakan pada para pesulap yang
terampil atau murid-muridnya, yang mempersiapkan diri di
persimpangan jalan, membuat benda-benda seperti 'ubin yang
rusak', 'rumput', 'daun', 'potongan kayu', 'ranting', 'kerikil',
dan 'batu' tampil menjadi hal-hal magis, [seperti] kawanan
gajah, kuda, kereta, tentara, permata, mutiara, lapis-lazuli,
kulit keong, kristal, karang, harta, biji-bijian, gudang,
lumbung padi. Beberapa orang, yang bodoh dan yang berakal
lambat, yang berpemahaman salah dan tanpa kecerdasan, melihat
dan mendengar hal-hal magis itu dan berpikir bahwa itu
benar-benar adalah kawanan gajah, kuda, kereta, tentara,
permata, mutiara, lapis-lazuli, kulit keong, kristal, karang,
harta, biji-bijian, gudang, lumbung padi. Mereka dengan gigih
melekat pada ungkapan lisan yang ditimbulkan dari apa yang
mereka sendiri telah lihat dan dengar, [berpikir] hanya itu yang
benar dan nyata dan segala sesuatu yang lain adalah palsu. Itu
hanya kemudian bahwa mereka terpaksa untuk mengubah pendapat
mereka. Orang lain, yang tidak bodoh maupun yang tidak berakal
lambat, yang berpemahaman yang baik dan memiliki kecerdasan,
melihat dan mendengar hal-hal magis itu dan memahami bahwa apa
yang mereka lihat adalah tidak benar-benar kawanan gajah, kuda,
kereta, tentara, permata, mutiara, lapis-lazuli, kulit keong,
kristal, karang, harta, biji-bijian, gudang, lumbung padi, tapi
adalah tipuan magis yang membingungkan mata dan menyebabkan
untuk menimbulkan gagasan dari kawanan gajah, gagasan imajinasi
dari kawanan kuda, banyak gagasan imajinasi dari biji-bijian,
gudang, atau ilusi magis lainnya. Mereka tidak gigih melekat
pada ungkapan lisan yang ditimbulkan dari apa yang telah mereka
lihat dan dengar. Dengan mereka, itu bukanlah perkara "hanya itu
yang benar dan nyata dan segala sesuatu yang lain adalah palsu".
Namun, dalam rangka untuk mengungkapkan objek [yang dilihat dan
didengar], mereka juga mengikuti bahasa yang diterima. Setelah
itu mereka tidak perlu mempertimbangkan kembali.
"Dalam cara seperti ini, beberapa makhluk hidup, yang bodoh dan
duniawi, masih belum mencapai pemahaman yang melampaui dari para
Arya dan tidak mampu mengenali bahwa di dalam segala hal
kenyataan terpisah dari bahasa. Setelah mereka melihat dan
mendengar tentang semua 'yang berkondisi' dan 'yang tidak
berkondisi', mereka berpikir bahwa apa yang mereka telah
pelajari adalah yang paling pasti benar-benar ada hal-hal 'yang
berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi'. Mereka melekat pada
ungkapan lisan yang disebabkan oleh apa yang mereka telah lihat
dan dengar. Hanya itu yang benar dan segala sesuatu yang lain
adalah palsu. Tapi kemudian mereka harus mempertimbangkan
kembali.
"Makhluk hidup lainnya, yang tidak bodoh, yang telah mendapatkan
wawasan menuju kedalam kebenaran suci, yang telah mencapai
wawasan yang melampaui dari Arya, benar-benar memahami bahwa
dalam segala hal kenyataan terlepas dari bahasa. Setelah mereka
melihat dan mendengar tentang hal yang berkondisi dan yang tidak
berkondisi, mereka berpikir bahwa apa yang telah mereka pelajari
adalah yang paling pasti tidak benar-benar ada hal-hal yang
berkondisi dan yang tidak berkondisi. Sebaliknya itu adalah
gambaran yang ditimbulkan dari imajinasi dan magis,
membingungkan pemahaman pada yang mana yang menghasilkan gagasan
tentang 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi', gagasan
tentang apakah itu 'ada' atau 'tidak'. Mereka tidak gigih
melekat pada ungkapan lisan yang ditimbulkan dari apa yang telah
mereka lihat dan dengar atau berpikir bahwa hanya [ungkapan itu]
yang benar dan segala sesuatu yang lain adalah palsu. [Tapi,]
untuk mengungkapkan makna yang mereka tahu, mereka mengikuti
bahasa yang diterima. Setelah itu mereka tidak terpaksa untuk
mempertimbangkan kembali. Dengan demikian, putra yang baik, para
Arya, terbebaskan dari bahasa melalui kebijaksanaan suci dan
wawasan Mereka dalam hal ini, mencapai kebangkitan yang sempurna
bahwa kenyataan benar-benar terpisah dari bahasa. Itu adalah
karena Mereka ingin membimbing orang lain untuk mewujudkan
kebangkitan yang sempurna bahwa Mereka secara sementara
membangun nama dan gagasan dan menyebut hal 'berkondisi' atau
'tidak berkondisi'."
Pada saat itu Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva
mengucapkan syair-gatha ini untuk menegaskan maksud-Nya:
Pidato sang Buddha adalah terpisah dari bahasa dan yang tiada
duanya.
Kedalamannya melampaui lingkup ketidak-tahuan.
Dalam kebingungan kebodohan mereka,
Para orang bodoh senang di dalam kegandaan dan mengandalkan
rekayasa lisan.
Apakah tanpa pemahaman atau dengan pemahaman salah,
Mereka akan berputar di dalam penderitaan dari perpindahan
selama waktu yang sangat lama.
Mereka tentu akan jauh dari wacana kebijaksanaan sejati
Dan pasti akan terlahir kembali sebagai sapi, domba, dan
seterusnya.
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/sakya_8b.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/sakya_8b.jpg.html
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Achala.png
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Achala.png.html
Bab II
Dharmodgata Parivartah[/center]
Pada saat itu, Dharmodgata Bodhisattva Mahasattva menyapa sang
Buddha dengan berkata: "Bhagavan, pada jarak dari kawasan timur
ini yang sebanding dengan jumlah butiran pasir dari tujuh puluh
dua sungai Gangga, ada sistem dunia yang bernama Kirtimat, yang
Buddhanya bernama 'Visalakirti (Kemasyhuran Besar)' Tathagata.
Saya tinggal berdiam di sana sebelum Saya datang ke sini. Di
dalam Buddha-ksetra itu Saya pernah melihat 77.000 bida tirthika
bersama dengan guru mereka berkumpul di satu tempat untuk
mempertimbangkan gambaran tanda-tanda dari makna tertinggi dari
segala sesuatu. Tapi meskipun mereka berpikir, merenungkan,
menyelidiki, dan benar-benar meneliti tanda-tanda dari makna
tertinggi dari segala sesuatu ini, pada akhirnya mereka tidak
dapat mencapai kesimpulan apapun. Mereka pergi tidak lebih dari
untuk meniadakan tafsiran tertentu, menggambarkan dan mengubah
tafsiran mereka sendiri. Mereka saling menentang satu sama lain
dan berdebat keras. Mulut mereka memancarkan komentar berduri
(yang menusuk hati), menuding, suka menyalahkan, marah, kejam,
dan kemudian masing-masing pergi secara terpisah, Saya kemudian
berpikir pada diri sendiri, 'Kemunculan dari Tathagata di dunia
memang jarang terjadi. Tapi, dikarenakan oleh kemunculan-Nya,
itu menjadi mungkin untuk memahami tanda-tanda dari makna
tertinggi, yang melampaui bidang penalaran apapun.'"
Kemudian sang Bhagavan menyapa Dharmodgata Bodhisattva
Mahasattva dengan berkata: "Anak yang baik, begitulah, itu
adalah sama seperti yang Anda telah ungkapkan. Saya sempurna
terbangkitkan pada tanda-tanda dari kebenaran dari makna
tertinggi, yang melampaui penalaran apapun. Dengan menjadi
SamyaksamBuddha, Saya menyatakan, memberitakan, menjelaskan,
mengajar, dan menerangi [tanda-tanda itu] kepada orang lain.
Mengapa Saya melakukan ini? Karena Saya telah memberitakan bahwa
makna tertinggi dicapai di bagian dalam oleh setiap Arya,
sementara penalaran dicapai dalam memberi dan menerima [diskusi
bersama] antara orang awam duniawi. Dharmodgata, dari prinsip
ini Anda harus memahami bahwa 'makna tertinggi' melampaui
'gambaran dari makna bernalar'. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya
telah memberitakan bahwa makna tertinggi tidak bekerja melalui
'bentuk (rupa)', tapi fungsi dari penalaran adalah bergerak di
dalam bidang rupa. Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus
memahami bahwa makna tertinggi melampaui gambaran dari makna
bernalar. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya memberitakan bahwa
makna tertinggi adalah yang tak terbayangkan, tapi fungsi dari
penalaran bergerak di dalam bidang bahasa. Dari prinsip ini,
Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna tertinggi melampaui
gambaran dari makna bernalar. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya
mengajarkan bahwa makna tertinggi memotong putus semua ungkapan,
tapi fungsi dari penalaran bergerak di dalam bidang ungkapan.
Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna
tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar. Selanjutnya,
Dharmodgata, Saya mengabarkan bahwa makna tertinggi memotong
putus semua perdebatan, tetapi fungsi dari penalaran adalah
bergerak di dalam bidang dari perdebatan tentang makna. Dari
prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna
tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar.
"Selain itu, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa itu adalah
seperti orang yang seumur hidupnya sudah lama terbiasa pada rasa
pedas dan rasa pahit. Ia tidak akan mampu memahami, menilai,
atau menghargai rasa yang bagus dari madu atau gula batu. Itu
adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali menempatkan
perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam mengidam [ingin
ini atau ingin itu]. Dengan nafsu keinginannya yang membakar
seperti api, ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau
menghargai Pelepasan Bagian Dalam Yang Bagus Yang Memotong Putus
Gambar Dari Semua Objek Indera, Suara, Bau, Rasa, dan Sentuhan.
Itu adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali
menempatkan perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam
kehalusan percakapan-percakapan duniawi. Ia tidak akan mampu
memahami, menilai, atau menghargai Sukacita Di Bagian Dalam,
Keheningan Yang Suci Dari Ketenangan. Itu adalah seperti orang
yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan
membawa kegembiraannya di dalam semua gagasan pikiran duniawi
yang telah dia dengar, ungkap, dan pahami. Ia tidak akan mampu
memahami, menilai, atau menghargai Penghentian Akhir Yang
Selamanya Memusnahkan 'Semua Gagasan Pikiran' Dan Menghancurkan
'Kepribadian'. Pahami, Dharmodgata, itu adalah seperti orang
yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan
membawa kegembiraannya di dalam pertengkaran duniawi. Ia tidak
akan mampu memahami, menilai, atau menghargai kenyataan bahwa di
utara Kuru [di mana saya telah berkhotbah] tidak ada
perselisihan pada unsur atau pada tiada diri. Dalam cara yang
sama, Dharmodgata, penalaran adalah sepenuhnya tidak mampu
memahami, menilai, atau menghargai tanda-tanda gambaran dari
makna tertinggi, yang melampaui fungsi penalaran apapun. "
Pada saat itu, sang Bhagavan membacakan syair gatha ini untuk
menegaskan maksud-Nya:
Lingkup bidang yang secara di bagian dalam terwujud tanpa
gambaran
Tidak dapat dibicarakan dan memotong putus ungkapan.
Makna tertinggi, menghentikan untuk mengistirahatkan semua
sengketa,
Melampaui semua tanda-tanda gambaran dari penalaran.
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/star_mandala1.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/star_mandala1.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/1DtRAt8hHIA" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
Bab III
Suvisuddhimati Parivartah[/center]
Pada saat itu Suvisuddhimati Bodhisattva Mahasattva menyapa sang
Buddha dengan berkata:
"Itu adalah sangat hebat, Bhagavan, bahwa Saya telah mampu
mendengar kata-kata ini dari Anda. Itu adalah tepat seperti yang
telah Anda katakan, untuk tanda-tanda dari kebenaran dari makna
tertinggi, menjadi yang halus dan yang mendalam, dapat dicirikan
sebagai yang tidak sama dengan ataupun yang tidak berbeda dari
segala sesuatu. Mereka memang sulit untuk dipahami. Bhagavan,
Saya pernah melihat sebuah perkumpulan para Bodhisattva
berkumpul bersama-sama dan duduk. Mereka berada di tahap dari
yang sepenuhnya mengolah budidaya janji Mereka, dan semuanya
sedang mempertimbangkan tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari
makna tertinggi, apakah itu yang sama dengan ataupun yang
berbeda dari tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang
berkondisi dari para mahkluk. Beberapa dari para Bodhisattva ini
mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara 'tanda-tanda dari
kebenaran dari makna tertinggi' dan 'tanda-tanda dari
keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk'. Yang lainnya
mengatakan bahwa itu adalah tidak benar bahwa tidak ada
perbedaan antara 'tanda-tanda dari kebenaran dari makna
tertinggi' dan 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi
dari para mahkluk', tapi tanda-tanda dari kebenaran dari makna
tertinggi adalah berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan
yang berkondisi dari para mahkluk. Namun para Bodhisattva yang
lainnya, dalam keraguan dan kebingungan, mengatakan:
"Bodhisattva mana yang berkata benar dan mana yang salah? Yang
mana yang penalaran cerdas dan yang tidak cerdas?' Namun, apakah
Mereka menyatakan bahwa tanda-tanda dari makna tertinggi adalah
tidak berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang
berkondisi dari para mahkluk, atau bahwa tanda-tanda dari makna
tertinggi adalah berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan
yang berkondisi dari para mahkluk, Saya, Bhagavan, berpikir pada
diri Saya sendiri bahwa semua putra yang baik ini adalah bodoh
dan lamban. Mereka tidak memiliki wawasan, dan, berperilaku
buruk, tidak menalar dengan cerdas dalam hal kehalusan dan
kedalaman dari kebenaran dari makna tertinggi, karena itu adalah
melampaui yang dicirikan sebagai yang sama dengan ataupun yang
berbeda dari keadaan-keadaan dari para mahkluk dan tidak bisa
begitu dipahami. "
Kemudian sang Bhagavan menyapa Bodhisattva Suvisuddhimati
Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Anak yang baik, itu
adalah tepat seperti yang Anda telah ungkapkan itu. Semua Anak
yang baik itu memang bodoh dan lamban. Mereka tidak memiliki
wawasan, dan, berperilaku buruk, tidak menalar dengan cerdas
dalam hal kehalusan dan kedalaman dari kebenaran dari makna
tertinggi, karena itu adalah melampaui yang dicirikan sebagai
yang sama dengan ataupun yang berbeda dari keadaan-keadaan dari
para mahkluk. Mengapa demikian, Suvisuddhimati? Itu adalah
karena orang tidak dapat memahami tanda-tanda gambaran dari
kebenaran dari makna tertinggi di dalam nama dengan melakukan
latihan-latihan tersebut.
"Mengapa demikian, Suvisuddhimati? Itu adalah karena, jika
'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sama
sekali tidak berbeda dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari
mahkluk', maka pada saat ini semua mahluk awam duniawi akan
telah memperoleh wawasan kedalam kebenaran. Mereka semua tentu
akan sudah mencapai penghentian yang diam dari keterampilan
tertinggi atau akan telah mencapai Samyaksambodhi. Tapi, [di
sisi lain,] jika 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna
tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'keadaan-keadaan yang
berkondisi dari mahkluk', maka mereka yang telah memperoleh
wawasan kedalam kebenaran tidak akan telah menghapus
gambar-gambar dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari
mahkluk'. Dan jika mereka belum menghapus gambar-gambar dari
'keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka mereka
tidak akan telah mencapai pembebasan dari ketergantungan pada
gambar-gambar itu. Dengan tidak terbebas dari gambar-gambar rupa
itu, mereka tidak akan terbebas dari ketergantungan pada
kelemahan-kelemahan kotor mereka. Dengan tidak terbebas dari
ketergantungan pada kelemahan-kelemahan kotor, mereka yang telah
mendapatkan wawasan kedalam kebenaran tidak akan telah dapat
mencapai penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi atau
Samyaksambodhi. Tapi, Suvisuddhimati, itu bukanlah kasus bahwa
pada saat ini semua mahkluk awam duniawi telah memperoleh
wawasan kedalam kebenaran, adalah sudah mampu mencapai
penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi, atau telah
mencapai Samyaksambodhi. Oleh karena itu, pendapat bahwa
'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' tidak
berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang
berkondisi dari para mahkluk' adalah tidak beralasan. Jika ada
orang yang mengatakan bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran
dari makna tertinggi' tidak berbeda dari 'tanda-tanda gambaran
dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', dari
penjelasan tadi ini, Anda harus memahami bahwa pendapat ini
adalah tidak cerdas ataupun tidak benar-benar beralasan.
Suvisuddhimati, juga bukan kasus bahwa mereka yang telah
mendapatkan wawasan kedalam kebenaran belum mampu menghapus
semua gambar-gambar rupa dari keadaan-keadaan yang berkondisi
dari mahkluk, karena mereka tentu saja bisa menghapusnya. Itu
bukanlah kasus bahwa mereka yang telah mendapatkan wawasan
kedalam kebenaran tidak mampu terbebas dari ketergantungan pada
gambar-gambar rupa dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari
mahluk, karena mereka tentu saja telah mampu untuk pembebasan
tersebut. Itu bukanlah kasus bahwa mereka yang telah mendapatkan
wawasan kedalam kebenaran tidak mampu terbebas dari
ketergantungan pada kelemahan-kelemahan kotor, karena mereka
tentu saja telah mampu untuk pembebasan tersebut. Justru karena
mereka telah mampu untuk pembebasan dari dua hambatan ini bahwa
mereka telah mampu untuk mencapai penghentian yang diam dari
keterampilan tertinggi, dan untuk mencapai Samyaksambodhi. Oleh
karena itu, pendapat bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran
dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'tanda-tanda
gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk'
adalah tidak beralasan. Jika ada yang mengatakan bahwa
'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi'
sepenuhnya berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari
keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', dari
penjelasan tadi, Anda harus memahami bahwa pendapat ini adalah
tidak cerdas ataupun tidak benar-benar beralasan.
"Lagi, Suvisuddhimati, jika 'tanda-tanda dari kebenaran dari
makna tertinggi' sama dengan 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan
yang berkondisi dari mahkluk', maka, sama seperti tanda-tanda
dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk adalah kotor,
demikian juga tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi
akan menjadi kotor. Suvisuddhimati, jika 'tanda-tanda dari
kebenaran dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari
'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk',
maka tanda umum yang menggambarkan keadaan-keadaan yang
berkondisi dari makhluk tidak bisa disebut tanda dari kebenaran
dari makna tertinggi. Tapi , Suvisuddhimati, 'tanda-tanda
gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' adalah tidak
kotor, dan tanda umum dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari
makhluk disebut tanda dari kebenaran dari makna tertinggi. Oleh
karena itu, adalah tidak beralasan untuk mengatakan bahwa
'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sama
dengan 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang
berkondisi dari para mahkluk', atau bahwa mereka sepenuhnya
berbeda satu sama lain. Dari penjelasan ini, Anda harus memahami
bahwa orang yang berbicara untuk ciri khas tanda-tanda itu dan
orang yang berbicara untuk perbedaannya yang sepenuhnya adalah
yang tidak cerdas ataupun yang tidak beralasan.
"Lagi, Suvisuddhimati, jika tanda-tanda gambaran dari kebenaran
tertinggi sama dengan tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan
yang berkondisi dari mahkluk, maka, sama seperti tanda dari
kebenaran dari makna tertinggi yang tidak dibedakan di dalam
semua keadaan-keadaan yang berkondisi, demikian juga semua
tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi itu akan tidak
dibedakan. Kemudian orang-orang yang berlatih meditasi akan
tidak perlu mencari makna tertinggi di dalam semua
keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk yang mereka telah
lihat, dengar, pahami, dan kenal. Di sisi lain, jika tanda
gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi sepenuhnya berbeda
dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk, maka itu
tidak akan benar bahwa semua keadaan-keadaan yang berkondisi
dari mahkluk adalah hanya perwujudan dari ketiadaan diri, dari
ketiadaan intisari. Tanda-tanda dari kebenaran tertinggi akan
kemudian secara bersamaan diadakan menjadi ditandai dengan dua
cara yang berbeda, satu dari kekotoran dan satu dari kemurnian.
Tapi, Suvisuddhimati, tanda-tanda dari hal-hal yang berkondisi
adalah tentu saja berbeda. Mereka yang berlatih meditasi
melakukan pencarian untuk makna tertinggi di dalam
keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk yang mereka telah
lihat, dengar, pahami, dan kenal. Juga, semua keadaan-keadaan
yang berkondisi dari mahluk adalah tentu saja hanya perwujudan
dari ketiadaan diri, ketiadaan intisari, dan mereka benar
disebut 'tanda-tanda dari kebenaran tertinggi'. Adalah tidak
benar bahwa itu secara bersamaan ditandai dengan dua cara, satu
dari kekotoran dan satu dari kemurnian. Oleh karena itu,
pendapat bahwa tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi
sama dengan atau sepenuhnya berbeda dari tanda-tanda dari
keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk adalah tidak
beralasan. Jika ada yang mengatakan bahwa tanda-tanda dari
kebenaran dari makna tertinggi sama dengan atau sepenuhnya
berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi
dari makhluk, dari penjelasan ini Anda harus memahami bahwa
mereka adalah yang tidak cerdas dan yang tidak benar-benar
beralasan.
"Itu adalah sama seperti pada warna putih segar dari kulit
kerang, karena itu adalah tidak mudah memastikan apakah [warna
itu] sama dengan atau berbeda dari kulit kerang. Warna kuning
dari emas menunjukkan kasus yang serupa. Atau mempertimbangkan
melodi dari suara gitar, karena itu adalah sulit untuk
memastikan apakah suara itu sama dengan atau berbeda dari gitar.
Atau mengambil aroma yang naik dari gaharu, karena itu adalah
sulit untuk mengatakan apakah itu sama dengan atau berbeda dari
gaharu. Atau mengambil rasa pahit dari merica, karena itu adalah
sulit untuk mengetahui apakah itu sama dengan atau berbeda dari
merica. Kasus yang sama adalah rasa hambar dari kacang arjuna.
Itu adalah sama seperti kulit yang halus dari ngengat dan
kelembutannya, karena itu adalah sulit untuk memastikan apakah
tekstur yang halus sama dengan atau berbeda dari kelembutan.
Atau mengambil cairan yang banyak di atas mentega rebus. Apakah
itu sama dengan atau berbeda dari mentega rebus?
"Demikian juga, itu adalah sulit untuk mengatakan apakah
ketidakkekalan sama dengan atau berbeda dari keadaan-keadaan
yang berkondisi dari makhluk, apakah penderitaan sama dengan
atau berbeda dari keadaan-keadaan yang tidak murni dari pikiran,
apakah ketiadaan diri dari kepribadian sama dengan atau berbeda
dari segala sesuatu, apakah kegelisahan sama dengan atau berbeda
dari ketamakan. Hal yang sama berlaku untuk kemarahan dan
kebodohan pada ketamakan. Dengan demikian, Suvisuddhimati,
tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi tidak
dapat dikatakan sama dengan atau berbeda dari tanda-tanda
gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk.
Suvisuddhimati, Saya telah sempurna memahami tanda-tanda
gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi, yang tentu saja
halus, yang tentu saja mendalam, yang tentu saja sulit untuk
dipahami, yang melampaui semua gambaran sebagai yang sama dengan
atau berbeda dari segala sesuatu. Setelah sempurna memahami,
Saya menyatakan, memberitakan, menjelaskan, dan menerangkan demi
orang lain. "
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair gatha ini untuk
menegaskan maksud-Nya:
Tanda-tanda gambaran dari alam dari keadaan-keadaan yang
berkondisi dari mahkluk dan dari makna tertinggi adalah terpisah
dari yang digambarkan baik sebagai yang sama ataupun yang
berbeda.
Jika orang membayangkannya menjadi baik 'yang sama' ataupun
'yang berbeda', dia bertindak tidak beralasan.
Dikarenakan oleh ketergantungan pada 'gambar rupa' dan
'kelemahan-kelemahan yang kotor', makhluk hidup harus tekun
mengolah budidaya 'ketenangan yang sunyi' dan 'penglihatan',
Dan kemudian mereka akan dapat mencapai pembebasan.
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/B-VD-001-2.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/B-VD-001-2.jpg.html
Arya Vajrasattva
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/SKBrLHXdmEA" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/subhuti.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/subhuti.jpg.html
Arya Subhuti
Bab IV
Subhuti Parivartah[/center]
Pada saat itu, sang Bhagavan menyapa Ayusman Subhuti dengan
berkata: "Subhuti, di dalam dunia makhluk hidup, berapa banyak
yang Anda tahu - yang menghargai kebanggaan mereka dan di dalam
cara yang sombong menyatakan pemahaman mereka? Dan berapa banyak
yang Anda tahu - yang menyatakan pemahaman mereka tanpa
kebanggaan? "
Ayusman Subhuti menyapa sang Buddha dengan berkata: "Bhagavan,
di dalam dunia makhluk hidup, Saya tahu beberapa orang yang
menyatakan pemahaman mereka tanpa kebanggaan, tapi Saya tahu
yang tak terhitung, para makhluk hidup yang tak terhingga yang
menghargai kebanggaan mereka dan menyatakan pemahaman mereka
dengan cara yang sombong. Bhagavan, saat Saya tinggal berdiam di
sebuah kebun di hutan. Sejumlah besar Bhiksu tinggal dekat. Saya
melihat mereka berkumpul setelah matahari terbit untuk membahas
berbagai persoalan dan untuk mengusulkan pemahaman mereka,
masing-masing sesuai dengan wawasannya.
"Beberapa mengusulkan pemahaman mereka tentang [kumpulan]
Skandha, tanda-tanda gambaran dari Skandha, kemunculan Skandha,
pengurasan Skandha, penghancuran Skandha, dan pencapaian dari
penghancuran Skandha. Yang lainnya, di dalam cara yang sama,
mengusulkan pemahaman mereka tentang [dua belas] landasan [dari
kesadaran] dan Prat&#299;tyasamutp&#257;da (kemunculan yang
saling bergantungan), sementara yang lain mengusulkan pemahaman
mereka tentang makanan, tanda-tanda gambaran dari makanan,
kemunculan makanan, pengurasan makanan, penghancuran makanan,
dan pencapaian dari penghancuran makanan. Masih yang lainnya
mengusulkan pemahaman mereka tentang kebenaran, tanda-tanda
gambaran dari kebenaran, kesadaran penuh dari kebenaran,
pemutusan [yang dibawa oleh] kebenaran, pencapaian kebenaran,
dan pengolahan budidaya kebenaran. Yang lainnya mengusulkan
pemahaman mereka tentang unsur alam, tanda-tanda gambaran dari
unsur alam, berbagai sifat alami dari unsur alam, jumlah banyak
yang beragam dari unsur alam, penghancuran dari unsur alam, dan
pencapaian dari penghancuran unsur alam. Yang lainnya
mengusulkan pemahaman mereka tentang pemusatan ingatan,
tanda-tanda gambaran dari pemusatan ingatan, keadaan-keadaan
dari pemusatan ingatan yang mereka mampu kendalikan, pengolahan
budidaya pemusatan ingatan, kemunculan pemusatan ingatan dari
keadaan yang belum muncul, kepastian tidak lupa setelah timbul,
dan peningkatan dari pemusatan ingatan dari praktek yang
berulang. Pada saat yang sama, yang lainnya mengusulkan
pemahaman mereka tentang pemutusan yang benar, dari kemampuan
gaib, alat indera, kekuatan, faktor kebangkitan, sementara yang
lainnya berbicara tentang delapan jalan Arya (&#256;rya
'st&#257;nga m&#257;rgah), tanda-tanda gambaran dari delapan
jalan Arya, keadaan-keadaan yang mampu dikendalikan oleh delapan
jalan Arya, kemunculannya dari keadaan yang belum muncul,
kepastiannya untuk tidak bisa dilupakan setelah kemunculannya,
dan peningkatannya dari praktek yang berulang.
"Bhagavan, ketika Saya melihat mereka, Saya berpikir bahwa semua
orang-orang yang terhormat itu terlibat dalam menangani berbagai
persoalan ini dan mengusulkan penafsiran mereka, masing-masing
sesuai dengan wawasan yang telah dicapainya. Tapi, memperhatikan
dengan baik, semua dari mereka menghargai kebanggaan mereka dan,
karena mereka melekat pada kebanggaan itu, mereka tidak dapat
memahami satu rasa semesta dari kebenaran dari makna tertinggi.
Tapi Anda, Bhagavan, telah menjelaskan bahwa tanda gambaran dari
kebenaran dari makna tertinggi adalah yang langka, tentu saja
yang paling halus, yang paling mendalam, yang sulit untuk
dipahami. Anda telah menjelaskan bahwa satu rasa semesta sulit
untuk dipahami. Bhagavan, jika Bhiksu yang sedang berlatih
merasa sulit untuk memahami satu rasa semesta dari kebenaran
dari makna tertinggi ini di dalam ajaran suci ini, lalu akan
bagaimana jauh lebih sulit lagi bagi para bida untuk
memahaminya? "
Kemudian sang Bhagavan menyapa Subhuti dengan berkata: "Ini
adalah begitulah, Subhuti, karena Saya telah terbangkitkan pada
kebenaran dari makna tertinggi yang adalah dari satu rasa
semesta, yang paling halus, yang paling mendalam, yang paling
sulit untuk dimengerti. Setelah terbangkitkan, Saya menyatakan,
memberitakan, menjelaskan, dan meneranginya demi kepentingan
orang lain. Apa itu yang saya telah khotbahkan, Subhuti? Saya
telah memberitakan bahwa muatan yang termurnikan dari pemahaman
di dalam semua skandha adalah kebenaran dari makna tertinggi.
Saya telah memberitakan bahwa muatan yang termurnikan dari
pemahaman di dalam semua kemunculan yang saling ketergantungan,
di dalam makanan, di dalam unsur alam, di dalam pemusatan
ingatan, di dalam pemutusan yang benar, di dalam kemampuan gaib,
di dalam faktor kebangkitan, dan di dalam faktor-faktor dari
sang jalan adalah kebenaran dari makna tertinggi. Muatan yang
termurnikan dari pemahaman ini ditandai sebagai yang dari Satu
Rasa, Yang Tidak Dibedakan di dalam semua skandha, di dalam
semua landasan, di dalam semua yang mereka bahas [tadi], karena
itu adalah 'satu rasa' dan 'tidak dibedakan'. Ini adalah dari
prinsip ini bahwa kebenaran dari makna tertinggi adalah dari
Satu Rasa Semesta.
"Selanjutnya, Subhuti, setelah para Bhiksu yang sedang berlatih
yang mengolah pemusatan itu telah memahami 'Tathat&#257;
(Kenyataan apa adanya yang sesungguhnya)' dari satu kelompok
[pertanyaan], 'ketiadaan diri' dari ajaran tentang makna
tertinggi, maka mereka tidak akan terlibat dalam menganalisis
satu dari yang lain : kumpulan skandha, landasan, kemunculan
yang saling ketergantungan, makanan, kebenaran, unsur alam,
pemusatan ingatan, pemutusan yang benar, kemampuan gaib, alat
indera, kekuatan, faktor-faktor kebangkitan, atau faktor-faktor
sang Jalan. 'Ketiadaan diri' dari ajaran dari Tathat&#257; dan
makna tertinggi adalah berdasarkan pada kebijaksanaan yang tiada
duanya dari Tathat&#257; dan makna tertinggi. Mereka kemudian
akan sampai ke kesadaran dan mencapai kebenaran dari makna
tertinggi, yang adalah dari 'Satu Rasa Semesta'. Oleh karena
itu, Subhuti, dari prinsip ini pahami bahwa kebenaran dari makna
tertinggi adalah dari 'Satu Rasa Semesta'.
"Selanjutnya, Subhuti, jika, sama seperti semua skandha, sama
seperti semua landasan, kemunculan yang saling ketergantungan,
makanan, kebenaran, unsur alam, pemusatan ingatan, pemutusan
yang benar, kemampuan gaib, alat indera, kekuatan, faktor-faktor
kebangkitan, dan faktor-faktor sang Jalan, yang semuanya
dijelaskan dengan membedakan satu dari yang lain; jika, sama
seperti ini, 'Tathat&#257;', 'Makna Tertinggi', dan 'Yang Tanpa
Intisari' memiliki tanda-tanda gambaran yang membedakan satu
dari yang lain, maka mereka ini akan muncul dari penyebab,
mereka akan menjadi penyebab. Dan, jika mereka muncul dari
penyebab, mereka akan diri mereka sendiri dikondisikan. Dan,
jika berkondisi, mereka tidak akan menjadi makna tertinggi. Dan,
jika mereka bukan makna tertinggi, maka orang akan sekali lagi
harus mencari kebenaran dari makna tertinggi yang lain. Itu
adalah karena 'Tathat&#257;', 'Makna Tertinggi', dan 'Yang Tanpa
Intisari Dari Semua Hal' tidak dikatakan menjadi penyebab, tidak
muncul dari penyebab, dan tidak dikondisikan bahwa mereka adalah
kebenaran dari makna tertinggi. Setelah orang mencapai makna
tertinggi ini, tidak ada keperluan lagi untuk mencari makna
tertinggi yang lain. Hanya itu yang kekal dan permanen, apakah
sang Tathagata muncul di dunia atau tidak, karena di dalam
segala hal Kenyataan didirikan, dharmadhatu tetap ada. Oleh
karena itu, Subhuti, dari prinsip ini Anda harus memahami bahwa
kebenaran dari makna tertinggi adalah dari 'satu rasa semesta'.
"Subhuti, di ruang angkasa kosong, ada perbedaan dalam beberapa
bagian yang beragam dari warna, sementara [ruang angkasa itu
sendiri] tetap tiada tanda, tidak dibedakan, dan tidak berubah
oleh 'mereka (warna-warna itu)'. Melainkan ia mencakup semua
tanda-tanda itu di dalam Satu Rasa-nya. Dalam cara yang sama,
kebenaran dari makna tertinggi adalah di dalam 'semua hal
(sarvadharma)', yang dari sifat alami yang berbeda dan memiliki
tanda-tanda yang berbeda; dan ia mencakup semua tanda-tanda itu
dengan Satu Rasa-nya ".
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk
menegaskan arti-Nya :
Mencakup semua tanda-tanda dengan satu rasa,
Makna Tertinggi yang diajarkan oleh semua Buddha menjadi yang
tidak dibedakan.
Jika orang akan membedakannya di dalam perbedaan-perbedaan itu,
Orang akan pasti tentu saja bodoh dan sombong.
#Post#: 3--------------------------------------------------
Re: Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 9:38 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/buddha%20bhadravagi.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/buddha%20bhadravagi.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/7IaYXVNH2LY" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/buddha%20ami.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/buddha%20ami.jpg.html
Bab V
Visalamati Parivartah[/center]
Pada saat itu, Visalamati Bodhisattva Mahasattva bertanya kepada
sang Bhagavan : "Bhagavan, Anda telah berkata bahwa para
Bodhisattva terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan,
dan kesadaran. Bhagavan, bagaimanakah para Bodhisattva terampil
di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran? Dengan
alasan apakah sang Tathagata menunjuk para Bodhisattva sebagai
yang terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan
kesadaran?"
Sang Bhagavan menyapa sang Bodhisattva Visalamati dengan
berkata: "Anda, Visalamati, terlibat dalam hal ini demi
keuntungan orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak, untuk
belas kasihan kepada dunia, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan
orang banyak, para dewa dan manusia, sehingga mereka bisa
dibimbing untuk mencapai arti, keuntungan dan kebahagiaan. Niat
Anda dalam bertanya kepada sang Tathagata tentang hal ini adalah
sangat baik, sangat baik. Oleh karena itu, Visalamati, dengarlah
dengan penuh perhatian, Saya akan menjelaskan kepada Anda arti
dari rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran."
"Anda, Visalamati, harus memahami bahwa berbagai jenis makhluk
hidup jatuh kedalam keberadaan dalam perpindahan mereka melalui
enam jenis keberadaan. Para makhluk hidup itu mewujudkan tubuh
dan muncul di dalam keadaan dari kelahiran seperti yang lahir
dari telur, yang lahir dari rahim, yang lahir dari kelembaban,
yang lahir secara spontan. Dalam waktu seketika pertama kali,
pematangan, perkembangan, penyatuan, peningkatan dan pertumbuhan
pikiran mereka, bersama dengan semua benih mereka tergantung
pada dua kemelekatan. Yang pertama adalah kemelekatan dari
indera kebendaan dalam tubuh. Yang kedua adalah kemelekatan dari
kecenderungan terhadap penyebutan yang salah dalam tanggapan
penglihatan yang membeda-bedakan ciri-ciri dan nama. Dua
kemelekatan ini ada di alam wujud (rupadhatu), namun dua
kemelekatan ini tidak ada di alam tanpa wujud (arupadhatu)."
"Kesadaran ini, Visalamati, adalah juga disebut 'kesadaran yang
melekat', karena ia menggenggam dan melekati tubuh dalam cara
itu. Ia juga disebut 'kesadaran yang menampung', karena ia
menerima dan menghuni dalam tubuh tidak peduli baik atau buruk.
Ia juga disebut 'pikiran', karena ia mengumpulkan dan menghimpun
bentuk-rupa, suara, bau, rasa, dan sentuhan."
"Itu, Visalamati, karena kesadaran yang melekat adalah pendukung
dan wadah, ada berkembang kumpulan dari enam kesadaran yaitu
kesadaran mata, kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran
lidah, kesadaran tubuh, kesadaran berpikir. Kondisi yang
menghasilkan kesadaran mata adalah bergantung pada mata dan
wujud kebendaan bekerja sama dengan kesadaran. Berfungsi
bersama-sama dengan kesadaran mata, ada berkembang kesadaran
berpikir yang secara bersamaan membeda-bedakan objek penglihatan
itu."
"Selanjutnya, Visalamati, kondisi yang menimbulkan kesadaran
telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, dan kesadaran tubuh
adalah telinga, hidung, lidah, dan tubuh bersama-sama dengan
suara, bau, rasa, dan sentuhan. Berfungsi bersama-sama dengan
kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, dan
kesadaran tubuh ini, ada berkembang kesadaran berpikir yang
secara bersamaan membeda-bedakan objek-objek itu."
"Jika ada timbul satu kesadaran mata, pada seketika itu, ada
timbul kesadaran berpikir yang membeda-bedakan yang berinteraksi
dengan kesadaran mata itu. Demikian juga, jika ada timbul dua,
tiga, empat, atau lima kesadaran, pada seketika itu, ada timbul
kesadaran berpikir yang membeda-bedakan yang berinteraksi dengan
lima kumpulan kesadaran itu."
"Itu adalah, Visalamati, sama seperti arus air yang mengalir
deras. Jika kondisi untuk menimbulkan satu gelombang air muncul,
hanya satu gelombang air yang akan timbul. Jika kondisi untuk
dua atau banyak gelombang air muncul, maka banyak gelombang air
yang akan timbul. Namun arus air yang deras itu tetap terus
mengalir tanpa berhenti. Itu juga sama seperti permukaan dari
kaca yang sangat murni. Jika kondisi untuk satu wujud muncul,
maka hanya satu wujud yang akan timbul. Jika kondisi untuk dua
atau banyak wujud muncul, maka banyak wujud akan timbul. Namun
permukaan kaca itu tidak merubah dirinya sendiri menjadi wujud
itu, dan tidak menderita perubahan apapun."
"Demikian juga, Visalamati, kesadaran yang melekat adalah sama
seperti arus air yang mengalir deras itu, karena itu adalah
pendukung dan wadah. Ketika kondisi untuk menimbulkan satu
kesadaran mata muncul, maka satu kesadaran mata terbentuk.
Ketika kondisi untuk menimbulkan lima kumpulan kesadaran indera
muncul, maka kelima kesadaran itu terbentuk."
"Meskipun, Visalamati, dalam cara ini, para Bodhisattva yang
didukung oleh kebijaksanaan tinggal berdiam di dalam Dharma,
terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan
kesadaran indera, namun tidak oleh sebab ini bahwa sang
Tathagata menggambarkan Mereka sebagai yang terampil di dalam
rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran indera.
Visalamati, semua Bodhisattva itu yang dikatakan terampil di
dalam makna kebenaran tertinggi (paramartha satya) dan
digambarkan oleh sang Tathagata sebagai yang terampil di dalam
makna kebenaran tertinggi karena masing-masing dalam diri Mereka
sendiri tidak melihat kemelekatan sebagai yang nyata, tidak
melihat kesadaran yang melekat, tidak melihat penampungan, tidak
melihat kesadaran yang menampung, tidak melihat himpunan, tidak
melihat pikiran, tidak melihat mata, tidak melihat bentuk-rupa,
tidak melihat kesadaran mata, tidak melihat telinga, tidak
melihat suara, tidak melihat kesadaran telinga, tidak melihat
hidung, tidak melihat bau, tidak melihat kesadaran hidung, tidak
melihat lidah, tidak melihat rasa, tidak melihat kesadaran
lidah, tidak melihat tubuh, tidak melihat sentuhan, tidak
melihat kesadaran tubuh."
"Mereka, Visalamati, tidak melihat kecerdasan, tidak melihat
gejala kejadian, tidak melihat kesadaran berpikir. Visalamati,
itu adalah oleh sebab ini bahwa Mereka disebut Bodhisattva yang
terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan, dan
kesadaran. Ketika sang Tathagata menunjuk para Bodhisattva
sebagai yang terampil di dalam rahasia dari pikiran, kecerdasan,
dan kesadaran, Dia menunjuk Mereka seperti itu oleh alasan ini."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk
menegaskan arti-Nya :
Kesadaran yang melekat adalah mendalam dan halus;
Semua benihnya seperti arus air yang mengalir deras,
Jika dipahami sebagai 'diri', itu tidaklah benar,
Sehingga Saya tidak mengajarkannya kepada yang kekanak-kanakan.
#Post#: 4--------------------------------------------------
Re: Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 9:42 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/amt0.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/amt0.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/LI_GH_DMlAQ" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/nepal-buddha-stupa-lord-budd…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/nepal-buddha-stupa-lord-buddha…
Bab VI
Gunakara Parivartah[/center]
Pada saat itu, Gunakara Bodhisattva Mahasattva menyapa sang
Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengatakan tentang
para Bodhisattva yang terampil di dalam ciri-ciri dari gejala
kejadian. Bhagavan, bagaimanakah para Bodhisattva terampil di
dalam ciri-ciri dari gejala kejadian? Dengan alasan apakah sang
Tathagata menunjuk para Bodhisattva sebagai yang terampil di
dalam ciri-ciri dari gejala kejadian?"
Kemudian sang Bhagavan menyapa sang Bodhisattva Gunakara dengan
berkata: "Anda, Gunakara, terlibat dalam hal ini demi keuntungan
orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak, untuk belas kasihan
kepada dunia, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak,
para dewa dan manusia, sehingga mereka bisa dibimbing untuk
mencapai arti, keuntungan dan kebahagiaan. Niat Anda dalam
bertanya kepada sang Tathagata tentang hal ini adalah sangat
baik, sangat baik. Oleh karena itu, Gunakara, dengarlah dengan
penuh perhatian, Saya akan menjelaskan kepada Anda ciri-ciri
dari gejala kejadian."
"Totalnya, Gunakara, ciri-ciri dari gejala kejadian ada tiga.
Yang pertama adalah ciri-ciri dari kemelekatan gagasan. Yang
kedua adalah ciri-ciri dari asal-mula yang bergantungan. Yang
ketiga adalah ciri-ciri sempurna dari kenyataan."
"Ciri-ciri dari kemelekatan gagasan mengacu pada penetapan nama
dan simbol untuk gejala kejadian dan pembedaan intisarinya,
sehingga ia menjadi diungkapkan di dalam bahasa. Ciri-ciri dari
asal-mula yang bergantungan mengacu pada sifat alami dari gejala
kejadian yang adalah asal-mula yang bergantungan : karena ini
ada, itu ada, karena ini timbul, itu timbul. Hal ini mengacu
pada yang dikondisikan oleh ketidaktahuan adalah pembentukan,
yang dikondisikan oleh asal-mula adalah kumpulan besar dari
penderitaan ini. Ciri-ciri sempurna dari kenyataan mengacu pada
'kenyataan yang apa adanya (tath&#257;t&#257;)', yang sama
dengan semua dharma. Para Bodhisattva menembus tath&#257;t&#257;
ini dikarenakan oleh keteguhan semangat Mereka, pemusatan
perhatian yang benar, dan perenungan yang benar. Dengan secara
bertahap mengolah penembusan ini, Mereka mencapai Anuttar&#257;h
Samyaksambodhi Abhisambuddha."
"Kulaputra, ciri-ciri dari kemelekatan gagasan adalah sama
seperti penglihatan yang rusak dari orang yang memiliki katarak
di matanya. Ciri-ciri dari asal-mula yang bergantungan adalah
sama seperti gambar-gambar yang menipu di dalam penglihatan yang
terbingungkan dari orang yang berkatarak itu, karena itu tampak
menjadi gambar yang berbeda, seperti rambut, serangga, biji
sesawi, wujud warna biru, wujud warna kuning, wujud warna merah,
atau wujud warna putih. Ciri-ciri sempurna dari kenyataan adalah
sama seperti objek-benda yang tidak membingungkan yang dilihat
oleh penglihatan murni dari orang yang matanya sehat dan tidak
ada katarak."
"Itu adalah, Kulaputra, sama seperti ketika kristal yang murni
terhubung dan terpancar dengan warna biru, ia tampak menjadi
permata biru atau maha nila. Karena ia memuat penampilan dari
permata biru atau maha nila, ia membingungkan makhluk hidup.
Ketika terhubung dengan warna merah, ia tampak menjadi permata
merah dan membingungkan makhluk hidup. Ketika terhubung dengan
warna hijau, ia tampak menjadi permata hijau dan membingungkan
makhluk hidup. ketika terhubung dengan warna kuning, ia tampak
menjadi emas dan membingungkan makhluk hidup. Sama juga,
Gunakara, seperti warna-warna itu muncul pada kristal yang
murni, demikian juga kecenderungan terhadap penetapan bahasa
dari ciri-ciri kemelekatan gagasan menjadi ditempatkan pada
ciri-ciri yang bergantungan lainnya. Sama seperti pada yang
kristal yang murni itu orang dengan salah melekat pada permata
biru, permata merah, permata hijau, atau emas; jadi pada
ciri-ciri yang bergantungan lainnya dari kesadaran, orang
melekat pada gagasan itu, untuk ciri-ciri yang bergantungan
lainnya itu adalah yang sama seperti kristal. Sama seperti,
ketika secara tetap dan terus-menerus kristal yang murni itu
tidak lagi memiliki gambar permata biru, permata merah, permata
hijau, atau emas yang tanpa kenyataan atau intisari, juga,
ketika ciri-ciri yang bergantungan lainnya tidak lagi memiliki
gagasan tentang gambar di dalamnya yang juga sesungguhnya adalah
yang tanpa kenyataan atau intisari, maka Anda harus tahu bahwa
ciri-ciri sempurna dari kenyataan adalah sama seperti ini."
"Lebih lanjut, Gunakara, ciri-ciri dari kemelekatan gagasan
dapat dipahami sebagai yang disebabkan oleh hubungan antara
gambar dan kata-kata. Ciri-ciri dari asal-mula yang bergantungan
dapat dipahami sebagai yang disebabkan oleh kemelekatan pada
gambar-gambar gagasan terhadap ciri-ciri yang bergantungan
lainnya itu. Ciri-ciri sempurna dari kenyataan dapat dipahami
sebagai yang disebabkan oleh tidak adanya kemelekatan pada
gambar-gambar gagasan terhadap ciri-ciri yang bergantungan
lainnya itu."
"Jika, Gunakara, para Bodhisattva sungguh mampu memahami
ciri-ciri dari kemelekatan gagasan saat ia timbul pada ciri-ciri
yang bergantungan lainnya dalam semua gejala kejadian, maka
Mereka akan sungguh mampu memahami bahwa semua gejala kejadian
adalah yang tiada tanda, sebagaimana apa adanya. Jika para
Bodhisattva sungguh mampu memahami ciri-ciri yang bergantungan
lainnya, maka Mereka akan sungguh mampu memahami kekotoran dari
semua gejala kejadian, sebagaimana apa adanya. Jika para
Bodhisattva sungguh mampu memahami ciri-ciri sempurna dari
kenyataan, maka Mereka akan sungguh mampu memahami kemurnian
dari semua gejala kejadian, sebagaimana apa adanya. Jika para
Bodhisattva sungguh memahami bahwa semua gejala kejadian adalah
yang tiada tanda dalam ciri-ciri yang bergantungan lainnya, maka
Mereka akan mampu meninggalkan gejala kejadian yang kotor. Jika
Mereka mampu meninggalkan gejala kejadian yang kotor, Mereka
akan mampu mencapai gejala kejadian yang murni."
"Dalam hal ini, Gunakara, karena para Bodhisattva sungguh
memahami ciri-ciri dari kemelekatan gagasan, ciri-ciri yang
bergantungan lainnya, dan ciri-ciri sempurna dari kenyataan,
Mereka akan sungguh memahami yang tiada tanda, yang kotor, dan
yang murni dari semua gejala kejadian, sebagai mana apa adanya.
Karena Mereka sungguh memahami yang tiada tanda sebagai mana apa
adanya, Mereka meninggalkan semua yang kotor, oleh karena itu,
mencapai kemurnian."
"Ini adalah bagaimana para Bodhisattva terampil di dalam
ciri-ciri dari gejala kejadian. Ketika sang Tathagata menunjuk
para Bodhisattva sebagai yang terampil di dalam ciri-ciri dari
gejala kejadian, Dia menunjuk Mereka seperti itu oleh alasan
ini."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk
menegaskan arti-Nya :
Jika tidak memahami gejala kejadian sebagai yang tiada tanda,
Orang tidak akan mampu meninggalkan kekotoran dari gejala
kejadian.
Ketika orang tidak meninggalkan kekotoran dari gejala kejadian,
Ia menghancurkan pencapaian dari kemurnian gejala kejadian yang
halus.
Tidak melihat kesalahan dari gejala kejadian yang berkondisi,
Bersenang-senang di dalam yang berkondisi, akan menyakiti para
makhluk hidup.
Sembrono dalam menganggap sebagai yang stabil pada gejala
kejadian yang sementara,
Tidakkah orang itu kehilangan dan menjadi yang patut dikasihani?
#Post#: 5--------------------------------------------------
Re: Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 9:48 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/om%20vajrapani%20hum.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/om%20vajrapani%20hum.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/EVOqWWyul6Q" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/mahakala%20ah%20hum%20phat.j…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/mahakala%20ah%20hum%20phat.jpg…
Bab VII
Paramarthasamudgata Parivartah[/center]
Pada saat itu, Paramarthasamudgata Bodhisattva Mahasattva
menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, ketika saya
tinggal berdiam sendiri di tempat yang tenang, saya merenungkan:
sang Bhagavan dalam cara yang tidak terhitung telah menjelaskan
Kumpulan (skandha), ciri-cirinya yang khusus, kemunculannya,
kehancurannya, peninggalannya, pemahaman lengkapnya. Dengan cara
yang sama, Dia telah menjelaskan landasan kesadaran indera,
asal-mula yang bergantungan, dan makanan. Dalam cara yang tidak
terhitung, sang Bhagavan telah menjelaskan Kebenaran
(saty&#257;ni), ciri-cirinya yang khusus, pemahaman lengkap,
peninggalan, dan praktek-praktek yang menyebabkan pencapaiannya.
Dalam cara yang tidak terhitung, sang Bhagavan telah menjelaskan
semua unsur (dhatu), ciri-cirinya yang khusus, keanekaragaman
jenisnya, perbedaannya, kesamaannya, peninggalan, dan pemahaman
lengkap. Dalam cara yang tidak terhitung, sang Bhagavan telah
menjelaskan Kesadaran penuh (smrtih), ciri-cirinya yang khusus,
tindakan pengendaliannya dan mana yang dikendalikan, bagaimana
dengan meditasi apa yang belum muncul dapat dihasilkan,
bagaimana apa yang telah muncul dapat dipertahankan, tiada
kelupaan, praktek yang berulang, pertumbuhan, dan peningkatan.
Sama seperti Dia telah menjelaskan Kesadaran penuh, Dia juga
telah menjelaskan peninggalan yang benar, kemampuan ajaib, organ
indera dan kekuatan, faktor-faktor kebangkitan. Dalam cara yang
tidak terhitung, sang Bhagavan telah menjelaskan delapan bagian
jalan Arya (aryast&#257;ngikam&#257;rga), ciri-cirinya yang
khusus, tindakan pengendaliannya dan mana yang dikendalikan,
bagaimana dengan meditasi apa yang belum muncul dapat dihasilkan
dan apa yang telah muncul dapat dipertahankan, tiada kelupaan,
praktek yang berulang, pertumbuhan, dan peningkatan."
"Bhagavan, Anda juga telah menjelaskan bahwa semua gejala
kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah,
yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana.
Kemudian saya berpikir, 'dengan maksud apakah sang Bhagavan
mengatakan bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari,
tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan
sifat alaminya adalah Nirvana?' Mengapa sang Bhagavan mengatakan
bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak
dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat
alaminya adalah Nirvana? Saya ingin bertanya kepada sang
Tathagata tentang hal ini. Saya mohon agar sang Tathagata
berkenan untuk menjelaskan apa maksud yang mendasari dalam
mengatakan hal ini. "
Kemudian sang Bhagavan menyapa Paramarthasamudgata dengan
berkata:. "Sangat baik, Paramarthasamudgata, pikiran Anda
sungguh cerdas. Sangat baik, Kulaputra, bahwa Anda telah mampu
bertanya kepada sang Tathagata tentang hal yang mendalam ini.
Anda terlibat dalam hal ini demi keuntungan orang banyak, demi
kebahagiaan orang banyak, untuk belas kasihan kepada dunia,
untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak, para dewa dan
manusia, sehingga mereka bisa dibimbing untuk mencapai arti,
keuntungan dan kebahagiaan. Oleh karena itu,
Paramarthasamudgata, dengarlah dengan penuh perhatian, Saya akan
menjelaskan kepada Anda maksud dari mengatakan bahwa semua
gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak
punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah
Nirvana."
"Anda, Paramarthasamudgata, harus memahami bahwa di dalam
ketergantungan pada tiga jenis dari yang tiada intisari, Saya
telah menjelaskan bahwa semua gejala kejadian adalah yang tidak
memiliki intisari : 'Ciri-ciri' tidak memiliki intisari, 'yang
muncul' tidak memiliki intisari, dan 'makna tertinggi' tidak
memiliki intisari."
"Kulaputra, ciri-ciri adalah yang tidak memiliki intisari,
karena semua gejala kejadian diciri-cirikan melalui kemelekatan
gagasan. Ini demikian karena itu adalah nama dan simbol yang
membentuk ciri-cirinya, dan tidak ada ciri-ciri di dalam gejala
kejadian. Oleh karena itu, ini disebut ketiadaan intisari pada
ciri-ciri."
"Kulaputra, Kemunculan dari gejala kejadian tidak memiliki
intisari, karena semua gejala kejadian yang muncul bergantungan
pada yang lain. Ini demikian karena ia bergantung pada kekuatan
sebab-musabab dari yang lain dan tidak muncul dari dirinya
sendiri. Oleh karena itu, ini disebut ketiadaan intisari pada
yang muncul."
"Kulaputra, kebenaran tertinggi dari semua gejala kejadian tidak
memiliki intisari, karena dari kemunculannya, semua gejala
kejadian tidak memiliki intisari. ini adalah apa yang Saya sebut
sebagai tiada intisari yang sama dengan kemunculan yang
berkondisi dari semua 'gejala kejadian (dharma)'. Saya juga
menyebutnya sebagai ketiadaan intisari dari makna tertinggi
karena Saya mengajarkan bahwa di antara semua gejala kejadian,
bahwa, alam yang muatannya termurnikan dari pemahaman adalah
yang dianggap sebagai ketiadaan intisari dari makna tertinggi.
Ciri-ciri dari pola yang saling bergantungan lainnya dari
kesadaran, bagaimanapun, bukanlah diri mereka sendiri sebagai
alam dari objek yang termurnikan dari pemahaman ini. Oleh karena
itu, Saya menyebutnya sebagai ketiadaan intisari dari makna
tertinggi."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, ciri-ciri yang sepenuhnya
tersempurnakan dari semua gejala kejadian juga adalah ketiadaan
intisari dari makna tertinggi; karena tiada diri di dalam semua
gejala kejadian, itu disebut sebagai makna tertinggi, atau tiada
intisari, karena ini adalah kebenaran dari makna tertinggi
(paramarthasatya), juga, karena itu terwujud melalui ketiadaan
intisari. Oleh karena itu, Saya menyebutnya sebagai ketiadaan
intisari dari makna tertinggi."
"Kulaputra, bunga di langit adalah sama seperti ketiadaan
intisari dari ciri-ciri, munculnya gambar-gambar ilusi adalah
sama seperti ketiadaan intisari dari yang muncul, yang demikian
itu juga merupakan ketiadaan intisari dari makna tertinggi. Sama
seperti ruang angkasa yang meliputi di mana-mana dengan tiada
bentuk kebendaan, demikian juga dengan ketiadaan intisari dari
makna tertinggi, yang meliputi di mana-mana dengan tiada diri di
dalam semua gejala kejadian."
"Kulaputra, ini adalah maksud yang mendasari tentang tiga jenis
dari ketiadaan intisari, di mana Saya telah mengajarkan bahwa
semua gejala kejadian tidak memiliki intisari.
Paramarthasamudgata, Anda harus memahami bahwa itu adalah dengan
maksud yang mendasari ini tentang ketiadaan intisari dari
ciri-ciri, di mana Saya mengajarkan bahwa semua gejala kejadian
tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan
sifat alaminya adalah Nirvana. Mengapa begini? Karena,
Paramarthasamudgata, jika ciri-ciri dari gejala kejadian tidak
ada, maka itu tidak muncul. Jika itu tidak muncul, maka itu
tidak punah. Jika itu tidak punah, maka asal-mulanya adalah yang
diam tenang. Jika awalnya adalah yang diam tenang, maka itu
sifat alaminya adalah di dalam keadaan dari Nirvana. Yang sifat
alaminya di dalam keadaan dari Nirvana, maka tidak ada bahkan
bagian terkecil sekalipun yang bisa menyebabkan kembali lagi ke
penghentian terakhir. Oleh karena itu, dengan maksud yang
mendasari ini tentang ketiadaan intisari dari ciri-ciri, Saya
telah mengajarkan bahwa semua gejala kejadian tidak dihasilkan,
tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah
Nirvana."
"Kulaputra, itu adalah dengan maksud yang mendasari ini tentang
ketiadaan intisari dari kebenaran tertinggi yang terwujud
melalui ketiadaan diri dari gejala kejadian bahwa Saya
mengajarkan semua gejala kejadian tidak dihasilkan, tidak punah,
yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana.
Ketiadaan intisari dari makna tertinggi ini yang terwujud
melalui ketiadaan diri dari gejala kejadian adalah yang selalu
dan selamanya abadi, karena sifat alami yang sesungguhnya dari
semua gejala kejadian tinggal berdiam di dalam keadaan yang
tidak berkondisi dan tidak terhubung dengan kekotoran apapun.
Dan karena sifat alami yang sesungguhnya dari semua gejala
kejadian tinggal berdiam didalam keabadian, itu adalah yang
tidak berkondisi. Karena itu tidak berkondisi, itu tidak
dihasilkan dan tidak punah. Karena itu tidak tercampuraduk
dengan kekotoran apapun, itu asal-mulanya adalah yang diam
tenang dan pada dasarnya di dalam Nirvana. Oleh karena itu,
dengan maksud yang mendasari ini tentang ketiadaan intisari dari
makna tertinggi yang terwujud melalui ketiadaan diri dalam
gejala kejadian, Saya telah mengajarkan bahwa semua gejala
kejadian tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam
tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, Saya tidak mengemukakan tiga
jenis dari ketiadaan intisari ini karena di antara beranekaragam
makhluk hidup di dunia, beberapa menganggap pola kemelekatan
gagasan sebagai intisari yang berbeda, atau karena mereka
menganggap pola ketergantungan lainnya atau pola kesempurnaan
penuh sebagai intisari yang berbeda. Melainkan karena para
makhluk hidup menempatkan pola kemelekatan gagasan di atas yang
bergantungan lainnya dan kesempurnaan penuh bahwa Saya
mengemukakan tiga jenis dari ketiadaan intisari ini. Para
makhluk hidup, karena mereka membayangkan ada intisari dan
ciri-ciri yang dilekati di dalam pola ketergantungan lainnya dan
pola yang sepenuhnya tersempurnakan, menghasilkan perkataan
tentang ini dan itu. Sampai ke tingkat menghasilkan perkataan,
mereka melekat pada gambaran intisari di dalam pola
ketergantungan lainnya dan yang sepenuhnya tersempurnakan karena
pikiran mereka terresapi dengan perkataan, pemahaman mereka
mengikuti perkataan, kecenderungan mereka mengarah ke perkataan.
Jadi, mereka melekat pada berbagai macam intisari yang
dibayangkan dan ciri-ciri dalam pola ketergantungan lainnya dan
yang sepenuhnya tersempurnakan dari kesadaran. Dengan melekati
pola-pola seperti itu, mereka melekat pada pola yang
dibayangkan. Oleh karena itu, mereka akan mendatangkan pola
ketergantungan lainnya di masa depan. Dikotori oleh nafsu,
tindakan, dan kelahiran, mereka akan berpacu di siklus
perpindahan dalam waktu yang lama. Untuk waktu yang lama, mereka
akan beredar di sana tanpa henti dan mengalami penderitaan, baik
di dalam neraka, di antara para hewan, di antara para preta,
atau di surga, di antara para dewa, atau di antara para
manusia."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, Saya mengkhotbahkan Dharma
tentang ketiadaan intisari dari yang muncul untuk semua makhluk
hidup yang belum menanam akar kebajikan, yang belum menyucikan
diri sendiri dari rintangan, yang belum mematangkan kelangsungan
dari kesadaran mereka, yang belum menumbuhkan pembebasan, yang
belum mampu mengumpulkan dua syarat: kebajikan dan
kebijaksanaan. Ketika mereka hadir untuk mendengar Dharma ini,
mereka akan dapat, sesuai dengan kemampuan mereka, memahami
bahwa semua keadaan yang berkondisi, yang muncul secara
ber-ketergantungan, adalah yang tidak abadi, tidak tetap, tidak
menghibur, kesementaraan yang menyedihkan, dan merusak. Kemudian
pikiran mereka akan menghasilkan ketakutan yang mendalam dan
kebencian pada semua keadaan yang berkondisi. Ketika ini
terjadi, maka mereka akan menolak segala kejahatan. Ketika
mereka tidak lagi melakukan kejahatan, mereka akan dapat
menumbuhkan dan mempraktekkan kebaikan. Dengan mempraktekkan
kebaikan, mereka akan dapat menanam akar kebajikan yang
sebelumnya tidak ditanam, mereka akan dapat memurnikan rintangan
yang sebelumnya tidak dimurnikan, mereka akan dapat mematangkan
kelangsungan mereka yang sebelumnya tidak dimatangkan. Karena
itu, mereka akan menumbuhkan pembebasan dan mengumpulkan dua
syarat: kebajikan dan kebijaksanaan."
"Walaupun mereka menanam akar kebajikan hingga mengumpulkan dua
syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan ini, namun di dalam
ketiadaan intisari dari yang muncul, mereka tidak akan
benar-benar dapat memahami ketiadaan intisari dari ciri-ciri dan
dua jenis dari ketiadaan intisari dari makna tertinggi. mereka
masih belum mampu secara sempurna membenci semua keadaan yang
berkondisi. mereka masih belum mampu memotong putus nafsu
keinginan mereka atau menjadi sempurna terbebaskan. mereka tidak
akan sepenuhnya terbebaskan dari kotoran dari nafsu. mereka
tidak akan sepenuhnya terbebaskan dari kotoran dari tindakan,
mereka tidak akan sepenuhnya terbebaskan dari kotoran dari
kelahiran."
"Ini adalah demi mereka bahwa sang Tathagata lebih lanjut
mengajarkan Dharma ini tentang ketiadaan intisari dari ciri-ciri
dan ketiadaan intisari dari makna tertinggi. Dia tentu
berkehendak untuk memimpin mereka agar dapat secara sempurna
membenci semua keadaan yang berkondisi, secara sempurna memotong
putus nafsu keinginan mereka, secara sempurna terbebaskan, dan
untuk melampaui kotoran dari semua nafsu, tindakan, dan
kelahiran."
"Ketika mereka hadir untuk mendengar Dharma ini, maka di dalam
ketiadaan intisari dari yang muncul, mereka akan mampu secara
sempurna percaya dan memahami ketiadaan intisari dari ciri-ciri
dan ketiadaan intisari dari makna tertinggi. Mereka akan
merenungkan, berpikir, dan benar-benar mengerti, untuk di dalam
pola yang saling bergantungan lainnya dari kesadaran, mereka
tidak akan melekat pada intisari yang dibayangkan atau
ciri-ciri. Dikarenakan oleh kebijaksanaan tidak diresapi oleh
perkataan, karena kebijaksanaan yang mendalam tidak dibentuk
oleh perkataan, karena kebijaksanaan terbebas dari kecenderungan
terhadap perkataan, mereka akan dapat menghancurkan pola yang
muncul ber-ketergantungan pada yang lain, dan, ditopang oleh
kekuatan kebijaksanaan dari Dharma ini, mereka akan mampu
memotong putus semua penyebab untuk [kelahiran kembali] masa
depan selamanya. Dikarenakan oleh itu, mereka akan dapat
membenci semua keadaan yang berkondisi, mereka akan dapat
memotong putus semua nafsu keinginan mereka dan menjadi sempurna
terbebaskan. Mereka akan dapat sepenuhnya terbebas dari tiga
kotoran dari nafsu, tindakan, dan kelahiran."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, karena mereka mengikuti
Jalan ini, semua makhluk hidup itu yang dari Sr&#257;vakayana
akan mencapai Nirvana yang tenang dan tidak tertandingi,
demikian juga semua orang yang dari PratyekaBuddhayana atau yang
dari kendaraan Tathagata akan mencapai Nirvana yang tenang dan
tidak tertandingi. Ini adalah satu-satunya jalan pemurnian yang
menakjubkan untuk semua Sr&#257;vaka, PratyekaBuddha, dan
Bodhisattva. Ini adalah satu-satunya pemurnian tertinggi. Tidak
ada yang lain. Ini adalah dengan maksud yang mendasari ini
dimana Saya telah mengajarkan bahwa hanya ada satu kendaraan.
Ini tidak berarti bahwa di dalam dunia makhluk hidup tidak ada
makhluk hidup yang dari berbagai garis keturunan yang berbeda,
ada beberapa yang indriyanya lemah, ada juga yang indriyanya
sedang, dan ada beberapa yang indriyanya tangkas."
"Kulaputra, orang yang dari silsilah Sr&#257;vaka, yang mengarah
ke ketenangan, bahkan jika dia akan secara terampil dibimbing
melalui semangat ketekunan dari semua Buddha, namun tidak akan
dapat dibimbing untuk duduk di atas kursi kebijaksanaan dan
mencapai Anuttar&#257; Samyaksambodhi. Ini begitu karena dari
asalnya, mereka memiliki hanya silsilah yang lebih rendah,
karena belas-kasih mereka telah lemah, karena mereka telah hidup
di dalam ketakutan pada penderitaan. Karena belas-kasih mereka
telah lemah, mereka telah berpaling dari perbuatan yang
menguntungkan dan menggembirakan semua makhluk hidup. Karena
mereka telah hidup di dalam ketakutan pada penderitaan, mereka
telah berpaling dari menimbulkan kegiatan yang berkondisi. Saya
tidak pernah mengajarkan bahwa orang yang berpaling dari
perbuatan yang menguntungkan dan menggembirakan semua makhluk,
yang berpaling dari menimbulkan kegiatan yang berkondisi, akan
duduk di atas kursi kebijaksanaan dan mencapai Anuttar&#257;
Samyaksambodhi. Oleh karena itu, Saya mengajarkan bahwa orang
seperti itu disebut Sr&#257;vaka yang sepenuhnya bertujuan pada
ketenangan."
"Namun jika orang yang dari silsilah Sr&#257;vaka akan berbalik
menuju ke kebijaksanaan, Saya akan mengenalnya sebagai seorang
Bodhisattva. Ini begitu karena, setelah terbebaskan dari
rintangan nafsu gairah, ketika dia menerima kebangkitan semesta
dari semua Tathagata, pikirannya juga akan terbebaskan dari
hambatan untuk mengetahui. Karena pada awalnya, hanya bertujuan
untuk kepentingannya sendiri, ketekunan prakteknya membebaskan
dia dari rintangan nafsu gairah, dan oleh karena itu, sang
Tathagata menunjuk dia sebagai yang dari silsilah Sr&#257;vaka."
"Lebih lanjut, Paramarthasamudgata, para makhluk hidup memiliki
berbagai macam tingkat keyakinan pada ajaran disiplin yang Saya
telah jelaskan dengan baik dan Dharma yang baik yang diucapkan
dengan niat yang sepenuhnya murni. Namun sang Tathagata
mengandalkan pada tiga jenis dari ketiadaan intisari; Dan dengan
maksud yang mendalam seperti itu, Dia telah menjelaskan
rangkuman dari Dharma itu ketika Dia mengajarkan Sutra dari
makna yang mutlak, mengatakan bahwa semua gejala kejadian tidak
memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya
diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana; yang seperti itu
adalah ciri-cirinya yang tersembunyi dan yang mendalam."
"Jika para makhluk hidup itu, yang telah menanam akar kebajikan
yang unggul, yang telah termurnikan dari semua rintangan, yang
telah mematangkan kelanjutan dari kesadaran mereka, yang telah
berulang kali mengolah pembebasan, yang telah mampu mengumpulkan
syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan yang unggul; jika orang
seperti itu mengikuti ajaran Sutra tentang arti yang mutlak ini,
mereka akan sungguh memahami maksud yang mendasari kata-kata
Saya dan akan menimbulkan keyakinan yang mendalam dan pemahaman
tentang Dharma ini, karena mereka akan sungguh menembus makna
ini di dalam pemahaman yang sempurna. Mengandalkan praktek
penembusan itu, mereka akan bisa cepat mencapai tahap akhir.
Dikarenakan oleh menimbulkan keyakinan murni yang mendalam
kepada Saya, mereka akan tahu bahwa sang Tathagata adalah yang
mencapai kebangkitan tertinggi dan mewujudkan kebijaksanaan
sejati di dalam semua gejala kejadian."
"Ada para makhluk hidup yang bersifat jujur, yang telah menanam
akar kebajikan yang unggul, yang telah termurnikan dari semua
rintangan, yang telah mematangkan kelanjutan dari kesadaran
mereka, yang telah berulang kali mengolah pembebasan, tapi yang
belum mampu mengumpulkan syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan
yang unggul. Meskipun bersifat jujur, mereka tidak memiliki
kemampuan berpikir untuk membuat penilaian pada persoalan.
namun, karena mereka tidak mendirikan pandangan mereka sendiri,
ketika mereka mengikuti ajaran ini, meskipun mereka tidak
memiliki kemampuan yang sungguh memahami maksud yang mendasari
kata-kata Saya, namun mereka akan dapat menimbulkan keyakinan
yang mendalam di dalam ajaran ini. mereka akan percaya di dalam
Sutra ini : 'Ajaran dari sang Tathagata adalah pemberitahuan
yang paling mendalam, yang berhubungan dengan kekosongan yang
paling mendalam, sulit dilihat, sulit dipahami, melampaui
pemikiran, bukan di dalam lingkup perenungan awam, yang
diartikan secara halus, yang dipahami oleh para bijaksana.' Tapi
mereka tinggal berdiam di dalamnya dengan kerendahan hati dan
berkata: 'Kebijaksanaan dari semua Buddha adalah yang mendalam.
Kenyataan dari semua gejala kejadian adalah yang mendalam. Hanya
para Buddha Tathagata yang dapat memahaminya dengan baik, karena
itu bukanlah sesuatu yang kami mampu pahami! Demi para makhluk
hidup yang dari berbagai macam minat, semua Buddha Tathagata
telah memutar Roda Saddharma, karena kebijaksanaan dan wawasan
dari semua Buddha Tathagata adalah yang tidak terbatas,
sementara kebijaksanaan dan wawasan kami seperti jejak kaki sapi
yang mengikuti di belakang Mereka.' Meskipun mereka mampu
menghormati Sutra ini dan mengumumkannya kepada orang lain,
menyalinnya dan melindunginya, membukanya dan menyebarkannya,
memuliakannya dan menyembahnya, membacanya dan mengingatnya,
namun mereka masih tidak akan mampu di dalam usaha untuk
bermeditasi padanya, dan dengan demikian, mereka tidak akan
mampu menembus maksud yang mendasari kata-kata Saya itu. Tapi
para makhluk hidup itu akan dapat meningkatkan syarat dari
kebajikan dan kebijaksanaan, dan mereka akan dapat mematangkan
kelanjutan dari kesadaran mereka yang belum matang."
"Ada para makhluk hidup yang sama seperti mereka, belum mampu
mengumpulkan syarat dari kebajikan dan kebijaksanaan, tetapi
yang bukan dari sifat alami yang jujur. Meskipun mereka memiliki
kemampuan untuk membuat penilaian pada persoalan, namun, tinggal
berdiam di dalam pandangan mereka sendiri, bahkan jika mereka
mendengar Dharma ini, mereka tidak akan dapat sungguh memahami
maksud yang mendasari kata-kata Saya itu. Bahkan jika mereka
menimbulkan keyakinan dan pemahaman di dalam Dharma ini, mereka
hanya akan melekati huruf-huruf yang mengungkapkan arti, yaitu:
bahwa semua gejala kejadian tidak memiliki intisari, tidak
dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat
alaminya adalah Nirvana. Akibatnya, mereka mengambil pandangan
dari tiada keberadaan dan ketiadaan semua ciri-ciri. Dengan
pandangan dari tiada keberadaan dan ketiadaan semua ciri-ciri,
mereka meniadakan semua ciri-ciri karena segala sesuatu tiada
berciri-ciri. mereka membuang dan meniadakan tidak hanya
ciri-ciri dari kemelekatan gagasan, tetapi juga ciri-ciri dari
yang saling bergantungan lainnya dan ciri-ciri yang sepenuhnya
sempurna. Sekarang, kemampuan untuk menunjuk pola yang
dibayangkan mengandaikan bahwa pola ketergantungan lainnya dan
pola yang sepenuhnya tersempurnakan dijelaskan melalui
ciri-ciri. Jika, lalu, di dalam membuang dan meniadakan
ciri-ciri yang dibayangkan, mereka menganggap ciri-ciri dalam
pola ketergantungan lainnya dan yang sepenuhnya tersempurnakan
sebagai yang tiada ciri-ciri, mereka pada kenyataannya membuang
dan meniadakan semua tiga ciri-ciri. Mereka membentuk gagasan
tentang ajaran Saya, namun, dalam peniadaan makna, mereka tidak
membentuk gagasan tentang maknanya. Karena, sementara membentuk
gagasan pada ajaran Saya, dalam peniadaan makna, mereka tidak
membentuk gagasan pada maknanya. Mereka mempertahankan ajaran
ini, tetapi mereka tidak mempertahankan maknanya. Namun
demikian, karena mereka telah menimbulkan keyakinan dan
pemahaman pada ajaran ini, pahala kebajikan mereka akan
meningkat, tetapi mereka akan berpaling dari dan kehilangan
kebijaksanaan karena mereka menimbulkan kemelekatan pada yang
tiada makna. Karena mereka berpaling dari kebijaksanaan, mereka
akan kehilangan Dharma yang luas dan tidak terbatas itu."
"Namun, para makhluk hidup lainnya, mendengarkan mereka dan
mengambil ajaran mereka sebagai Dharma dan peniadaan makna
mereka sebagai makna. Jika mereka mengikuti pandangan itu,
mereka akan membentuk gagasan tentang Dharma dari ajaran itu dan
gagasan tentang makna dari peniadaan makna itu, mereka akan
mengabdikan diri untuk ajaran itu sebagai Dharma dan peniadaan
makna itu sebagai makna. Oleh karena itu, mereka juga akan
berpaling dari dan kehilangan Saddharma."
"Para makhluk hidup lainnya tidak mengikuti pandangan ini,
tetapi segera setelah mereka mendengar bahwa semua gejala
kejadian tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak punah,
yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana,
mereka ketakutan. Merasa ketakutan seperti itu, mereka berkata:
'Ini bukan ajaran Buddha, melainkan ajaran Mara.' Dengan
pemahaman seperti itu, mereka menyerang dan menghina Sutra ini.
Oleh karena itu, mereka menghadapi kemalangan besar dan
dirintangi oleh hambatan dari karma mereka. Ini adalah mengapa
Saya telah mengajarkan bahwa jika orang membentuk pandangan
bahwa semua ciri-ciri adalah tiada ciri-ciri dan mengumumkan
ketiadaan makna ini sebagai makna, ini akan mendatangkan
rintangan karma. Karena mereka menipu para makhluk hidup yang
tidak terbatas banyaknya, mereka menyebabkan mereka juga menjadi
dirintangi oleh hambatan dari karma ini."
"Kulaputra, ada para makhluk hidup lainnya yang belum menanam
akar kebajikan, yang belum termurnikan dari semua rintangan,
yang belum mematangkan kelanjutan dari kesadaran mereka, yang
belum mengulang tekat mereka, yang belum mengumpulkan syarat
dari kebajikan dan kebijaksanaan, dan bukan dari sifat alami
yang jujur. Meskipun mereka mampu merenung untuk menilai
persoalan, namun, mereka selalu mempertahankan pandangan mereka
sendiri,
"Bahkan jika mereka mendengar ajaran ini, mereka tidak akan
dapat sungguh memahami maksud yang mendasari kata-kata Saya itu
ataupun tidak memiliki keyakinan yang mendalam di dalam ajaran
ini. Mereka akan membentuk gagasan bahwa ajaran ini bukan Dharma
dan bahwa makna ini bukan makna. Melekat pada gagasan bahwa
ajaran ini bukan Dharma dan bahwa makna ini bukan makna, mereka
mengumumkan penilaian mereka, dengan mengatakan: 'Ini bukanlah
ajaran Buddha, tetapi dari Mara'. Dengan pemahaman seperti itu,
mereka memfitnah, menolak, kutukan, dan mencaci Sutra ini
sebagai yang tidak berguna dan keliru; dan dengan cara-cara yang
tidak terhitung, mereka menyerang, mengkritik, dan membuang
Sutra ini. Mereka menganggap semua orang yang memiliki keyakinan
di dalam Sutra ini sebagai kelompok saingan. Dari awal, mereka
dirintangi oleh hambatan dari karma mereka, dan dengan demikian
mereka menghalangi orang lain melalui rintangan karma ini.
Sangat mudah untuk menggambarkan awal dari rintangan karma ini,
atau untuk memperkirakan berapa banyak ratusan ribu kalpa yang
dibutuhkan untuk mengatasinya."
"Ini, Kulaputra, adalah perbedaan di dalam berbagai jenis
tingkat keyakinan dari para makhluk hidup terhadap ajaran
disiplin yang Saya telah jelaskan dengan baik dan Dharma yang
baik yang diucapkan dengan niat yang sepenuhnya murni."
Pada saat itu, sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk
menegaskan arti-Nya :
Semua dharma tidak memiliki intisari,
tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang;
Semua dharma sifat alaminya adalah Nirvana.
Orang bijak manakah yang akan berbicara itu tiada maksud
tersembunyi yang mendasarinya?
Ciri-ciri, kemunculan, dan kebenaran tertinggi dari dharma
adalah yang tiada intisari,
Hal itu, Saya telah mengajarkannya;
Orang yang tidak mengetahui maksud tersembunyi yang mendasari
ini dari sang Buddha,
Kehilangan jalan yang benar, tidak bisa pergi diatasnya.
Jalan kemurnian dan penyucian mengandalkan satu ini,
karena tidak ada yang lainnya;
Oleh karena itu, Saya mendirikan satu kendaraan,
tidak berarti bahwa tiada perbedaan jenis dari makhluk hidup.
Tidak terhitung banyaknya orang dalam dunia makhluk hidup,
mencari Nirvana hanya untuk diri mereka sendiri;
Sangat langka orang yang berbelas kasih dan berani, yang
mencapai Nirvana,
namun tidak meninggalkan makhluk hidup lainnya.
Di dalam alam yang tiada kotoran (anasravadhatu), yang halus dan
tidak terbayangkan,
Pembebasan adalah yang sama, yang tanpa perbedaan;
Semua makna tercapai, angan-angan khayalan dan penderitaan
terlenyapkan.
Tiada mendua atau perbandingan, inilah yang disebut kebahagiaan
abadi.
Pada saat itu, Paramarthasamudgata Bodhisattva Mahasattva
menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, maksud yang
mendasari kata-kata dari semua Bhagavan Buddha adalah yang
langka, sungguh langka, yang halus, sungguh halus, yang
mendalam, sungguh mendalam, yang sulit ditembus, sungguh sulit
ditembus! Saya sekarang memahami arti yang diucapkan oleh sang
Bhagavan dalam cara ini. Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa
ciri-ciri dari semua dharma pada dasarnya adalah yang tanpa
intisari dalam mengacu pada pola kemelekatan pada apa yang
dibayangkan, dimana hubungan dari nama dan simbol pada gambar
yang berkondisi, yang mendukung ciri-ciri gambaran yang
dibayangkan itu melekat dalam wilayah pembedaan, yang dianggap
menjadi 'kumpulan dari bentuk kebendaan (rupa skandha)',
ciri-ciri gambaran dari intisarinya, ciri-ciri gambaran dari
perbedaan khususnya, dimana hubungan dari nama dan simbol
dianggap menjadi ciri-ciri dari intisari atau perbedaan yang
timbul dari bentuk kebendaan, kepunahan dari bentuk kebendaan,
atau pemutusan abadi dari bentuk kebendaan."
"Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa kemunculan dari semua
dharma pada dasarnya tanpa intisari, dan satu aspek darinya
adalah bahwa makna tertinggi pada dasarnya tanpa intisari dalam
mengacu pada pola ketergantungan lainnya, yang adalah gambaran
berkondisi yang mendukung ciri-ciri gambaran yang dibayangkan
itu melekat dalam wilayah pembedaan. Sekarang Saya memahami
makna ini yang diucapkan oleh sang Bhagavan sebagai berikut,
untuk ciri-ciri itu yang melekati melalui pembayangan gagasan
pada gambaran yang berkondisi yang mendukung kemelekatan gagasan
seperti itu dalam wilayah pembedaan, tidak mengesahkan apapun
yang nyata, dan ini adalah sifat alaminya sebagai yang tiada
intisari.
"Sang Bhagavan telah menjelaskan aspek lain darinya bahwa makna
tertinggi adalah yang tanpa intisari dalam mengacu pada pola
kesempurnaan penuh, muatan yang termurnikan dari pemahaman yaitu
ketiadaan diri dari dharma, yaitu Tathat&#257;, yaitu yang
disebut pola kesempurnaan penuh. Ini adalah bagaimana rupa
skandha atau skandha lainnya harus dijelaskan. Ini adalah
bagaimana masing-masing dari dua belas landasan
(dv&#257;da&#347;a-&#257;yatana) harus dijelaskan. Ini adalah
bagaimana masing-masing dari dua belas cabang dari keberadaan
(prat&#299;tyasamutp&#257;da) harus dijelaskan. Ini adalah
bagaimana masing-masing dari empat makanan
(catur-&#257;h&#257;ra) harus dijelaskan. Ini adalah bagaimana
masing-masing dari enam alam (sad-dh&#257;tu) dan delapan belas
unsur (ast&#257;da&#347;a-dh&#257;tu) harus dijelaskan."
"Saya mengerti makna ini yang diucapkan oleh sang Bhagavan
sebagai berikut. Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa ciri-ciri
dari semua dharma pada dasarnya tanpa intisari dalam mengacu
pada pola kemelekatan yang dibayangkan, yaitu, kenyataan bahwa
hubungan dari nama dan simbol pada gambar yang berkondisi yang
mendukung kemelekatan pada ciri-ciri gambaran yang dibayangkan
dalam wilayah pembedaan dianggap sebagai kebenaran dari
penderitaan. Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa kemunculan
dari semua dharma pada dasarnya tanpa intisari dalam mengacu
pada pola ketergantungan lainnya, yaitu, gambaran berkondisi
yang mendukung kemelekatan pada ciri-ciri gambaran yang
dibayangkan dalam wilayah pembedaan. Sekarang Saya memahami
makna ini yang diucapkan oleh sang Bhagavan sebagai berikut,
karena gambaran berkondisi itu yang mendukung kemelekatan pada
yang dibayangkan dalam wilayah pembedaan tidak mengesahkan
apapun yang nyata, intisarinya justru tanpa intisari, karena ini
adalah ketiadaan diri dari dharma, kenyataan yang apa adanya
(Tathat&#257;), muatan yang termurnikan dari pemahaman. Inilah
yang disebut pola kesempurnaan penuh. Mengacu pada ini, sang
Bhagavan telah menjelaskan aspek lainnya bahwa makna tertinggi
pada dasarnya tanpa intisari. Tiga kebenaran lainnya (dari Empat
Kesunyataan Mulia) harus dijelaskan sama seperti kebenaran
pertama dari penderitaan ini, demikian juga pemusatan perhatian,
peninggalan yang benar, kemampuan ajaib, organ indera, kekuatan,
faktor kebangkitan, dan ruas jalan dari Arya. Semua ini harus
dijelaskan dengan cara ini."
"Saya mengerti makna ini yang diucapkan oleh sang Bhagavan
sebagai berikut. Sang Bhagavan telah menjelaskan bahwa ciri-ciri
dari semua dharma pada dasarnya tanpa intisari dalam mengacu
pada pola kemelekatan yang dibayangkan, yaitu, kenyataan bahwa
hubungan dari nama dan simbol pada gambar yang berkondisi yang
mendukung kemelekatan pada yang dibayangkan dalam wilayah
pembedaan dianggap sebagai ciri-ciri intisari atau yang khusus
dari Samadhi yang benar, kemampuannya untuk mengendalikan, mana
yang harus dikendalikan, pengolahannya yang benar untuk
menghasilkan apa yang belum dihasilkan, penguatannya pada apa
yang telah dihasilkan, tiada kelupaan, pengolahannya yang
berulang, peningkatannya dan pengembangannya. Sang Bhagavan
telah menjelaskan bahwa kemunculan dari dharma pada dasarnya
tanpa intisari, dan satu aspeknya adalah kebenaran tertinggi
pada dasarnya tanpa intisari dalam mengacu pada pola
ketergantungan lainnya, yaitu, gambaran berkondisi yang
mendukung kemelekatan pada yang dibayangkan dalam dalam wilayah
pembedaan. Saya akan menjelaskan arti yang diucapkan oleh sang
Bhagavan sebagai berikut: jika, di dalam gambaran berkondisi itu
yang mendukung kemelekatan pada ciri-ciri yang dibayangkan dalam
wilayah pembedaan, ciri-ciri yang melekat melalui imajinasi itu
tidak mengesahkan apapun yang nyata, maka ini adalah intisari
yang pada dasarnya tanpa intisari, ketiadaan diri dari dharma,
kenyataan yang apa adanya (Tathat&#257;), muatan yang
termurnikan dari pemahaman. Inilah yang disebut pola
kesempurnaan penuh."
"Bhagavan, sama seperti jahe kering harus dimasukkan ke dalam
resep dari semua bubuk obat dan ramuan, demikian juga, Bhagavan,
'ajaran (Dharma)' yang jelas itu bahwa semua 'gejala kejadian
(dharma)' tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak
punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah
Nirvana harus dimasukkan ke dalam semua Sutra dari makna yang
mutlak. Bhagavan, sama seperti zat pewarna menyerap meliputi
semua warnanya dengan sama, corak tunggal dari warnanya, apakah
biru, kuning, merah, atau putih, dan dengan demikian menunjukkan
tindakan mewarnai itu, demikian juga, Bhagavan, Dharma yang
jelas itu bahwa semua dharma tidak memiliki intisari, tidak
dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat
alaminya adalah Nirvana menyerap meliputi semua Sutra dari makna
yang mutlak dengan sama, corak tunggal, dan dengan demikian
menunjukkan makna kemutlakan dari Sutra-Sutra itu. Bhagavan,
sama seperti penambahan mentega yang murni untuk hidangan yang
dimasak seperti kue atau nasi menghasilkan rasa yang lezat,
demikian juga, Bhagavan, penambahan Dharma yang jelas itu bahwa
semua dharma tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan, tidak
punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah
Nirvana pada Sutra-Sutra dari makna yang mutlak menghasilkan
kesenangan yang sangat indah. Bhagavan, sama seperti ruang
angkasa meliputi dimana-mana dengan sama, satu rasa dan tidak
menghalangi kegiatan, demikian juga, Bhagavan, Dharma yang jelas
itu bahwa semua dharma tidak memiliki intisari, tidak
dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat
alaminya adalah Nirvana meliputi semua Sutra dari makna
kemutlakan dengan sama, satu rasa dan tidak menghalangi kegiatan
yang dilakukan oleh para &#346;r&#257;vaka, Pratyekabuddha,
Bodhisattva."
Pada saat itu, sang Bhagavan memuji sang Bodhisattva
Paramarthasamudgata dengan berkata: "Sangat baik, sangat baik,
Kulaputra, bahwa Anda telah mampu memahami dengan baik maksud
yang mendasari ucapkan sang Tathagata, Juga perumpamaan dari
jahe kering, zat pewarna, mentega, dan ruang angkasa adalah
tepat pada artinya. Itu, Paramarthasamudgata, adalah sama
persis, tidak berbeda sama sekali. Hal ini sama persis seperti
yang Anda telah pertahankan."
Pada saat itu, Paramarthasamudgata Bodhisattva Mahasattva
menyapa sang Bhagavan dan berkata: "Di Varanasi, di Resipatana,
di dalam Taman Rusa, sang Bhagavan memutar Roda Dharma untuk
pertama kali, Empat Kebenaran Mulia
(catv&#257;ry&#257;ryasaty&#257;ni) untuk Mereka yang menetap di
&#346;r&#257;vakayana. Pemutaran Roda ini luar biasa
menakjubkan, yang tidak ada seorangpun, apakah dewa atau
manusia, mampu memutarnya di dunia sebelumnya. Walaupun begitu,
Roda Dharma ini yang diputar oleh sang Bhagavan masih ada yang
lebih unggul melampauinya, karena ada celah untuk disangkal,
harus diartikan, dan menyebabkan perdebatan. Kemudian sang
Bhagavan dengan maksud yang mendasari memutar Roda Dharma untuk
kedua kalinya demi Mereka yang menetap di Mah&#257;y&#257;na,
bahwa semua dharma tidak memiliki intisari, tidak dihasilkan,
tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan sifat alaminya adalah
Nirvana. Pemutaran Roda ini bahkan lebih luar biasa menakjubkan.
Walaupun begitu, Roda Dharma ini yang diputar oleh sang Bhagavan
masih ada yang lebih unggul melampauinya, karena ada celah untuk
disangkal, harus diartikan, dan menyebabkan perdebatan. Kemudian
sang Bhagavan dengan kejelasan yang lengkap untuk ketiga kalinya
memutar Roda Dharma untuk Mereka yang menetap di semua Kendaraan
(sarvay&#257;na), bahwa semua dharma tidak memiliki intisari,
tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam tenang, dan
sifat alaminya adalah Nirvana. Pemutaran Roda Dharma ini adalah
yang paling luar biasa menakjubkan, yang tidak pernah terjadi di
dunia, tiada yang mengunggulinya, tidak mengandung makna yang
tersembunyi, tidak menyebabkan perdebatan."
"Bhagavan, jika kulaputra atau kuladuhitr&#257;, setelah
mendengar Dharma ini, bahwa semua dharma tidak memiliki
intisari, tidak dihasilkan, tidak punah, yang awalnya diam
tenang, dan sifat alaminya adalah Nirvana, dengan makna yang
jelas seperti yang telah diucapkan oleh sang Tathagata, akan
mempercayainya, menyalinnya, melindunginya, menghormatinya,
menyebarkannya, membacanya, atau bermeditasi dan merenungkannya,
berapa banyak pahala kebajikan yang mereka akan timbulkan
melalui usaha bermeditasi merenungkannya itu?"
Pada saat itu sang Bhagavan menyapa Paramarthasamudgata
Bodhisattva Mahasattva dan berkata: "Pahala kebajikannya,
Paramarthasamudgata, yang dihasilkan oleh kulaputra atau
kuladuhitr&#257; itu akan tidak terbatas, tidak terhitung, tiada
bandingan. Saya akan memberitahukan bagian kecilnya untuk Anda,
sama seperti sedikit butiran debu di kuku orang dibandingkan
dengan tanah bumi. Ini tidak sama dengan seperseratus bagiannya,
atau seperseribu bagiannya, atau seperseratusribu bagiannya. Ini
tidak bisa diperhitungkan sebagai bahkan bagian terkecilnya.
Atau itu sama seperti genangan air di jejak kaki sapi
dibandingkan dengan perairan dari empat Maha Samudra. Ini tidak
sama dengan seperseratus bagiannya, atau seperseribu bagiannya,
atau seperseratusribu bagiannya. Ini tidak bisa diperhitungkan
sebagai bahkan bagian terkecilnya. Yang seperti itu adalah yang
akan menjadi pahala kebajikan yang dicapai dengan mendengar dan
percaya dan dengan usaha yang dikerahkan untuk bermeditasi
merenungkan Dharma dari Sutra makna kemutlakan ini. Namun,
bahkan ini tidak sampai ke seperseratus bagiannya, tidak sampai
ke bagian terkecil dari pahala kebajikan yang dicapai dengan
mendengar dan percaya dan dengan usaha yang dikerahkan untuk
bermeditasi merenungkan Dharma dari Sutra makna kemutlakan ini.
"
Kemudian sang Bodhisattva Paramarthasamudgata menyapa sang
Buddha dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kami menamai Dharma
dari penjelasan maksud yang mendasari ini? Bagaimana kami
menghormatinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Paramarthasamudgata
dengan berkata: "Itu, Kulaputra, dinamakan Dharma yang lengkap
pada makna tertinggi (paramarthaparipurnadharma), dan Anda harus
menghormatinya seperti itu."
Ketika Dharma yang lengkap pada makna tertinggi ini telah
diumumkan di dalam perkumpulan majelis yang besar, enam ratus
ribu makhluk hidup menghasilkan pikiran yang bertekad untuk
Anuttar&#257;h Samyaksambodhi Abhisambuddha. Tiga ratus ribu
&#346;r&#257;vaka menghapus diri mereka sendiri jauh dari
kekotoran dan pencemaran, melalui Dharma ini, mencapai mata
kebijaksanaan Dharma. Seratus lima puluh ribu &#346;r&#257;vaka
dengan pasti memisahkan diri mereka sendiri dari semua keadaan
pikiran yang tercemar dan mencapai pembebasan. Tujuh puluh lima
ribu Bodhisattva mencapai kesabaran menerima gejala kejadian
sebagai yang tidak dihasilkan (anutpattikadharmaks&#257;nti).
____________________________________________
Kebenaran dari Makna Tertinggi (param&#257;rtha-satya) adalah
kekosongan dari semua gejala kejadian (sarvadharma shunyata),
juga adalah sifat alami yang sesungguhnya dari gejala kejadian,
yang tidak memiliki kekukuhan yang berdiri sendiri.
Dua belas landasan (dv&#257;da&#347;a-&#257;yatana) : Makhluk
hidup terdiri dari dua belas landasan indera, yaitu: enam
indriya (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran) dan
enam objek tujuan indera (pemandangan, suara, aroma, rasa,
sentuhan, dan objek tujuan pikiran mereka). Enam Indriya juga
dinamakan Enam bidang bagian dalam, dan objek tujuannya
dinamakan Enam bidang bagian luar.
Empat makanan (catur-&#257;h&#257;ra) : (1) makanan yang
dimakan; (2) makanan yang berhubungan dengan objek tujuan indera
yang menyenangkan, seperti pemandangan, suara, aroma, rasa, dan
sentuhan; (3) pembentukan dari makanan pikiran, seperti
gagasan-ide, harapan, dan ingatan; dan (4) makanan dari
kesadaran yaitu gudang kesadaran (&#257;layavijnana) yang
mempertahankan proses tubuh dan pikiran orang serta membawa
benih-benih karma, yang akan menyebabkan kelahiran kembali di
masa depan. Makhluk awam di kamadhatu memerlukan empat jenis
makanan itu untuk bertahan hidup.
Kemunculan Yang Saling Bergantungan
(prat&#299;tyasamutp&#257;da) : Adalah Hukum Kesunyataan dari
dua belas nidana yang juga dinamakan Saddharma Pundarika, dimana
dijelaskan secara baik didalam Sutra Pintu Gerbang Dharma Sri
Lalitavistara
https://drive.google.com/file/d/0BxccXyKASl7paG1tYllacXp5aVk/view?usp=sharing<br
/>ini.
Enam unsur (sad-dh&#257;tu) : Makhluk hidup tercipta dari enam
unsur - tanah, air, api, angin, dan kesadaran dan tampil
memiliki ciri-ciri ini: zat padat, cairan, panas, gerak, ruang
di dalam tubuh, dan kesadaran. Makhluk yang tidak memiliki
kesadaran (tanaman atau pepohonan) tercipta dari lima unsur
pertama (tidak termasuk kesadaran).
Delapan belas bidang (ast&#257;da&#347;a-dh&#257;tu) : Makhluk
hidup tersusun dari delapan belas bidang, yaitu: enam indriya
(mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran), enam obyek
tujuan indera (pemandangan, suara, aroma, rasa, sentuhan, dan
objek tujuan pikiran), dan enam kesadaran (kesadaran mata,
kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, kesadaran
tubuh, dan kesadaran pikiran). Kesadaran pikiran yang adalah
kesadaran keenam, berfungsi melalui dirinya sendirinya serta
bersama-sama dengan lima kesadaran pertama. Sama seperti mata
adalah landasan fisik dimana kesadaran mata muncul, demikian
juga manas (indera pikiran) adalah landasan pikiran dimana
kesadaran pikiran muncul. Dalam Dharma Mahayana, manas juga
ditunjuk sebagai kesadaran ketujuh, yang memiliki empat
kekotoran batin bawaan: (1) khayalan diri, (2) cinta diri, (3)
pandangan diri, dan (4) kesombongan diri. &#256;laya yang adalah
kesadaran kedelapan, meskipun tidak secara tegas dimasukkan
kedalam Delapan belas bidang, ia adalah akar dari ini semua.
#Post#: 6--------------------------------------------------
Re: Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 9:51 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Maitreya-34x49.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Maitreya-34x49.jpg.html
[b]Maitreya Maha Bodhisattva
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/4rK26QLlM3k" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Milefo.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Milefo.jpg.html
Bab VIII
Maitreya Parivartah[/b][/center]
Pada saat itu, sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan
dan berkata: "Bhagavan, di dalam Mahayana, ketika Bodhisattva
mempraktekkan meditasi ketenangan yang sunyi (&#347;amatha) dan
wawasan kedalam sifat alami dari kenyataan
(vipa&#347;yan&#257;), apa dukungnnya? Apa pangkalannya?"
Sang Bhagavan menjawab: "Maitreya, Kulaputra, Anda harus
memahami bahwa di dalam Mahayana, ketika Bodhisattva
mempraktekkan &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;, dukungan dan
pangkalannya adalah penjelasan terperinci dari Dharma dan tekad
yang teguh untuk tidak menjauh dari Anuttar&#257;h
Samyaksambodhi."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Sang Bhagavan telah mengajarkan empat jenis objek pengamatan
dari &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;, yang pertama adalah
objek yang disertai dengan gambaran untuk perenungan, yang kedua
adalah objek yang tidak disertai dengan gambaran untuk
perenungan, yang ketiga adalah objek yang meluas hingga ke batas
dari gejala kejadian, dan yang keempat adalah objek yang
menyelesaikan tugas. di antara keempat ini, mana yang merupakan
objek dari &#347;amatha? mana yang merupakan objek dari
vipa&#347;yan&#257;? dan mana yang merupakan objek dari keduanya
bersama-sama?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Kulaputra, objek tunggal dari &#347;amatha adalah yang tidak
disertai dengan gambaran untuk perenungan. Objek tunggal dari
vipa&#347;yan&#257; adalah yang disertai dengan gambaran untuk
perenungan. Objek bersama dari keduanya adalah batas dari
kenyataan gejala kejadian dan penyelesaian tugas."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, bagaimanakah sang Bodhisattva mampu mencari
&#347;amatha dan menjadi terlatih dengan baik di dalam
vipa&#347;yan&#257; dengan menyokong dirinya sendiri pada empat
jenis objek dari &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Kulaputra,penjelasan terperinci dari Dharma seperti yang Saya
telah umumkan untuk para Bodhisattva tersusun dalam 'S&#363;tra
(percakapan ajaran dalam prosa)', 'Geya (Nyanyian yang
mengulangi ajaran)', 'Vy&#257;karana (ramalan)',
'G&#257;th&#257; (syair)', 'Ud&#257;na (Ungkapan yang dimulai
diri sendiri)', 'Nid&#257;na (Sebab dari percakapan ajaran)',
'Avad&#257;na (cerita perumpamaan)', 'Itivrttaka (Sutra yang
dimulai dengan 'Jadi telah dikatakan')', 'J&#257;taka (Kehidupan
masa lampau dari sang Buddha)', 'Vaipulya (Ajaran yang luas
panjang)', 'Adbhuta-dharma (Peristiwa keajaiban yang
menakjubkan)', 'Upade&#347;a (Pertunjukkan dari pengajaran)'.
Para Bodhisattva mendengar dengan penuh perhatian dan
menerimanya dengan patuh. Dengan kata-kata Mereka yang dipahami
dengan baik, ide-ide Mereka yang dipertimbangkan dengan baik,
pandangan Mereka yang terjernihkan dengan baik, sendirian di
hutan terpencil, Mereka memusatkan pikiran pada Dharma yang
Mereka telah dengar dan renungkan, karena Mereka sekarang telah
mampu merenungkan Dharma itu. Dalam kelangsungan pikiran batin
mereka fokus dan merenungkan, dan berulang kali tinggal berdiam
di dalam praktek yang benar ini. Mereka menempatkan tubuh dan
pikiran pada ketenangan. Inilah yang disebut &#347;amatha, dan
ini adalah bagaimana Bodhisattva mencari &#347;amatha."
"Dengan tubuh dan pikiran yang tenang, dan setelah meninggalkan
pikiran yang menduga-duga, Mereka sepenuhnya memeriksa dan
memahami Dharma itu yang mana mereka telah renungkan dengan
sangat baik dalam gambaran yang dihasilkan melalui pemusatan
pikiran (samadhi). Dalam makna-makna itu yang diketahui melalui
gambaran yang dihasilkan melalui samadhi, Mereka dapat secara
benar menyelidiki dan memeriksa, untuk merenungkan dan mencari
segala sesuatu, apakah kesabaran, kebahagiaan, kebijaksanaan,
pandangan, atau kebangkitan. Inilah yang disebut
vipa&#347;yan&#257;, dan ini adalah bagaimana Bodhisattva dapat
menjadi terlatih di dalam vipa&#347;yan&#257;."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, jika para Bodhisattva merenungkan dan memeriksa
'pikiran (citta)' tanpa telah mencapai ketenangan tubuh dan
pikiran, apa yang Anda sebut untuk jenis dari perenungan itu?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Kulaputra, itu bukanlah perenungan &#347;amatha. Namun itu
adalah perenungan yang seiring dengan penerapan untuk
&#347;amatha."
"Bhagavan, jika para Bodhisattva yang masih belum mencapai
ketenangan tubuh dan pikiran, dengan penuh perhatian merenungkan
gambaran sebagai objek konsentrasi batin dalam kesesuaian dengan
Dharma yang Mereka telah renungkan, disebut apakah jenis dari
perenungan itu?"
[Sang Bhagavan menjawab :] "Kulaputra, itu bukanlah perenungan
dari vipa&#347;yan&#257;! Namun itu adalah perenungan yang
seiring dengan penerapan yang mengarah ke vipa&#347;yan&#257;."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, apakah jalan dari &#347;amatha dan jalan dari
vipa&#347;yan&#257; dikatakan sebagai yang berbeda atau yang
sama?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Mereka, Kulaputra, harus dikatakan sebagai yang tidak berbeda
maupun yang tidak sama. Mereka tidak berbeda karena tujuan
mereka adalah objek yang diketahui di dalam vipa&#347;yan&#257;.
Mereka tidak sama karena gambaran untuk perenungan bukanlah
objek tujuan dari &#347;amatha."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, apakah gambaran yang dihasilkan melalui semua
konsentrasi dan penglihatan dikatakan sebagai yang berbeda atau
yang tidak berbeda dengan pikiran?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Mereka, Kulaputra, harus dikatakan sebagai yang tidak berbeda
dengan pikiran. Ini demikian karena gambaran itu hanyalah ide
gagasan. Kulaputra, Saya telah mengajarkan bahwa objek kesadaran
hanyalah perwujudan dari bentukan kesadaran saja."
"Bhagavan," [Maitreya bertanya,] "jika gambaran-gambaran itu
yang dihasilkan dengan cara ini adalah yang sama dengan pikiran,
maka bagaimanakah pikiran dapat merenungkan kembali dan melihat
dirinya sendiri?"
"Kulaputra," [Sang Bhagavan menjawab,] "tidak ada apapun yang
pernah melihat apapun. Sebaliknya, ketika pikiran terjadi
seperti begini atau begitu, maka gambaran yang begini dan begitu
membuat kemunculan. Kulaputra, ketika permukaan cermin yang
dipoles dengan baik dan yang bersih bertemu bentuk kebendaan, ia
mencerminkan bentuk kebendaan itu yang mendasari dan orang
berpikir 'saya melihat gambaran itu', dan berpikir ada gambaran
lain yang terpisah dari objek itu. Dalam cara yang sama ini,
ketika pikiran muncul, ia tampak seolah-olah berbeda dari
gambaran yang muncul di dalam konsentrasi."
"Bhagavan, semua gambaran yang para makhluk hidup miliki, yang
terjadi karena pikiran mereka menjumpai bentuk kebendaan, dan
seterusnya, menampilkan diri sebagai intisari yang berbeda.
Apakah ini tidak berbeda dengan pikiran?"
"Kulaputra, mereka tidak berbeda, walaupun begitu, dengan
kesadaran yang keliru, para makhluk yang kekanak-kanakan tidak
mampu sungguh memahami bahwa gambar-gambar ini tidak lain
hanyalah bentukan kesadaran dan akibatnya salah memahaminya."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, bagaimanakah Kita bisa menjelaskan praktek pemusatan
pikiran dari vipa&#347;yan&#257; dari para Bodhisattva?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Kulaputra, dengan terus-menerus fokus, Mereka merenungkan hanya
pada gambaran dari pikiran."
"Lalu bagaimanakah," [Maitreya bertanya,] "Bhagavan, Kita bisa
menjelaskan praktek pemusatan pikiran dari &#347;amatha dari
para Bodhisattva?"
"Kulaputra," [Sang Buddha menjawab,] "dengan terus-menerus
fokus, Mereka merenungkan hanya pada pikiran yang tidak
terganggu."
"Bhagavan, lalu bagaimanakah Kita bisa menjelaskan praktek
gabungan dari '&#347;amatha (praktek keheningan-tenang)' dan
'vipa&#347;yan&#257; (praktek penglihatan)' dari para
Bodhisattva?"
"Kulaputra, mereka secara benar merenungkan pada pemusatan
pikiran di satu titik."
"Bhagavan, lalu apa itu gambaran dari pikiran?"
"Kulaputra, mereka adalah gambar-gambar untuk perenungan yang
dihasilkan oleh 'sam&#257;dhi (konsentrasi)', objek pengamatan
dari 'vipa&#347;yan&#257; (penglihatan)'."
"Bhagavan, apa itu pikiran yang tidak terganggu?"
"Kulaputra, itu adalah tujuan dari &#347;amatha, pikiran yang
bertemu gambar-gambar itu."
"Bhagavan, apa itu pikiran yang fokus berpikir pada satu titik?"
"Kulaputra, itu adalah pemahaman bahwa semua gambar di dalam
sam&#257;dhi hanyalah bentukan kesadaran, atau, karena telah
memahami ini, merenungkan 'Tathat&#257; (Kenyataan apa adanya
yang sesungguhnya)'."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, berapa banyak jenis dari vipa&#347;yan&#257;?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Totalnya, Kulaputra, ada tiga jenis. Yang pertama adalah
vipa&#347;yan&#257; dari gambar. Yang kedua adalah
vipa&#347;yan&#257; dari penyelidikan. Yang ketiga adalah
vipa&#347;yan&#257; dari penembusan. Vipa&#347;yan&#257; dari
gambar adalah vipa&#347;yan&#257; yang merenungkan hanya pada
gambar-gambar untuk perenungan yang dihasilkan oleh
sam&#257;dhi. Vipa&#347;yan&#257; dari penyelidikan adalah
vipa&#347;yan&#257; yang melalui kebijaksanaan dengan penuh
perhatian merenung pada gejala kejadian yang belum dipahami
dengan baik agar untuk memahaminya dengan baik.
Vipa&#347;yan&#257; dari penembusan adalah vipa&#347;yan&#257;
yang dengan penuh perhatian merenung pada gejala kejadian yang
sudah dipahami dengan baik dengan meliputinya di dalam
kebijaksanaan agar untuk menyadarinya dan mencapai pembebasan."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, berapa banyak jenis dari &#347;amatha?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, karena mengikuti pikiran itu dengan tidak
terganggu [oleh gambar], Anda harus memahami bahwa ini juga ada
tiga jenis. Juga, Maitreya, ada delapan jenis &#347;amatha,
karena setiap 'Dhy&#257;na (meditasi)' adalah jenis dari
&#347;amatha, dari Dhy&#257;na pertama, Dhy&#257;na kedua,
Dhy&#257;na ketiga, Dhy&#257;na keempat, Wilayah dari ruang
angkasa yang tidak terbatas
(&#256;k&#257;s&#257;na�t&#257;yasthana), Wilayah dari kesadaran
yang tidak terbatas (Vij�&#257;nanantayasthana), Wilayah dari
yang tiada apapun (Akimcanantayasthana), dan Wilayah dari tiada
tanggapan penglihatan maupun tiada yang tanpa tanggapan
penglihatan (Naivasamj�&#257;n&#257;samj�&#257;yanantayasthana).
Lagi, ada empat jenis, karena setiap empat kegiatan dari Cinta
kebaikan yang tidak terbatas (Apram&#257;na maitr&#299;), Belas
kasih yang tidak terbatas (Apram&#257;na karun&#257;), turut
bersukacita yang tidak terbatas (Apram&#257;na mudit&#257;), dan
keseimbangan batin yang tidak terbatas (Apram&#257;na
upeks&#257;) adalah jenis dari &#347;amatha."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257; yang didukung oleh Dharma dan yang tidak
didukung oleh Dharma. Apa arti dari yang didukung oleh Dharma
dan yang tidak didukung oleh Dharma?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang
didukung oleh Dharma [dari Mahayana] adalah &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257; yang dicapai melalui Dharma dan maknanya
pertama kali diterima dan direnungkan oleh para Bodhisattva.
Samatha dan vipa&#347;yan&#257; yang tidak didukung oleh Dharma
[dari Bodhisattva] adalah &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;
yang dicapai tidak melalui gambar-gambar dari Dharma yang para
Bodhisattva telah terima dan renungkan, tetapi melalui petunjuk
dan makna dari ajaran lainnya, seperti bermeditasi pada mayat
yang berubah warna dan membusuk atau pada ketidakkekalan dari
gejala kejadian yang berkondisi, pada penderitaan dari semua
keadaan yang berkondisi dari makhluk, pada ketiadaan diri dari
semua gejala kejadian, atau pada ketenangan tertinggi dari
Nirvana. Samatha dan vipa&#347;yan&#257; yang seperti itu Saya
tetapkan sebagai yang tidak didukung oleh Dharma. Namun, jika
Mereka telah mencapai &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang
didukung oleh Dharma [dari Bodhisattva], para Bodhisattva itu
Saya telah tetapkan sebagai pengikut Dharma, dan Mereka memiliki
indera yang tajam, sementara, jika Mereka mencapai &#347;amatha
dan vipa&#347;yan&#257; yang tidak didukung oleh Dharma, para
Bodhisattva itu Saya telah tetapkan sebagai pengikut Sraddha
(keyakinan), dan Mereka memiliki indera yang tumpul."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257; yang mengambil objeknya dari ajaran yang
lainnya, dan tentang &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang
mengambil objeknya dari Dharma yang terpadu. Apa arti dari yang
mengambil objeknya dari ajaran yang lainnya dan yang mengambil
objeknya dari Dharma yang terpadu?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, ketika Bodhisattva mengambil sebagai objek
pemahamannya setiap Dharma dari Sutra tertentu, dan seterusnya
mempraktekkan &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; sehubungan
dengan Dharma itu yang dia telah terima dan renungkan, itu
disebut &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil
objeknya dari ajaran yang lainnya. Ketika Bodhisattva mengambil
sebagai objek pemahamannya Dharma dari semua Sutra, dan
seterusnya dengan penuh perhatian merenung pada semua Dharma ini
sebagai satu kesatuan, satu himpunan, satu kelengkapan, satu
kumpulan, semuanya mendekati Tathat&#257;, mengarah ke
Tathat&#257;, memasuki Tathat&#257;, mendekati Bodhi, mengarah
ke Bodhi, memasuki Bodhi, mendekati Nirv&#257;na, mengarah ke
Nirv&#257;na, memasuki Nirv&#257;na, mendekati perubahan
landasan indera (&#256;yatana), mengarah ke perubahan landasan
indera, memasuki perubahan landasan indera, menuju kesini, jika,
dalam mendekati Dharma-Dharma ini, dia mengumumkan Dharma yang
tidak terbatas, tidak terhitung dan dengan ini mempraktekkan
perenungan &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;, itu disebut
&#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil objeknya
dari Dharma yang terpadu."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257; yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu
yang sedikit, tentang &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang
mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang besar, dan
&#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil objeknya
dari Dharma terpadu yang tidak terbatas. Apa arti dari yang
mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang sedikit? Apa arti
dari yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang besar? Apa
arti dari yang mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang tidak
terbatas?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, jika orang mengambil sebagai obyek pemahamannya
arti dari masing-masing Sutra, Geya, Vy&#257;karana,
G&#257;th&#257;, Ud&#257;na, Nid&#257;na, Avad&#257;na,
Itivrttaka, J&#257;taka, Vaipulya, Adbhuta-dharma, Upade&#347;a,
dan dengan penuh perhatian merenungkannya sebagai satu kesatuan,
satu himpunan, satu kelengkapan, satu kumpulan, dan seterusnya,
ini dikenal sebagai &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang
mengambil objeknya dari Dharma terpadu yang sedikit."
"Tetapi jika orang mengambil sebagai objek pemahamannya Dharma
dari Sutra, Geya, Vy&#257;karana, G&#257;th&#257;, Ud&#257;na,
Nid&#257;na, Avad&#257;na, Itivrttaka, J&#257;taka, Vaipulya,
Adbhuta-dharma, Upade&#347;a, menerimanya dan merenungkannya,
dan dengan penuh perhatian merenungkannya sebagai satu kesatuan,
satu himpunan, satu kelengkapan, satu kumpulan, dan seterusnya,
tanpa mempertimbangkannya secara terpisah, maka ini dikenal
sebagai &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil
objeknya dari Dharma terpadu yang besar."
"Jika orang mengambil sebagai objek pemahamannya Dharma yang
tidak terbatas dari sang Tathagata, kata-kata dan ungkapan yang
tidak terbatas dari Dharma itu, dan penjelasan yang tidak
terbatas dari kebijaksanaan yang unggul, dan dengan penuh
perhatian merenungkannya sebagai satu kesatuan, satu himpunan,
satu kelengkapan, satu kumpulan, dan seterusnya, tanpa
mempertimbangkannya secara terpisah, maka ini dikenal sebagai
&#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil objeknya
dari Dharma terpadu yang tidak terbatas."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, mengapa Anda mengatakan bahwa para Bodhisattva
mencapai &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil
sebagai objek pemahamannya dari Dharma terpadu?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, ada lima alasan yang harus dipahami. Yang
pertama adalah bahwa ketika Mereka merenungkan, dari waktu ke
waktu Mereka melenyapkan landasan untuk semua Kelemahan. Kedua,
adalah bahwa Mereka memotong putus semua berbagai jenis gagasan
dan mengambil sukacita di dalam Dharma. Yang ketiga adalah bahwa
Mereka memahami cahaya tanpa batas dari Dharma yang tidak
memiliki ciri-ciri yang membedakan dimanapun. Yang keempat
adalah bahwa Mereka menghasilkan 'gambar termurnikan yang tidak
dibayangkan' demi penyelesaian tugas. Kelima adalah bahwa, dalam
rangka untuk mencapai kesempurnaan Tubuh Dharma
(Dharmak&#257;ya), Mereka meliputi penyebab-penyebab yang unggul
dan menakjubkan demi perkembangan yang terus meningkat."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, kapan &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang
mengambil objeknya dari Dharma terpadu dikatakan dipahami? Pada
titik manakah mereka tercapai?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, mereka dikatakan dipahami dari tahap pertama
dari Sukacita Tertinggi, dan dikatakan tercapai dari tahap
ketiga dari Cahaya Yang Meluas. Kulaputra, para Bodhisattva yang
baru mulai mempraktekkannya juga harus belajar dan fokus pada
ini tanpa lalai, meskipun Mereka belum dapat dipuji [untuk
mencapainya]."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, kapankah &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;
dikatakan menjadi 'konsentrasi (sam&#257;dhi)' yang memiliki
pertimbangan dan penyelidikan? Kapankah menjadi konsentrasi yang
tidak memiliki pertimbangan tetapi hanya penyelidikan? Kapankah
menjadi konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan maupun
penyelidikan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; dikatakan
menjadi konsentrasi yang memiliki pertimbangan dan penyelidikan
ketika mereka mengalami dan menyadari ciri-ciri Dharma seperti
yang diterima, diselidiki, dan diperiksa, walaupun itu sangat
jelas. Samatha dan vipa&#347;yan&#257; dikatakan menjadi
konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan tetapi hanya
penyelidikan ketika mereka mengalami dan menyadari ciri-ciri
Dharma seperti yang diingat di dalam cahayanya yang halus,
walaupun tidak mengalami atau menyadari apa yang sangat jelas.
Samatha dan vipa&#347;yan&#257; dikatakan menjadi konsentrasi
yang tidak memiliki pertimbangan maupun penyelidikan ketika
mereka mengalami dan menyadari ciri-ciri Dharma itu tanpa usaha
untuk merenungkan sama sekali."
"Selanjutnya, Kulaputra, &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;
yang disertai dengan pemeriksaan disebut konsentrasi yang
memiliki pertimbangan dan penyelidikan. Samatha dan
vipa&#347;yan&#257; yang disertai dengan penyelidikan disebut
konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan tetapi hanya
penyelidikan. Samatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil
sebagai objek pemahamannya dari Dharma terpadu disebut
konsentrasi yang tidak memiliki pertimbangan maupun
penyelidikan."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, apa tanda-tanda dari ketenangan (&#347;amatha)? Apa
tanda-tanda dari pembangkitan? Apa tanda-tanda dari
peninggalan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, saat pikiran menjadi tidak terkendali atau akan
mulai menjadi tidak terkendali, Ketenangan ditandai sebagai
memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat menimbulkan
kemuakkan, atau dengan memusatkan perhatian pada pikiran yang
tidak terganggu [oleh gambaran]. Saat pikiran menjadi lesu atau
akan mulai menjadi lesu, Pembangkitan [untuk penglihatan]
ditandai sebagai memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat
membawa sukacita, atau dengan memusatkan perhatian pada
gambar-gambar dari pikiran itu. Saat orang menjadi tercemar oleh
dua kecenderungan yang bergairah ini, apakah dalam praktek
&#347;amatha, praktek vipa&#347;yan&#257;, atau praktek
dua-duanya yang saling berpengaruh, Peninggalan ditandai sebagai
pemusatan perhatian yang tanpa usaha dan pikiran yang spontan."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, seluruh perkumpulan besar dari para Bodhisattva itu
yang berlatih &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; memahami
Dharma dan maknanya. Apa itu memahami Dharma? Apa itu memahami
maknanya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Kulaputra, semua Bodhisattva itu memahami dan mengetahui Dharma
dalam lima aspek, yaitu, Mereka mengetahui namanya, katanya,
hurufnya, pemisahannya, dan kesatuannya. Pemahaman nama-namanya
terdiri dalam penamaan secara gagasan, yang menggambarkan
intisari di dalam semua gejala kejadian yang kotor dan yang
murni. Pemahaman katanya terdiri dalam kemampuan untuk
mempertahankan dan mendirikan di dalam wacana, semua gejala
kejadian yang kotor dan yang murni di antara kumpulan nama-nama
itu. Pemahaman hurufnya terdiri dalam ucapan yang didasarkan
pada dua dukungan ini [nama dan kata]. Pemahaman pemisahannya
terdiri dalam pemusatan perhatian, yang mengungkapkan setiap
perbedaannya. Pemahaman kesatuannya terdiri dalam pemusatan
perhatian, yang mengungkapkan kesatuannya. Ketika semua ini
datang bersama-sama menjadi satu, itu adalah memahami Dharma.
Inilah sebabnya mengapa dikatakan bahwa para Bodhisattva itu
memahami Dharma."
"Kulaputra, para Bodhisattva itu memahami makna di dalam sepuluh
aspek, karena Mereka memahami batas dari keberadaan,
Tathat&#257; dari keberadaan, makna dari penerima, makna dari
objek yang diterima, makna dari lingkungan, makna dari makanan,
makna dari kesalahan, makna dari ketiadaan kesalahan, makna dari
kekotoran, dan makna dari kemurnian.
"Kulaputra, batas dari keberadaan mengacu pada batas untuk
pemeriksaan dari semua yang ada di antara semua gejala kejadian
yang kotor dan yang murni. Ini termasuk semua yang ada, seperti
Lima Kumpulan (pa�ca-skandha), Enam bidang bagian dalam (enam
indriya), dan Enam bidang bagian luar (enam objek tujuan
indera).
"Tathat&#257; dari semua dharma mengacu pada Tathat&#257; yang
ada di dalam semua gejala kejadian yang kotor dan yang murni.
Istilah ini mencakup Tathat&#257; dari segala sesuatu. Ada tujuh
macam. Yang pertama adalah Tathat&#257; dari arus perpindahan,
karena semua keadaan yang berkondisi dari gejala kejadian tidak
memiliki awal maupun akhir. Yang kedua adalah Tathat&#257; dari
ciri-ciri, karena di dalam semua gejala kejadian, pudgala dan
gejala kejadian adalah yang tanpa diri. Yang ketiga adalah
Tathat&#257; dari pembentukan kesadaran, karena semua keadaan
yang berkondisi dari gejala kejadian tidak lain hanyalah
pembentukan kesadaran. Yang keempat adalah Tathat&#257; dari apa
yang telah diberikan, yaitu, kebenaran dari penderitaan yang
Saya telah ajarkan. Yang kelima adalah Tathat&#257; dari
perilaku yang salah, yaitu, kebenaran dari asal-mula penderitaan
yang Saya telah ajarkan. Yang keenam adalah Tathat&#257; dari
pemurnian, yaitu, kebenaran dari berhentinya penderitaan yang
Saya telah ajarkan. Dan ketujuh adalah Tathat&#257; dari praktek
yang benar, yaitu, kebenaran dari Jalan yang saya telah
ajarkan."
"Pahamilah, Kulaputra, bahwa dikarenakan oleh Tathat&#257; dari
arus perpindahan, oleh Tathat&#257; dari apa yang telah
diberikan, dan oleh Tathat&#257; dari perilaku yang salah, semua
makhluk hidup adalah sepenuhnya sama."
"Dikarenakan oleh Tathat&#257; dari ciri-ciri dan oleh
Tathat&#257; dari pembentukan kesadaran, semua gejala kejadian
adalah sepenuhnya sama."
"Dikarenakan oleh Tathat&#257; dari pemurnian, Bodhi dari semua
&#346;r&#257;vaka, dari semua Pratyekabuddha, dan dari semua
Bodhisattva adalah sepenuhnya sama."
"Dikarenakan oleh Tathat&#257; dari praktek yang benar,
kebijaksanaan yang dicakup di dalam mendengar Dharma dan di
dalam &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil
sebagai objek mereka dari Dharma terpadu adalah sepenuhnya
sama."
"Makna dari penerima terdiri dalam lima organ indera, pikiran,
kecerdasan, kesadaran, dan keadaan batin yang megikuti."
"Makna dari objek yang diterima terdiri dalam Enam bidang bagian
luar, juga, makna dari penerima adalah makna dari objek yang
diterima [karena objek tidak lain hanyalah pembentukan
kesadaran].
"Makna dari lingkungan terdiri dalam lingkungan yang mencakup di
mana semua makhluk hidup tinggal berdiam, apakah sebuah kota
tunggal, seratus kota, seribu kota, atau seratus ribu kota;
apakah sebuah daratan besar tunggal yang berbatasan dengan
lautan, seratus ini, seribu ini, atau seratus ribu ini; apakah
satu benua Jambudvipa, seratus ini, seribu ini, atau seratus
ribu ini; apakah satu kelompok dari empat benua, seratus ini,
seribu ini, atau seratus ribu ini; apakah sahasra-culanika
tunggal, seratus ini, seribu ini, atau seratus ribu ini; apakah
dvisahasra-madhyama tunggal, seratus ini, seribu ini, atau
seratus ribu ini; apakah trisahasra-maha-sahasra tunggal,
seratus ini, seribu ini, seratus ribu ini, atau sepuluh juta
ini, satu miliar ini, seratus miliar ini, seribu miliar ini,
atau seratus ribu miliar ini; apakah satu triliun ini, seratus
triliun ini, seribu triliun ini, atau seratus ribu triliun ini,
dalam jumlah yang sama dengan butiran terkecil dari debu yang
terkandung di dalam seratus ribu triliun
trisahasra-maha-sahasra, di dalam cakupan alam semesta yang
tidak terbatas dan tidak terhitung di dalam sepuluh penjuru
arah."
"Makna dari makanan terdiri dalam kebutuhan hidup yang Saya
telah ajarkan sebagai yang dinikmati oleh para makhluk hidup."
"Makna dari kesalahan terdiri dalam kesalahan dari gagasan,
kesalahan dari berpikir, kesalahan dari melihat sehubungan
dengan penerima dan objek yang diterima, seperti membayangkan
apa yang tidak abadi menjadi yang abadi; kesalahan dari gagasan,
kesalahan dari berpikir; kesalahan dari melihat, seperti
membayangkan penderitaan menjadi kebahagiaan, atau kotoran
menjadi kemurnian, atau membayangkan yang tanpa-diri menjadi
diri."
"Makna dari ketiadaan kesalahan terdiri dari kebalikannya,
dimana orang dapat menangkalnya. Orang harus, bagaimanapun,
mengetahui ciri-cirinya."
"Makna dari kekotoran adalah tiga bagian, karena ada tiga jenis
kekotoran di triloka ini: kekotoran dari nafsu keinginan,
kekotoran dari tindakan, dan kekotoran dari kelahiran."
"Makna dari kemurnian terdiri dalam faktor-faktor kebangkitan,
dimana orang dipisahkan dari perbudakan pada tiga jenis
kekotoran itu."
"Anda harus tahu bahwa sepuluh aspek ini mencakup semua makna.
Lagi, Kulaputra, para Bodhisattva itu dikatakan mengetahui makna
karena Mereka dapat mengetahui dan memahami lima jenis makna.
Apa lima jenis makna itu? yaitu, mengetahui semua hal, semua
makna, dan semua penyebab, mencapai hasil dari pengetahuan yang
sempurna, dan pemahaman yang terbangkitkan."
"Kulaputra, 'mengetahui semua hal' terdiri dalam mengetahui
semua yang diketahui, yaitu, semua kumpulan (skandha), semua
landasan bagian dalam dan semua landasan bagian luar."
"Dalam cara yang sama, pengetahuan semesta tentang semua makna
terdiri dalam mengetahui makna yang harus dibedakan sesuai
dengan keanekaragamannya; apakah makna duniawi atau makna
tertinggi; apakah kebajikan atau keburukan; apakah tentang
kondisi atau jangka waktu; apakah tentang kemunculan, tinggal
menghuni, atau kehancuran; apakah tentang penyakit dan
seterusnya; apakah tentang penderitaan, asal-usulnya, dan
seterusnya; apakah tentang Tathat&#257;, batas kenyataan
(bhutakoti), alam gejala kejadian (dharmadhatu), dan seterusnya;
apakah yang luas atau yang khusus; apakah jawaban yang merangkul
semua, jawaban yang meneliti, menjawab setelah mengembalikan
pertanyaan, atau menjawab dengan tidak menjawab; apakah yang
tersembunyi atau yang jelas. Pengetahuan tentang semua
keanekaragaman itu adalah apa yang disebut sebagai mengetahui
semua makna."
"Pengetahuan tentang semua penyebab terdiri dalam faktor-faktor
kebangkitan (bodhipaksya-dharma), yang mampu memahami keduanya
[makna tertinggi dan makna duniawi], yang termasuk, kesadaran
penuh perhatian, usaha yang benar, dan seterusnya."
"Pencapaian hasil dari pengetahuan yang sempurna terdiri dalam
disiplin yang melenyapkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan;
praktek pertapaan yang sepenuhnya memotong putus ketamakan,
kebencian, dan kebodohan; dan yang biasa atau yang khusus,
kualitas yang baik dari yang duniawi atau yang melampaui duniawi
dari para Sravaka dan Tathagata, semua yang Saya telah
jelaskan."
"Pemahaman yang terbangkitkan, yaitu, pemberitahuan tentang
hal-hal itu, yang terdiri dalam secara luas memberitakan dan
mengumumkan kepada orang lain semua kebijaksanaan Dharma yang
membebaskan, yang orang telah capai. Kelima makna ini mencakup
semua makna."
"Selanjutnya, Kulaputra, para Bodhisattva dikatakan mengetahui
makna karena Mereka tahu empat aspek dari makna: makna dari
pencengkraman pikiran, makna dari pengalaman, makna dari
pembentukan kesadaran, dan makna dari kekotoran dan kemurnian.
Kulaputra, keempat aspek dari makna ini mencakup semua makna."
"Selanjutnya, Kulaputra, para Bodhisattva dikatakan mengetahui
makna karena Mereka tahu tiga aspek dari makna: makna dari
ucapan, makna dari makna, dan makna dari alam. Kulaputra, makna
dari ucapan mengacu pada kumpulan kata-kata, dan seterusnya.
Makna dari makna ada sepuluh jenis: ciri-ciri dari kenyataan,
ciri-ciri dari pengetahuan yang menyeluruh, ciri-ciri dari
penghapusan akhir, ciri-ciri dari pencapaian, ciri-ciri dari
pengolahan, ciri-ciri dari perbedaan di antara kenyataan dan
yang sebelumnya, ciri-ciri dari interaksi di antara dukungan dan
yang didukung, ciri-ciri dari hambatan untuk yang pengetahuan
yang menyeluruh, ciri-ciri dari keadaan yang selaras dengan itu
[pengetahuan yang menyeluruh], dan ciri-ciri dari
ketidakberuntungan dari ketiadaan pengetahuan yang menyeluruh.
dan keuntungan dari kehadirannya. Makna dari alam ada lima
bagian: alam dari dunia, alam dari makhluk hidup, alam dari
kualitas, alam dari disiplin, dan alam dari cara dari disiplin.
Kulaputra, tiga aspek ini mencakup semua makna."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, apa perbedaan di antara makna yang diketahui melalui
kebijaksanaan yang didapat dari mendengar, makna yang diketahui
melalui kebijaksanaan yang didapat dari pemikiran, dan makna
yang diketahui melalui kebijaksanaan yang didapat dari mengolah
&#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, kebijaksanaan yang didapat dari mendengar, para
Bodhisattva mengandalkan arti dari kata-kata tanpa sungguh
memahami maksudnya atau membuatnya jelas. Mereka bergerak menuju
pembebasan tanpa bisa menyadari makna yang menghasilkan
pembebasan itu. Kebijaksanaan yang didapat dari pemikiran, juga
mengandalkan kata-kata, tetapi tidak hanya pada kata-kata itu,
karena Mereka mampu sungguh memahami maksudnya, namun belum
mampu membuatnya jelas, dan, meskipun menuju ke arah pembebasan,
Mereka belum mampu menyadari makna yang menghasilkan pembebasan
itu. Untuk kebijaksanaan yang didapat dari pengolahan, para
Bodhisattva mengandalkan kata-kata dan juga tidak mengandalkan
kata-kata, Mereka mengikuti kata-kata itu dan juga tidak
mengikuti kata-kata itu, karena Mereka mampu sungguh memahami
maksudnya. Mereka membuatnya menjadi jelas dengan cara gambar
yang dibuat di dalam konsentrasi yang sesuai dengan hal yang
diketahui. Mereka menuju ke arah pembebasan dengan baik dan
mampu menyadari makna yang menghasilkan pembebasan. Kulaputra,
ini adalah apa yang disebut sebagai tiga jenis perbedaan di
dalam mengetahui makna. "
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, apa itu kebijaksanaan dan apa itu wawasan dari semua
Bodhisattva yang mengetahui Dharma dan maknanya melalui
pengolahan &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, Saya telah beberapa kali mengumumkan dua
perbedaan di antara kebijaksanaan dan wawasan, walaupun begitu,
sekarang Saya akan menyimpulkan pokok utamanya untuk Anda.
Kebijaksanaan adalah kecerdasan menakjubkan yang terjadi melalui
pengolahan &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil
objeknya dari Dharma yang terpadu [dari Mahayana]. Wawasan
adalah kecerdasan menakjubkan yang terjadi melalui pengolahan
&#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; yang mengambil objeknya
dari Dharma yang lain [dari Mahayana]."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, ketika para Bodhisattva mengolah &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257;, gambar apakah yang Mereka hapus? Melalui
perenungan apa?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, karena Mereka merenungkan 'Tathat&#257; yang
sebenarnya (bh&#363;ta-tathat&#257;)', Mereka menghapus gambar
dari ajaran dan gambar dari makna. Ketika Mereka tidak memiliki
apapun yang untuk dicapai di dalam nama dan intisari nama, maka
Mereka tidak lagi melihat pada gambaran itu yang mendukungnya
[nama dan intisari nama]. Dalam cara ini, Mereka menghapusnya.
Sama seperti dengan nama, demikian juga dengan kata-kata dan
semua jenis makna. Bahkan dalam hal alam dan intisari dari alam,
Mereka tidak memiliki apapun yang untuk dicapai, sehingga Mereka
tidak lagi melihat pada gambar-gambar itu. Dalam cara seperti
itu, Mereka menghapusnya."
"Bhagavan, makna dari Tathat&#257; yang dilihat itu [dalam
perenungan itu] adalah makna dari gambar. Apakah gambar dari
Bh&#363;ta-tathat&#257; ini juga harus dihapus atau tidak?"
"Kulaputra, di dalam makna dari Bh&#363;ta-tathat&#257; yang
Mereka sadari, tidak ada gambar apapun dan tidak ada yang untuk
dicapai. Lalu bagaimana bisa itu dihapus? Kulaputra, sama
seperti yang Saya telah jelaskan, makna dari
Bh&#363;ta-tathat&#257; yang Mereka sadari itu menyingkirkan
setiap jenis dari gambar yang bermakna apapun. Jadi, itu
bukanlah kasus bahwa pemahaman ini sendiri dapat diganti dengan
apapun yang lain. "
"Bhagavan, Anda telah memberikan contoh baskom berisi air yang
keruh, cermin yang kotor, dan kolam yang airnya bergoncangan
sebagai permukaan yang tidak mempertahankan setiap gambar untuk
dipertimbangkan. Kebalikan dari ini yang akan mempertahankannya
[gambaran itu]. Dengan cara seperti itu, jika orang memiliki
pikiran yang tidak diolah, maka orang tidak akan mempertahankan
pemahaman yang benar dari Tathat&#257;, namun ketika pikiran
diolah dengan baik, maka orang akan mempertahankan pemahaman
seperti itu. Dalam penjelasan ini, apa itu pikiran yang mampu
menembus pemahaman? Apa jenis Tathat&#257; yang Anda bicarakan?"
"Kulaputra," [Sang Bhagavan menjawab,] " di dalam penjelasan
itu, ada tiga jenis dari pikiran yang mampu menembus pemahaman:
pikiran yang mampu memahami dari apa yang telah didengar,
pikiran yang mampu memahami dari apa yang telah dipikirkan, dan
pikiran yang mampu memahami dari apa yang telah diolah. Saya
memberikan penjelasan itu di dalam cahaya dari Tathat&#257; dari
pembentukan kesadaran."
"Bhagavan, para Bodhisattva yang telah melihat dan mengetahui
Dharma dan maknanya, dan yang telah sungguh-sungguh di dalam
pengolahan untuk melenyapkan semua gambar, Berapa banyakkah
jenis dari gambar yang sulit dilenyapkan yang Mereka lenyapkan?
Dan bagaimanakah cara melenyapkannya? "
"Kulaputra, ada sepuluh jenis dari gambar itu, dan para
Bodhisattva dapat melenyapkannya melalui kekosongan. Yang
pertama, karena Mereka melihat dan mengetahui Dharma dan
maknanya, ada berbagai macam gambar dari huruf dan kata-kata,
yang Mereka dapat lenyapkan melalui kekosongan dari semua gejala
kejadian. Yang kedua, karena Mereka melihat dan mengetahui makna
dari Tathat&#257; dari yang telah diberikan, Mereka memiliki
gambar-gambar dari kemunculan, kehancuran, tinggal menghuni,
perbedaan, kelanjutan, dan perkembangan, yang Mereka mampu
lenyapkan melalui yang pertama, kekosongan dari gambar, dan
kemudian, kekosongan dari awal dan akhir. Yang ketiga, karena
Mereka melihat dan mengetahui makna dari penerima, mereka
memiliki gambar yang penuh nafsu dari tubuh dan kebanggaan diri,
yang Mereka mampu lenyapkan melalui kekosongan dari bagian dalam
dan kekosongan dari tiada pencapaian. Keempat, karena Mereka
melihat dan mengetahui makna dari objek yang diterima, Mereka
memiliki gambar dari harta yang diinginkan, yang mereka mampu
lenyapkan melalui kekosongan dari bagian luar. Yang kelima,
karena Mereka melihat dan mengetahui makna dari kenikmatan,
Mereka telah secara bagian dalam membentuk gambar dari rayuan
dan anugerah dari pria dan wanita, yang Mereka mampu lenyapkan
melalui kekosongan dari bagian dalam dan bagian luar, dan
kekosongan dari asal-mulanya. Yang keenam, karena Mereka melihat
dan mengetahui makna dari lingkungan, Mereka memiliki gambar
yang tidak terbatas, yang Mereka mampu lenyapkan melalui
kebesaran dari kekosongan. Yang ketujuh, karena Mereka melihat
dan mengetahui yang tiada bentuk-rupa, Mereka memiliki gambar
dari ketenangan bagian dalam dan pembebasan, yang Mereka dapat
lenyapkan melalui kekosongan dari yang berkondisi. Yang
kedelapan, karena Mereka melihat dan mengetahui makna dari
Bh&#363;ta-tathat&#257; dari gambar, Mereka memiliki gambar dari
ketiadaan diri dari pudgala dan ketiadaan diri dari gejala
kejadian, yang, apakah gambar dari yang hanya pembentukan
kesadaran atau gambar dari makna tertinggi, yang Mereka mampu
lenyapkan melalui kekosongan tertinggi, kekosongan dari yang
tiada intisari, kekosongan dari keberadaan yang tiada intisari,
dan kekosongan dari makna tertinggi. Yang kesembilan, karena
Mereka melihat dan mengetahui makna dari Tathat&#257; dari
pemurnian, Mereka memiliki gambar dari yang tidak berkondisi dan
gambar dari yang tidak berubah, yang Mereka dapat lenyapkan
melalui kekosongan dari yang tidak berkondisi dan kekosongan
dari yang tidak berubah. Kesepuluh, karena Mereka secara penuh
perhatian merenungkan sifat alami kekosongan dimana Mereka
mendisiplinkan apa yang harus di disiplinkan, Mereka memiliki
gambar dari sifat alami kekosongan, yang Mereka dapat lenyapkan
melalui 'kekosongan dari kekosongan (sunyas&#363;nyat&#257;)'."
"Bhagavan, setelah melenyapkan sepuluh jenis gambaran itu, apa
gambar lainnya yang Mereka lenyapkan dan dari gambar apakah
Mereka terbebaskan?"
"Mereka, Kulaputra, melenyapkan gambar-gambar yang dibuat di
dalam konsentrasi. Mereka meninggalkan dan terbebaskan dari
gambar kekotoran yang membelenggu. Kulaputra, Anda harus
memahami bahwa, dengan mengatakan masing-masing dari kekosongan
ini meniadakan masing-masing gambarnya, tetapi itu tidaklah
benar bahwa masing-masing itu tidak meniadakan semua gambar. Ini
sama seperti dengan kasus ketidaktahuan, karena itu tidaklah
benar bahwa ia tidak dapat menimbulkan hal-hal yang kotor bahkan
hingga usia tua dan kematian, namun, dengan mengatakan bahwa
ketidaktahuan menimbulkan hanya bentuk-bentuk karma, karena
semua pembentukan karma langsung disebabkan oleh ketidaktahuan.
Prinsip yang sama ini juga berlaku."
Pada saat itu, sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan
dan berkata: "Bhagavan, apa gambar keseluruhan dari kekosongan
itu yang para Bodhisattva lihat tanpa menyingkirkannya dan namun
tanpa kebanggaan sehubungan dengan gambar dari kekosongan itu?"
Kemudian sang Bhagavan memuji sang Bodhisattva Maitreya dengan
berkata: "Sangat baik, Kulaputra, sangat baik, Anda telah mampu
bertanya kepada sang Tathagata pada makna yang mendalam ini
untuk menuntun semua Bodhisattva supaya tidak menyingkirkan
gambar dari sifat alami kekosongan!. Mengapa begitu, kulaputra?
Itu adalah karena jika para Bodhisattva akan menyingkirkan
gambar dari sifat alami kekosongan, maka Mereka akan
menyingkirkan Mah&#257;y&#257;na. Oleh karena itu, Kulaputra,
dengarlah dengan baik, karena Saya akan menjelaskan gambar
keseluruhan dari kekosongan untuk Anda. Di dalam
Mah&#257;y&#257;na, Kulaputra, gambar keseluruhan dari
kekosongan itu mengacu pada pemisahan akhir dari gambar-gambar
itu yang melekat melalui imajinasi, dengan semua keanekaragaman
dari kekotorannya dan kemurniannya, dari pola yang saling
bergantungan lainnya dan pola kesempurnaan penuh: yang adalah
sepenuhnya tiada pencapaian di dalamnya."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, berapa banyak 'konsentrasi (sam&#257;dhi)' yang
termasuk di dalam &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257; ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, seperti yang Saya telah jelaskan, para
&#346;r&#257;vaka, Bodhisattva, dan Tath&#257;gata yang tidak
terbatas jumlah-Nya memiliki keanekaragaman sam&#257;dhi yang
tidak terbatas, yang semua itu termasuk di dalamnya."
"Bhagavan, apa penyebab dari &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257; ini?"
"Itu, Kulaputra, adalah disiplin sila yang dimurnikan dan
wawasan yang benar yang dicapai melalui pendengaran yang
dimurnikan dan perenungan."
"Bhagavan, apa hasil dari &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;
ini?"
"Hasil darinya, Kulaputra, adalah disiplin sila yang dimurnikan
dengan baik, pikiran yang dimurnikan dengan baik, dan pemahaman
yang dimurnikan dengan baik. Lagi, Kulaputra, semua kualitas
yang baik, baik yang duniawi maupun yang melampaui, dari semua
&#346;r&#257;vaka, Bodhisattva, dan Tath&#257;gata, adalah
termasuk sebagai hasil dari &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;
ini. "
"Bhagavan, apa kegiatan yang dikerjakan melalui &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257;?"
"Kegiatannya, Kulaputra, adalah pembebasan dari dua belenggu,
belenggu dari gambar dan belenggu dari kelemahan yang kotor."
"Bhagavan, di antara lima jenis dari jeratan yang Anda telah
jelaskan, manakah yang merupakan hambatan untuk &#347;amatha?
Manakah yang merupakan hambatan untuk vipa&#347;yan&#257;?
Manakah yang merupakan hambatan untuk kedua-duanya?"
"Kulaputra, nafsu keinginan untuk tubuh dan harta benda adalah
hambatan untuk &#347;amatha. Tidak berminat pada Dharma yang
suci adalah hambatan untuk vipa&#347;yan&#257;. Berbagai cara
dari tinggal berdiam di dalam hiruk-pikuk dari gambar-gambar
kesenangan dan sepenuhnya terpuaskan dengan kedangkalan adalah
hambatan untuk kedua-duanya. Dikarena oleh yang pertama, orang
tidak dapat melakukan meditasi. Dikarena oleh yang kedua, usaha
yang telah diolah itu tidak pernah mencapai penyelesaian."
"Bhagavan, di antara lima pengaburan, manakah yang menghambat
&#347;amatha? Manakah yang menghambat vipa&#347;yan&#257;?
Manakah yang menghambat kedua-duanya?"
"Kulaputra, gejolak kegelisahan dan tindakan kejahatan adalah
hambatan untuk &#347;amatha. Kemurungan, kemalasan, dan keraguan
adalah hambatan untuk vipa&#347;yan&#257;. Pendambaan dan
kebencian adalah hambatan untuk kedua-duanya."
"Bhagavan, bagaimanakah cara menentukan tingkat dimana jalan
dari &#347;amatha telah disempurnakan dan dimurnikan?"
"Kulaputra, pada tingkat dimana kemurungan dan kemalasan telah
dilenyapkan, di tingkat itu dikatakan bahwa jalan dari
&#347;amatha telah disempurnakan dan dimurnikan."
"Bhagavan, bagaimana cara menentukan tingkat dimana jalan dari
vipa&#347;yan&#257; telah disempurnakan dan dimurnikan?"
"Kulaputra, pada tingkat dimana kegelisahan dan tindakan
kejahatan telah dilenyapkan, di tingkat itu dikatakan bahwa
jalan dari vipa&#347;yan&#257; telah disempurnakan dan
dimurnikan."
"Bhagavan, dalam mencapai &#347;amatha dan vipa&#347;yan&#257;,
berapa banyak gangguan yang harus Bodhisattva ketahui?"
"Mereka, Kulaputra, harus mengetahui lima ini: gangguan pada
perhatian, gangguan pada yang bagian luar, gangguan pada yang
bagian dalam, gangguan pada gambar, dan gangguan pada kelemahan
yang kotor. Jika, Kulaputra, para Bodhisattva menolak perhatian
Mah&#257;y&#257;na dan jatuh ke dalam perhatian dari
&#346;ravaka dan Pratyekabuddha, itu adalah gangguan pada
perhatian. Jika Mereka membiarkan pikiran menjadi menyebar di
antara kecenderungan gairah nafsu yang dirasakan pada semua
gambar yang membingungkan dari lima daya pemikat indera bagian
luar, itu adalah gangguan pada yang bagian luar. Jika Mereka
menjadi tenggelam dalam kemurungan, melekat pada rasa dari
Dhy&#257;na melalui kemalasan, atau dikotori oleh nafsu gairah
yang menyertai untuk keadaan Dhy&#257;na lainnya, itu adalah
gangguan pada yang bagian dalam. Jika, dalam memperhatikan dan
berpikir pada gambar yang di buat dengan cara konsentrasi bagian
dalam, Mereka mengandalkan gambar dari bagian luar, itu adalah
gangguan pada gambar. Jika secara bagian dalam, Mereka
memperhatikan perasaan yang timbul secara berkondisi dan namun,
dikarenakan oleh kelemahan yang kotor, membayangkan 'diri' dan
menimbulkan kebanggaan, itu adalah gangguan pada kelemahan yang
kotor."
"Bhagavan, rintangan apa yang &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257; mampu atasi dari tingkat pertama dari
Bodhisattva (bodhisattvapratamabh&#363;mi) hingga ke tingkat
Tathagata (tath&#257;gatabh&#363;mi)?"
"Kulaputra, pada tingkat pertama, &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257; mengatasi rintangan nafsu yang menyebabkan
takdir jahat, dan kekotoran dari karma dan kelahiran. Pada
tingkat kedua, mereka mengatasi rintangan dari kemunculan
kesalahan yang halus. Pada tingkat ketiga, mereka mengatasi
rintangan dari nafsu keinginan. Pada tingkat keempat, mereka
mengatasi rintangan dari kemelekatan pada konsentrasi dan
Dharma. Pada tingkat kelima, mereka mengatasi rintangan dari
menolak sams&#257;ra dan rintangan dari menuju nirv&#257;na.
Pada tingkat keenam, mereka mengatasi rintangan dari seringnya
muncul gambar-gambar. Pada tingkat ketujuh, mereka mengatasi
rintangan dari kemunculan gambar-gambar yang halus. Pada tingkat
kedelapan, mereka mengatasi rintangan dari mengerahkan usaha
dalam hal yang tiada bentuk-rupa dan rintangan dari belum
mencapai penguasaan dalam hal yang berbentuk-rupa. Pada tingkat
kesembilan, mereka mengatasi rintangan dari belum mencapai
penguasaan semua jenis pidato yang terampil. Pada tingkat
kesepuluh, mereka mengatasi rintangan dari belum mencapai tubuh
Dharma (Dharmak&#257;ya) yang sepenuhnya tersempurnakan.
Kulaputra, dalam tingkat Tathagata, &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257; mengatasi rintangan dari nafsu yang paling
halus dan rintangan dari menuju sarvaj�aj�&#257;n&#257;. Karena
mampu sepenuhnya melenyapkan rintangan itu, pada akhirnya,
mencapai kebijaksanaan semesta dan wawasan yang tidak melekat
dan tanpa rintangan; dan, didukung pada pencapaian tujuan,
Mereka terdirikan di dalam Dharmak&#257;ya yang sangat murni."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, bagaimanakah para Bodhisattva, yang didukung oleh
pengolahan Mereka yang kuat pada &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257;, mencapai Anuttar&#257;h Samyaksambodhi
Abhisambuddha?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, karena telah mencapai &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257;, para Bodhisattva mendukung diri Mereka
sendiri pada tujuh macam Tathat&#257; itu. Dengan pikiran yang
terkonsentrasi dengan baik pada Dharma itu yang telah di dengar
dan di renungkan, dalam diri Mereka sendiri bersungguh-sungguh
merenungkan pada sifat alami dari Tathat&#257; seperti yang
telah dipertimbangkan dengan baik, diperiksa dengan baik, dan
didirikan dengan baik. Dikarenakan oleh perenungan mereka pada
Tathat&#257;, mereka mampu menyingkirkan kemunculan dari semua
gambar yang halus, apalagi gambar yang kotor. Kulaputra,
gambar-gambar yang halus ini mengacu pada gambar dari
pencengkraman dari pikiran; gambar dari pengalaman; gambar dari
pembentukan kesadaran; gambar dari kekotoran dan kemurnian;
gambar dari bagian dalam; gambar dari bagian luar; gambar dari
bagian dalam dan bagian luar; gambar yang 'orang harus bertindak
untuk kepentingan makhluk hidup'; gambar dari kebijaksanaan
sejati; gambar dari Tathat&#257;, gambar dari [empat kebenaran
dari] penderitaan, asal-mulanya, penghentiannya, dan sang jalan;
gambar dari yang berkondisi; gambar dari yang tidak berkondisi;
gambar dari yang abadi; gambar dari yang tidak abadi; gambar
dari sifat alami dari penderitaan dan perubahan; gambar dari
yang tidak berubah; gambar dari ciri-ciri yang berbeda dari yang
berkondisi; gambar dari ciri-ciri yang sama dari yang
berkondisi; gambar dari segala sesuatu yang berhubungan dengan
mengetahui segala sesuatu; gambar dari ketiadaan diri dari
pudgala; dan gambar dari ketiadaan diri dari dharma."
"Mereka mampu menyingkirkan semua gagasan yang muncul dalam
pikiran dan, karena terus-menerus tinggal berdiam di dalam
kegiatan seperti ini, selama periode waktu, Mereka mengolah
pikiran untuk mengatasi semua jeratan, pengaburan, dan gangguan.
Setelah itu, Mereka secara bagian dalam menghasilkan tujuh aspek
kecerdasan yang menembus masing-masing tujuh aspek dari
Tathat&#257;, ini adalah jalan dari wawasan. Dikarenakan oleh
pencapaian ini, Mereka dikatakan yang telah memasuki status
terjamin dari Bodhisattva yang terbebaskan dari kelahiran
kembali, karena Mereka dilahirkan ke dalam keluarga dari
Tath&#257;gata dan, masuk kedalam tingkat pertama, Mereka dapat
menikmati kualitas bagus yang unggul dari tingkat ini. Selama
periode awal ini, karena telah mencapai &#347;amatha dan
vipa&#347;yan&#257;, Mereka telah mencapai dua objek : objek
yang disertai dengan gambaran untuk perenungan dan objek yang
tidak disertai dengan gambaran untuk perenungan - itu adalah
pada saat ini bahwa Mereka mencapai jalan dari wawasan. Mereka
juga mencapai sebagai objek pemahaman Mereka batas-batas dari
gejala kejadian. Kemudian setelah itu, di dalam semua tingkat,
Mereka mengolah jalan dari meditasi sambil dengan penuh
perhatian merenungkan tiga jenis objek ini. Sama seperti orang
yang mencabut ganjalan yang besar dengan cara menggunakan
ganjalan yang kecil, demikian juga para Bodhisattva ini
menyingkirkan gambar bagian dalam melalui cara dari mengandalkan
ini yang sama seperti ganjalan kecil untuk mencabut ganjalan
besar. Semua gambar yang berhubungan dengan kekotoran menjadi
terlenyapkan, dan, begitu dilenyapkan, kelemahan juga
dilenyapkan. Karena Mereka secara permanen menghancurkan
kelemahan-kelemahan itu dalam semua gambar-gambarnya, setelah
itu, di dalam semua tingkat, Mereka secara bertahap memurnikan
pikiran sama seperti memurnikan emas hingga Mereka mencapai
Anuttar&#257;h Samyaksambodhi, mencapai tujuan yang mereka
perjuangkan untuk diselesaikan. Kulaputra, itu adalah karena
para Bodhisattva ini telah dengan baik mengolah meditasi dalam
diri Mereka sendiri, Mereka mencapai Anuttar&#257;h
Samyaksambodhi Abhisambuddha."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, bagaimanakah pengolahan ini menghasilkan kekuasaan
yang besar dari Bodhisattva?"
"Ketika, Kulaputra, para Bodhisattva menyadari enam pendukung,
Mereka mampu menghasilkan kekuasaan yang besar dari Bodhisattva.
Yang pertama adalah mengetahui dengan baik kemunculan pikiran.
Yang kedua adalah mengetahui dengan baik tinggal berdiamnya
pikiran. Yang ketiga adalah mengetahui dengan baik keberangkatan
pikiran. Yang keempat adalah mengetahui dengan baik peningkatan
pikiran. Yang kelima adalah mengetahui dengan baik penurunan
pikiran. Yang keenam adalah mengetahui dengan baik cara
bijaksana."
"Mereka mengetahui dengan baik kemunculan pikiran, karena Mereka
sungguh mengetahui perbedaan yang menimbulkan pikiran di dalam
enam belas kegiatannya; ini adalah apa yang dimaksud dengan
mengetahui dengan baik kemunculan pikiran."
"Enam belas Kegiatan dari pikiran ini adalah, yang pertama,
munculnya pembentukan kesadaran sebagai yang tidak disadari,
wadah yang mendasar, yaitu kesadaran yang mencengkram
(&#257;d&#257;navij�&#257;na). Yang kedua adalah munculnya
pembentukan kesadaran bersama-sama dengan banyak objeknya yang
berbeda, yaitu, kesadaran pikiran berimajinasi yang segera
menangkap semua objek alam bentuk-rupa, dan seterusnya;
pemahaman yang segera menangkap objek bagian dalam dan bagian
luar; atau, sebagai kemungkinan lainnya, kesadaran pikiran
berimajinasi yang dalam sekejap, seketika itu juga, masuk ke
dalam 'konsentrasi (sam&#257;dhi)' dan melihat banyak
Buddhaksetra dan banyak Tathagata. Yang ketiga adalah munculnya
pembentukan kesadaran yang fokus dalam objek gambar yang kecil,
yaitu, pikiran yang terikat pada dunia nafsu keinginan. Yang
keempat adalah munculnya pembentukan kesadaran yang fokus dalam
objek gambar yang besar, yaitu, pikiran yang terikat pada dunia
bentuk-rupa. Yang kelima adalah munculnya pembentukan kesadaran
yang fokus dalam objek gambar yang tidak terbatas, yaitu,
pikiran yang terikat pada ruang angkasa yang tidak terbatas dan
kesadaran yang tidak terbatas. Yang keenam adalah munculnya
pembentukan kesadaran yang fokus dalam objek gambar yang halus,
yaitu, pikiran yang terikat pada ketiadaan apapun. Yang ketujuh
adalah munculnya pembentukan kesadaran yang fokus dalam objek
gambar dari batas terakhir, yaitu, pikiran yang terikat pada
tiada tanggapan penglihatan maupun tiada yang tanpa tanggapan
penglihatan. Yang kedelapan adalah munculnya pembentukan
kesadaran dalam yang tiada gambar, yaitu, pikiran yang melampaui
dan pikiran yang tanpa objek tujuan. Yang kesembilan adalah
munculnya pembentukan kesadaran yang diaktifkan bersama-sama
dengan penderitaan, yaitu, pikiran tentang makhluk di neraka.
Yang kesepuluh adalah munculnya pembentukan kesadaran
bersama-sama dengan banyak perasaan yang bercampur, yaitu,
pikiran yang diaktifkan melalui nafsu keinginan. Yang kesebelas
adalah munculnya pembentukan kesadaran yang diaktifkan
bersama-sama dengan kegembiraan (pr&#299;ti), yaitu, pikiran
dari dua meditasi pertama. Yang kedua belas adalah munculnya
pembentukan kesadaran yang diaktifkan bersama-sama dengan
kebahagiaan (sukha), yaitu, pikiran dari meditasi ketiga. Yang
ketiga belas adalah munculnya pembentukan kesadaran yang
diaktifkan bersama-sama dengan tiada penderitaan maupun tiada
kebahagiaan, yaitu, pikiran dari meditasi keempat pada yang
tiada tanggapan penglihatan maupun tiada yang tanpa tanggapan
penglihatan. Yang keempat belas adalah munculnya pembentukan
kesadaran bersama-sama dengan kekotoran, yaitu, pikiran yang
berhubungan dengan nafsu dan kecenderungan nafsu. Yang kelima
belas adalah munculnya pembentukan kesadaran bersama-sama dengan
kebaikan, yaitu, pikiran yang berhubungan dengan keyakinan, dan
seterusnya. Yang keenam belas adalah munculnya pembentukan
kesadaran bersama-sama dengan keadaan netral, yaitu, pikiran
yang tidak terhubung dengan kekotoran atau kebaikan."
"Apa itu mengetahui dengan baik tinggal berdiamnya pikiran? Ini
berarti bahwa Mereka sungguh mengetahui Tathat&#257; dari
pemahaman."
"Apa itu mengetahui dengan baik keberangkatan pikiran? Ini
berarti bahwa Mereka sungguh mengetahui pembebasan dari dua
belenggu, oleh gambar dan oleh kelemahan, karena dengan
mengetahui ini memungkinkan untuk menjauhkan pikiran darinya."
"Apa itu mengetahui dengan baik peningkatan pikiran? Ini berarti
bahwa Mereka sungguh mengetahui pikiran yang mampu mengatasi
belenggu dari gambar dan belenggu dari kelemahan, karena pada
saat itu, ketika [gambar dan kelemahan] itu meningkat dan
berkumpul, Mereka mencapai peningkatan dan pengumpulan [dari
pikiran yang mengatasinya]. Ini adalah apa yang dimaksud dengan
mengetahui peningkatan pikiran."
"Apa itu mengetahui dengan baik penurunan pikiran? Ini berarti
bahwa Mereka sungguh mengetahui gambar yang harus dilenyapkan,
pikiran lemah yang kotor, dan, ketika membuangnya atau
menguranginya, ini adalah penolakan dan penurunan. Ini adalah
apa yang dimaksud dengan mengetahui penurunan pemikiran."
"Apa itu mengetahui dengan baik cara bijaksana? Ini berarti
bahwa Mereka sungguh mengetahui pembebasan, penguasaan, dan
keseluruhan, ketika sedang mengolahnya atau mengakhirinya. Ini,
Kulaputra, adalah bagaimana para Bodhisattva demi kekuasaan yang
besar dari Bodhisattva, telah melakukannya, akan melakukannya,
atau sedang melakukannya sekarang."
Sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan dan berkata:
"Bhagavan, seperti yang Anda telah ajarkan, dalam Nirvanadhatu
yang tanpa skandha yang tersisa, semua perasaan sepenuhnya
lenyap tanpa sisa. Apa perasaan yang selamanya lenyap itu?"
"Singkatnya, Kulaputra, ada dua jenis perasaan yang dilenyapkan
tanpa sisa. Pertama adalah perasaan dari kelemahan tubuh, dan
yang kedua adalah perasaan dari objek yang adalah hasil [dari
perasaan dari kelemahan tubuh]. Ada empat jenis perasaan dari
kelemahan tubuh : perasaan dari tubuh berbentuk, perasaan dari
tubuh yang tidak berbentuk, perasaan dari kelemahan yang sudah
membuahkan hasil, dan perasaan dari kelemahan yang belum
membuahkan hasil. Perasaan yang sudah membuahkan hasil itu
mengacu pada perasaan sekarang, sementara perasaan yang belum
membuahkan hasil itu mengacu pada objek dari perasaan yang
menjadi penyebab di masa depan. Perasaan dari objek yang adalah
hasilnya juga ada empat jenis: perasaan dari tempat tinggal,
perasaan dari nafkah penghidupan, perasaan dari menggunakan, dan
perasaan dari ketergantungan. Dalam Penghentian yang menyisakan
skandha, semua perasaan yang belum membuahkan hasil telah
dilenyapkan, karena pada umumnya menyajikan pengalaman dari
perasaan yang terlahir dari hubungan dengan kebijaksanaan, yang
melenyapkan pengalaman dari itu [perasaan yang belum membuahkan
hasil], dan dari perasaan yang sudah membuahkan hasil. Kedua
jenis perasaan itu sudah terlenyapkan, dan orang hanya mengalami
perasaan yang terlahir dari hubungan dengan kebijaksanaan. Namun
dalam penghentian yang tanpa menyisakan skandha, pada saat
penghentian akhir, bahkan ini [perasaan yang terlahir dari
hubungan dengan kebijaksanaan] sepenuhnya terlenyapkan. Dengan
demikian dikatakan bahwa di dalam Nirvanadhatu yang tanpa
skandha yang tersisa, semua perasaan sepenunnya lenyap tanpa
sisa." Dengan begitu, sang Bhagavan menyelesaikan
penjelasan-Nya."
Kemudian sang Bhagavan menyapa sang Bodhisattva Maitreya dan
berkata:. "Sangat baik, Kulaputra, sangat baik, bahwa Anda telah
mampu bertanya kepada sang Tathagata tentang penyelesaian jalan
yang paling murni dari guhya yoga. Anda sendiri telah pasti
mencapai keterampilan tertinggi di dalam yoga, dan Saya telah
mengumumkan kepada Anda jalan dari guhya yoga yang menakjubkan,
sempurna dan paling murni. Para Bhagavan Buddha dari masa lalu
atau masa depan telah mengajarkan atau akan mengajarkan Dharma
seperti ini. Semua kulaputra dan kuladuhitr&#257; harus dengan
usaha yang tekun mengolahnya."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk
menegaskan arti-Nya :
Dalam yoga yang terdirikan di dalam Dharma ini,
Jika orang sembrono, akan kehilangan manfaat yang besar itu.
Jika orang mempraktekkan secara benar berdasarkan Dharma yoga
ini,
Akan mencapai Maha Bodhi.
Jika dalam mencari pencapaian, orang menolaknya dan
mengkritiknya,
Mengambil pandangannya sendiri menjadi jalan untuk mencapai
Dharma ini,
Maka, Maitreya, mereka sedang menjauh dari yoga ini,
Seperti jauhnya langit dari bumi.
Orang yang bandel tidak bekerja demi kepentingan makhluk,
Saat tercerahkan, tidak peduli tentang menguntungkan makhluk
hidup,
Namun orang bijak mengerjakannya sampai akhir dari kalpa,
Dan mereka mencapai sukacita tertinggi yang tanpa noda.
Jika orang, dengan nafsu keinginan, mengkhotbahkan Dharma,
Meskipun dikatakan telah menolak nafsu keinginan, orang akan
kembali mencengkram nafsu keinginan.
Para orang bodoh itu, yang telah memperoleh permata Dharma yang
tidak ternilai,
Berbalik kembali dan berkeliaran dalam kemiskinan.
Menolak pertengkaran dan meninggalkan kemelekatan gagasan,
Timbulkan usaha yang unggul.
Demi menyelamatkan para dewa dan manusia,
Anda harus mempelajari yoga ini.
Pada saat itu, sang Bodhisattva Maitreya menyapa sang Bhagavan
dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kami menamai Dharma dari
penjelasan maksud yang mendasari ini? Bagaimana kami
menghormatinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Maitreya dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, dinamakan Dharma tentang arti yang jelas dari
yoga, dan Anda harus menghormatinya seperti itu."
Ketika Dharma tentang arti yang jelas dari yoga ini diberitakan
di dalam perkumpulan majelis itu, enam ratus ribu makhluk hidup
menghasilkan pikiran yang bertekad untuk Anuttar&#257;h
Samyaksambodhi Abhisambuddha; tiga ratus ribu &#346;r&#257;vaka
mencapai pemurnian mata Dharma yang terbebas dari debu dan tanpa
noda sehubungan dengan Dharma ini; seratus lima puluh ribu
&#346;r&#257;vaka melenyapkan kekotoran dan pikiran mereka
mencapai pembebasan; dan tujuh puluh lima ribu Bodhisattva
mencapai meditasi perenungan Maha Yoga.
________________________________________________________________
____
Lima Kumpulan (pa�ca-skandha). Makhluk hidup tersusun dari lima
kumpulan: r&#363;pa (bentuk), vedan&#257; (perasaan),
sa&#7745;j�&#257; (tanggapan penglihatan/gagasan),
sa&#7745;sk&#257;ra (pembentukan pikiran), dan vij�&#257;na
(kesadaran). Yang pertama adalah benda berwujud dan empat
lainnya adalah pikiran. Karena empat ini bukan benda berwujud,
hanya ditampilkan dalam bahasa penamaan, pa�ca-skandha diringkas
sebagai Nama dan Rupa. Skandha juga berarti yang menutupi atau
menyembunyikan, dan pekerjaan tetap dari pa�ca-skandha adalah
menyembunyikan Tathat&#257; (kenyataan yang sesungguhnya) dari
makhluk hidup.
#Post#: 7--------------------------------------------------
Re: Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 9:56 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Lokesvararaja%20Tathagata.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Lokesvararaja%20Tathagata.jpg.…
Lokesvararaja Tathagata
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/lefKBAK6HN0" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Kuan-Yin-Mantra-Namo-Guan-Sh…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Kuan-Yin-Mantra-Namo-Guan-Shi-…
Avalokitesvara Maha Bodhisattva
Bab IX
Avalokite&#347;vara Parivartah[/center]
Pada saat itu, sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang
Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengajarkan sepuluh
tingkat Bodhisattva (dasabh&#363;mi), yaitu : tingkat penuh
kegembiraan (pramudit&#257;bh&#363;mi), tingkat tanpa kekotoran
(vimal&#257;bh&#363;mi), tingkat pemancar cahaya
(prabh&#257;kar&#299;bh&#363;mi), tingkat kecerdasan yang
menyala (arcismat&#299;bh&#363;mi), tingkat yang sulit
ditaklukkan (sudurjay&#257;bh&#363;mi), tingkat menuju tujuan
(abhimukh&#299;bh&#363;mi), tingkat pergi jauh
(d&#363;rangam&#257;bh&#363;mi), tingkat yang tidak tergoyahkan
(acal&#257;bh&#363;mi), tingkat kecerdasan yang sangat baik
(s&#257;dhumat&#299;bh&#363;mi), dan tingkat awan dari ajaran
(dharmamegh&#257;bh&#363;mi). Anda telah lebih jauh lagi
menjelaskan tingkat Buddha (buddhabh&#363;mi) sebagai tingkat
kesebelas. Apa itu pemurnian dari tingkat ini? Dalam apakah itu
dicakupkan? "
Pada saat itu, sang Bhagavan menyapa sang Bodhisattva
Avalokitesvara dan berkata: "Anda, Kulaputra, harus memahami
bahwa semua tingkat ini dicakup dalam empat pemurnian dan
sebelas aspek. Empat pemurnian mampu mencakup sepuluh tingkat
itu karena pemurnian niat yang unggul mencakup tingkat pertama,
pemurnian disiplin yang unggul mencakup tingkat kedua, pemurnian
pikiran yang unggul mencakup tingkat ketiga, dan pemurnian
kebijaksanaan yang unggul mencakup keunggulan yang berkembang di
dalam urutan dari tingkat-tingkat selanjutnya. Anda harus
memahami bahwa itu mampu mencakup semua tingkat dari yang
keempat hingga ke tingkat terakhir dari keBuddhaan. Anda harus
memahami bahwa dengan cara ini, empat pemurnian ini mampu
mencakup semua tingkat itu."
"Bagaimanakah sebelas aspek mencakup semua tingkat ini? Pada
tingkat pertama dari mempraktekkan pembaktian, para Bodhisattva
juga menumbuhkan kesabaran dalam pembaktian dengan mengandalkan
pada sepuluh praktik Dharma [menyalin, menghormati, menyebarkan,
menghadiri, membaca, mempertahankan, menjelaskan, melantunkan,
merenungkan, dan mengolahnya]. Oleh karena itu, setelah
melampaui tingkat ini, Mereka memasuki kepastian terjamin
sebagai Bodhisattva yang terbebaskan dari kelahiran kembali.
Setelah menyempurnakan aspek [pertama] ini, para Bodhisattva itu
masih belum mampu sungguh mengetahui dan mempraktekkan,
dikarenakan oleh adanya pelanggaran dan kesalahan yang halus.
Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun
Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan
dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan
aspek [kedua] ini, Mereka masih belum mampu untuk mencapai
penyerapan di dalam sam&#257;dhi duniawi yang sempurna atau
ingatan, atau mengingat dengan sempurna pada [Dharma] yang telah
didengar. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum
sempurna. Namun mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui
cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu
menyempurnakan aspek [ketiga] ini, Mereka belum mampu
mempertahankan faktor-faktor kebangkitan yang telah dicapai di
dalam meditasi yang berkepanjangan. Pikiran Mereka belum mampu
meninggalkan kemelekatan pada meditasi dan Dharma. Oleh karena
itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu
mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan
sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek
[keempat] ini, Mereka masih belum mampu memeriksa
prinsip-prinsip kebenaran suci sebagaimana apa adanya di dalam
kenyataan. Mereka tidak mampu berpaling dari atau menolak
perpindahan kehidupan (sams&#257;ra) dan tidak berfokus pada
penghentian (nirv&#257;na). Mereka tidak mampu menumbuhkan
faktor-faktor kebangkitan termasuk cara terampil (upaya
kausalya). Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum
sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui
cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu
menyempurnakan aspek [kelima] ini, Mereka masih belum mampu
memeriksa kelanjutan dari sams&#257;ra sebagaimana apa adanya di
dalam kenyataan, karena terus-menerus menimbulkan perasaan
kemuakan kepadanya. Mereka tidak mampu tinggal berdiam dengan
lama di dalam perenungan yang tanpa gambar. Oleh karena itu,
dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka mampu
mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan
sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek
[keenam] ini, Mereka belum mampu tinggal berdiam dengan lama di
dalam meditasi dari perenungan tanpa gambar secara tanpa cacat
dan tidak terganggu. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka
belum sempurna. Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini
melalui cara pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan
begitu menyempurnakan aspek [ketujuh] ini, Mereka masih belum
mampu meninggalkan usaha yang berhubungan dengan penguasaan
tanpa gambar. Mereka tidak mampu mencapai penguasaan atas
gambar. Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna.
Namun Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara
pengolahan dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu
menyempurnakan aspek [kedelapan] ini, Mereka masih belum mampu
mencapai penguasaan atas cara-cara yang berbeda dari ucapan,
gambar, penjelasan, dan pembedaan di dalam pengajaran. Oleh
karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka
mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan
sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan aspek
[kesembilan] ini, Mereka masih belum mampu mencapai perasaan
dari kehadiran tubuh Dharma (Dharmak&#257;ya) yang sempurna.
Oleh karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun
Mereka mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan
dengan sungguh-sungguh. Setelah dengan begitu menyempurnakan
aspek [kesepuluh] ini, Mereka masih belum mampu mencapai
kebijaksanaan yang menakjubkan dan wawasan, yang tidak melekat
dan tanpa hambatan di dalam semua alam pengetahuan apapun. Oleh
karena itu, dalam aspek ini, Mereka belum sempurna. Namun Mereka
mampu mewujudkan kesempurnaan ini melalui cara pengolahan dengan
sungguh-sungguh. Dengan begitu, aspek ini menjadi
tersempurnakan, dan, dengan menjadi tersempurnakan, semua aspek
itu menjadi tersempurnakan. Pahamilah, Kulaputra, bagaimana cara
sebelas aspek ini seluruhnya mencakup dasabh&#363;mi."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, mengapa tingkat pertama dinamakan tingkat
penuh kegembiraan? Mengapa tingkat yang lainnya hingga tingkat
keBuddhaan dinamakan dengan apa yang telah disebut?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, tingkat pertama dinamakan tingkat penuh
kegembiraan karena, di dalam mencapai tujuan yang besar dan
mencapai pikiran yang melampaui dunia, orang menghasilkan
kegembiraan dan sukacita. Tingkat kedua dinamakan tingkat tanpa
kekotoran karena di dalamnya, orang melenyapkan semua
pelanggaran halus terhadap disiplin. Tingkat ketiga dinamakan
tingkat pemancar cahaya karena konsentrasi (sam&#257;dhi) dan
ingatan yang tercapai di dalamnya dapat menjadi dukungan untuk
cahaya kebijaksanaan yang tidak terbatas. Tingkat keempat
dinamakan tingkat kecerdasan yang menyala karena faktor-faktor
kebangkitan yang dicapai di dalamnya membakar habis semua nafsu
gairah dengan kebijaksanaan yang seperti kobaran api. Tingkat
kelima dinamakan tingkat yang sulit ditaklukkan karena ketika di
dalamnya, orang mencapai penguasaan di dalam pengolahan
cara-cara terampil pada faktor-faktor dari kebangkitan yang sama
itu, yang paling sulit untuk dikuasai. Tingkat keenam dinamakan
tingkat menuju tujuan karena ketika di dalamnya, orang
mewujudkan dan memeriksa semua perkembangan dari gejala kejadian
yang berkondisi dan tinggal berdiam di dalam kehadirannya dengan
terus-menerus mengolah perenungan pada ketiadaan gambar itu.
Tingkat ketujuh dinamakan tingkat pergi jauh karena ketika di
dalamnya, orang dapat masuk ke dalam perenungan yang tiada
gambar dan yang menjangkau jauh, tanpa cacat dan tanpa gangguan,
dan dengan demikian orang semakin mendekati gambar dari
kemurnian. Tingkat kedelapan dinamakan tingkat tidak tergoyahkan
karena ketika di dalamnya, orang mencapai spontanitas sehubungan
dengan ketiadaan gambar dan tidak tergoyahkan oleh nafsu gairah
apapun sehubungan dengan gambar. Tingkat kesembilan dinamakan
tingkat kecerdasan yang sangat baik karena di dalamnya, orang
memperoleh kebijaksanaan yang tiada cacat dan yang luas, yang
memahami dan menguasai semua pengucapan Dharma. Tingkat
kesepuluh dinamakan tingkat awan dari Dharma karena di dalamnya,
sama seperti awan yang besar mampu menutupi langit, kumpulan
dari kelemahan ini [yaitu, kesadaran yang menampung] dicakup
oleh Dharmakaya. Tingkat kesebelas dinamakan tingkat Buddha
karena di dalamnya, orang selamanya terbebas dari rintangan
bahkan nafsu gairah terhalus dan dari rintangan untuk
sarvaj�aj�&#257;n&#257;, di dalam Samyaksambodhi untuk semua
alam yang diketahui."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, di tingkat bhumi ini, ada berapa banyak
angan-angan khayalan dan ada berapa banyak kelemahan yang untuk
dilenyapkan ditemukan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Di dalam tingkat bhumi ini, Kulaputra, ada dua puluh
dua angan-angan khayalan dan sebelas jenis kelemahan yang untuk
dilenyapkan. Pada tingkat pertama, ada dua angan-angan khayalan:
angan-angan khayalan yang melekati pudgala dan gejala kejadian,
dan angan-angan khayalan yang karena tercemar di dalam takdir
jahat. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang
harus dilenyapkan. Pada tingkat kedua, ada dua angan-angan
khayalan: angan-angan khayalan dari kesalahan pelanggaran yang
halus dan angan-angan khayalan dari nasib yang dihasilkan oleh
berbagai tindakan (karma). Ini bersama-sama dengan kelemahannya
adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat ketiga, ada dua
angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari menjadi tamak
dan angan-angan khayalan sehubungan dengan menyempurnakan
ingatan pada apa yang telah didengar. Ini bersama-sama dengan
kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat
keempat, ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan yang
melekati konsentrasi dan angan-angan khayalan yang melekati
Dharma. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang
harus dilenyapkan. Pada tingkat kelima, ada dua angan-angan
khayalan: angan-angan khayalan dari perhatian khusus di dalam
menolak perpindahan (sams&#257;ra) dan angan-angan khayalan dari
perhatian khusus di dalam menuju ke penghentian (nirv&#257;na).
Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus
dilenyapkan. Pada tingkat keenam, ada dua angan-angan khayalan:
angan-angan khayalan dari menghadirkan dan memeriksa
perkembangan dari gejala kejadian yang berkondisi, dan
angan-angan khayalan dari seringkali menghadirkan gambar. Ini
bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa yang harus
dilenyapkan. Pada tingkat ketujuh, ada dua angan-angan khayalan:
angan-angan khayalan dari menghadirkan gambar yang halus [dari
pikiran] dan angan-angan khayalan dari cara memperhatikan khusus
pada yang tiada gambar. Ini bersama-sama dengan kelemahannya
adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat kedelapan, ada
dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan dari mengerahkan
usaha sehubungan dengan yang tiada gambar dan angan-angan
khayalan sehubungan dengan menguasai gambar. Ini bersama-sama
dengan kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada
tingkat kesembilan ada dua angan-angan khayalan: angan-angan
khayalan dari setelah menguasai penjelasan Dharma yang tidak
terbatas, huruf kata-kata Dharma yang tidak terbatas, dan
penafsiran kebijaksanaan yang berturut-turut dan Mantra, dan
angan-angan khayalan dari setelah menguasai pengetahuan khusus
dari penafsiran. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah apa
yang harus dilenyapkan. Pada tingkat kesepuluh ada dua
angan-angan khayalan: angan-angan khayalan sehubungan dengan
kekuatan ajaib yang besar dan angan-angan khayalan di dalam
memahami rahasia yang halus. Ini bersama-sama dengan
kelemahannya adalah apa yang harus dilenyapkan. Pada tingkat
Tathagata ada dua angan-angan khayalan: angan-angan khayalan
dari kemelekatan yang paling halus untuk semua alam yang
diketahui dari makna dan angan-angan khayalan dari hambatannya
yang sangat halus. Ini bersama-sama dengan kelemahannya adalah
apa yang harus dilenyapkan. Itu, Kulaputra, dikarenakan oleh dua
puluh dua angan-angan khayalan dan sebelas kelemahan ini bahwa
ada tingkat-tingkat ini, dan bahwa Anuttar&#257;h
Samyaksambodhi, dihalangi oleh itu, menjadi tetap tidak hadir. "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, Anuttar&#257;h Samyaksambodhi adalah tentu
sangat langka, karena itu adalah pencapaian dari manfaat yang
besar, hasil yang besar, dimana semua Bodhisattva dimungkinkan
untuk memecah belah jaring-jaring khayalan yang besar,
dimungkinkan untuk melewati semak-semak belukar dari kelemahan
yang besar dan mencapai Abhisambodhi."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, oleh berapa banyak keunggulan tingkat ini
didirikan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Singkatnya, Kulaputra, ada delapan: kemurnian tekad
yang tinggi, kemurnian pikiran, kemurnian belas kasih, kemurnian
kesempurnaan yang melampaui, kemurnian melihat para Buddha dan
memberikan Mereka penghormatan, kemurnian mematangkan para
makhluk hidup, kemurnian kelahiran, dan kemurnian kekuasaan.
Kemurnian ini, Kulaputra, secara berurutan menjadi semakin
unggul dari tingkat pertama sampai tingkat Tathagata. Tidak
termasuk kemurnian kelahiran di dalam tingkat Tathagata,
kualitas yang baik dari tingkat pertama secara sebanding ada di
dalam tingkat-tingkat yang lebih tinggi, dan Anda harus memahami
bahwa tingkat-tingkat ini adalah yang lebih unggul dalam
kualitas yang baik. Kualitas yang baik dari seluruh sepuluh
tingkat Bodhisattva dapat dilampaui, namun kualitas yang baik
dari tingkat Tathagata adalah yang tiada tanding."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, mengapa Anda mengatakan bahwa kelahiran
Bodhisattva adalah yang jauh lebih unggul dibandingkan kelahiran
semua makhluk yang lain?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Ada, Kulaputra, empat alasannya. Pertama, dihasilkan
dari akar yang paling baik dan murni. Kedua, diambil melalui
kekuatan pikiran yang menembus. Ketiga, berbelas kasih
menyelamatkan para makhluk hidup. Dan keempat, menjadi murni
tanpa noda, mampu menghapus kekotoran orang lain."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, mengapa Anda mengatakan bahwa semua
Bodhisattva menghasilkan sumpah yang luas, sumpah yang
menakjubkan, sumpah yang unggul?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Itu, Kulaputra, ada empat alasan. Semua Bodhisattva
mampu secara baik mewujudkan kebahagiaan dari tinggal berdiam di
dalam nirv&#257;na. Mereka bisa cepat mencapainya, namun Mereka
meninggalkan pencapaian yang sangat cepat dari kediaman yang
menyenangkan itu. Tanpa sebab atau kebutuhan, Mereka
menghasilkan pikiran dari sumpah yang besar itu karena Mereka
ingin memberikan manfaat keuntungan kepada semua makhluk hidup.
Mereka tetap berada di antara penderitaan besar yang berbagai
jenis selama waktu yang panjang. Oleh karena itu, Saya telah
mengatakan bahwa Mereka menghasilkan sumpah yang luas, sumpah
yang menakjubkan, sumpah yang unggul."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, ada berapa banyak aturan yang semua
Bodhisattva harus amati?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, aturan dari para Bodhisattva adalah enam
kesempurnaan yang melampaui (sadp&#257;ramit&#257;) dari memberi
(d&#257;na), moralitas (s&#299;la), kesabaran (ks&#257;nti),
semangat (v&#299;rya), meditasi (dhy&#257;na), dan kebijaksanaan
(praj�&#257;)."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, dari enam jenis aturan ini, berapa banyak
yang termasuk dalam aturan disiplin yang tinggi, berapa banyak
yang termasuk dalam aturan pikiran yang tinggi, dan berapa
banyak yang termasuk dalam aturan kebijaksanaan yang tinggi?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, tiga yang pertama termasuk dalam aturan
disiplin yang tinggi, meditasi tunggal termasuk dalam aturan
pikiran yang tinggi, dan kebijaksanaan termasuk dalam aturan
kebijaksanaan yang tinggi. Saya mengajarkan bahwa semangat
meliputi mereka semua."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, bagaimana Bodhisattva mengamati enam aturan
ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Ada, Kulaputra, lima aspek yang dengan melaluinya
Mereka harus mengamati aturan ini. Yang pertama adalah, dari
awal, Mereka harus memiliki keyakinan yang kuat di dalam ajaran
Dharma yang menakjubkan tentang p&#257;ramit&#257; seperti yang
ditemukan di dalam ajaran Bodhisattva. Yang kedua adalah, Mereka
harus rajin mengolah kebijaksanaan yang menakjubkan, yang
dicapai melalui pendengaran, perenungan, dan meditasi di dalam
sepuluh praktik Dharma. Yang ketiga adalah, Mereka harus
memelihara pikiran kebangkitan (Bodhicitta). Yang keempat
adalah, Mereka harus dekat berhubungan dengan Acarya. Yang
kelima adalah, Mereka harus mengolah sifat-sifat yang baik tanpa
gangguan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, mengapa Anda menyajikan aturan ini menjadi
enam?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, ada dua alasan : untuk memberikan manfaat
keuntungan kepada makhluk hidup dan untuk melenyapkan semua
nafsu, karena tiga aturan pertama memberikan manfaat keuntungan
kepada makhluk hidup, dan tiga aturan terakhir melenyapkan semua
nafsu. Tiga pertama memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk
hidup, karena dengan memberi, semua Bodhisattva menyediakan yang
dibutuhkan untuk memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk
hidup. Dengan moralitas, Mereka memberikan manfaat keuntungan
kepada makhluk hidup di dalam menghindarkannya dari cedera,
penindasan, dan kejengkelan. Dengan kesabaran di dalam makian,
Mereka mampu memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup,
memungkinkan Mereka dengan sabar bertahan dari cedera,
penindasan, dan kejengkelan. Tiga yang terakhir melenyapkan
semua nafsu, karena dengan semangat, para Bodhisattva, meskipun
Mereka mungkin belum melenyapkan semua nafsu selamanya atau
mungkin belum melenyapkan semua kecenderungan gairah, mampu
secara rajin mengolah kualitas yang baik, dan semua nafsu itu
menjadi tidak mampu membalikkan usaha Mereka menuju kebaikan.
Dengan meditasi, mereka melenyapkan nafsu selamanya, dan dengan
kebijaksanaan, Mereka melenyapkan kecenderungan gairah
selamanya."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, mengapa Anda menyajikan p&#257;ramit&#257;
yang lainnya menjadi empat?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Karena, Kulaputra, itu adalah bantuan untuk
sadp&#257;ramit&#257; tadi. Para Bodhisattva, yang membantu para
makhluk hidup dengan cara tiga p&#257;ramit&#257; pertama
[memberi, disiplin moral, dan kesabaran], mendirikan di dalam
kebaikan dengan cara merawat mereka di dalam cara terampil dari
semua [empat] jenis penarikan [berdana kepada makhluk, mendorong
mereka dengan ucapan yang ramah, menguntungkan mereka dengan
tindakan, dan mempersamakan dengan mereka]. Oleh karena itu,
Saya telah mengajarkan bahwa kesempurnaan cara terampil
(up&#257;ya p&#257;ramit&#257;) adalah bantuan untuk tiga
p&#257;ramit&#257; pertama.
"Tapi dikarenakan oleh kondisi para Bodhisattva yang sekarang,
nafsu mereka yang sangat banyak, belum mampu di dalam praktek
yang tidak terganggu. Dikarenakan oleh tekad yang rapuh dan
kualitas duniawi dari pemahaman, tidak mampu tinggal berdiam di
dalam pikiran mereka sendiri. Karena tidak mampu mempraktekkan
secara benar latihan yang mereka dengar di dalam ajaran
Bodhisattva, meditasi yang mereka miliki tidak mampu
menghasilkan kebijaksanaan yang melampaui. Namun, mereka telah
mengumpulkan syarat kebajikan di beberapa bagian yang kecil, dan
di dalam pikiran, mereka bersungguh-sungguh menimbulkan sumpah
untuk mengurangi nafsu mereka di masa depan. Karena sumpah ini,
nafsu menjadi melemah dan mereka menjadi mampu mempraktekkan
semangat. Oleh karena itu, Saya telah mengajarkan bahwa
kesempurnaan sumpah (pranidh&#257;na p&#257;ramit&#257;) adalah
bantuan untuk kesempurnaan semangat (v&#299;rya
p&#257;ramit&#257;). Ketika Bodhisattva dekat berhubungan dengan
Acarya dan mendengar Dharma dengan perhatian yang benar, ini
menjadi penyebab mereka berpaling dari tekad yang rendah dan
menuju tekad yang lebih unggul, karena mereka menjadi mampu
mencapai pemahaman yang lebih tinggi. Inilah yang disebut
kesempurnaan kekuatan (bala p&#257;ramit&#257;). Dikarenakan
oleh kekuatan seperti ini, mereka menjadi mampu tinggal berdiam
di dalam pikiran mereka sendiri. Oleh karena itu, Saya telah
mengajarkan bahwa kesempurnaan kekuatan (bala
p&#257;ramit&#257;) membantu kesempurnaan meditasi (dhy&#257;na
p&#257;ramit&#257;). Jika para Bodhisattva itu sungguh dapat
mengolah latihan yang mereka telah dengar, mereka menjadi mampu
menghasilkan meditasi. Dan ini adalah apa yang disebut
kesempurnaan kebijaksanaan (praj�&#257; p&#257;ramit&#257;).
Dikarenakan oleh kebijaksanaan ini, mereka mampu menghasilkan
pengetahuan yang melampaui. Oleh karena itu, Saya telah
memberitakan bahwa kesempurnaan kebijaksanaan (praj�&#257;
p&#257;ramit&#257;) adalah bantuan untuk kesempurnaan
pengetahuan (j�&#257;na p&#257;ramit&#257;). "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, apa alasan untuk urutan dari
sadp&#257;ramit&#257; di dalam khotbah Anda?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Itu, Kulaputra, adalah pendukung yang memungkinkan
orang untuk menghasilkan yang selanjutnya. Ini berarti bahwa
para Bodhisattva dapat memperoleh sila yang termurnikan melalui
menjadi dermawan dengan harta fisik Mereka [melalui berdana].
Mereka berlatih kesabaran karena menjaga sila. Dengan berlatih
kesabaran, Mereka menjadi mampu menghasilkan semangat. Dengan
menghasilkan semangat, Mereka menjadi mampu mencapai meditasi.
Terberkahi dengan meditasi, Mereka menjadi mampu memperoleh
kebijaksanaan yang melampaui. Ini, maka adalah alasan untuk
urutan dari sadp&#257;ramit&#257; di dalam khotbah Saya."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, apa berbagai jenis pembagian dari
sadp&#257;ramit&#257; ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Itu, Kulaputra, masing-masing memiliki tiga pembagian.
Tiga pembagian dari memberi adalah pemberian Dharma (dharma
dana), pemberian barang-barang (amisa dana), dan pemberian
keberanian (abhaya dana). Tiga pembagian dari sila adalah sila
untuk berpaling dari apa yang tidak baik, sila untuk beralih ke
apa yang baik, dan sila untuk beralih ke memberikan manfaat
keuntungan kepada makhluk hidup. Tiga pembagian dari kesabaran
adalah kesabaran untuk bertahan dari penghinaan dan luka,
kesabaran untuk tinggal berdiam dengan penuh kedamaian di dalam
penderitaan, dan kesabaran untuk menyelidiki Dharma. Tiga
pembagian dari semangat adalah semangat yang melindungi orang
seperti baju perisai, semangat untuk mengerahkan usaha di dalam
menimbulkan yang baik, dan semangat untuk mengerahkan usaha
untuk memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk hidup. Tiga
pembagian dari meditasi adalah meditasi dari tinggal berdiam di
dalam kebahagiaan, yang dapat melenyapkan semua penderitaan dari
nafsu karena itu tidak membeda-bedakan, hening tenang, sangat
tenang, dan tanpa cacat; meditasi yang menimbulkan kualitas yang
baik; dan meditasi yang menghasilkan manfaat keuntungan kepada
makhluk hidup. Tiga pembagian dari kebijaksanaan adalah
kebijaksanaan yang mengambil objeknya dari kebenaran biasa yang
duniawi (loka-samvriti-satya); kebijaksanaan yang mengambil
objeknya dari kebenaran makna tertinggi (paramarthika satya);
dan kebijaksanaan yang mengambil objeknya dari yang
menguntungkan makhluk hidup."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, mengapa kesempurnaan ini dinamakan
p&#257;ramit&#257;?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Ada, Kulaputra, lima alasan : Ia tidak melekat, tidak
tertarik, tiada cacat, tidak membeda-bedakan, dan membuahkan
hasil. Ia tidak melekat karena tidak melekat pada yang
berlawanan dari kesempurnaan. Ia tidak tertarik karena pikiran
tidak terikat untuk pematangan atau hadiah yang dihasilkan dari
setiap kesempurnaan itu. Ia tiada cacat karena kesempurnaan ini
tidak memiliki kesamaan dengan gejala kejadian yang kotor dan
terpisah dari pelaksanaan tindakan yang jahat. Ia tidak
membeda-bedakan karena ciri-ciri khusus dari kesempurnaan ini
tidak mencengkram pada makna dari perkataan. Ia membuahkan hasil
karena kesempurnaan ini, ketika dipraktekkan dan dihimpun,
mengarah pada dan mencari hasil dari Anuttar&#257;h
Samyaksambodhi."
"Bhagavan, apa yang berlawanan dari kesempurnaan ini?"
"Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa itu ada enam jenis. Yang
pertama adalah melihat keuntungan di dalam mencari kebahagiaan
dengan mendambakan kenikmatan, kekayaan, dan kekuasaan. Yang
kedua adalah melihat keuntungan di dalam memanjakan kenikmatan
dari tubuh, ucapan, dan pikiran. Yang ketiga adalah melihat
keuntungan di dalam menjadi tidak sabar ketika dihina oleh orang
lain. Yang keempat adalah melihat keuntungan di dalam tidak
bertindak cepat untuk berlatih dan melekat pada kesenangan. Yang
kelima adalah melihat keuntungan di dalam kebingungan yang riuh
dan kegiatan liar duniawi. Yang keenam adalah melihat keuntungan
di dalam pemalsuan apa yang di lihat, di dengar, di mengerti, di
ketahui, dan di katakan."
"Bhagavan, apa hasil pematangan dari semua kesempurnaan ini?"
"Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa dalam ringkasnya ada enam
jenis. Yang pertama adalah pencapaian dari kekayaan yang besar.
Yang kedua adalah pergi dan lahir di dalam nasib yang baik. Yang
ketiga adalah sukacita penuh dan kebahagiaan dari kedamaian dan
kerukunan. Yang keempat adalah menjadi penguasa atas makhluk
hidup. Yang kelima adalah tidak adanya siksaan tubuh. Yang
keenam adalah memiliki kemasyhuran besar dan ketenaran."
"Bhagavan, bagaimanakah kesempurnaan ini menjadi bercampur
dengan hal-hal yang kotor?"
"Ringkasnya, Kulaputra, ada empat situasi : Ketika terhubung
dengan tidak adanya belas kasih, tidak adanya kewajaran, tidak
adanya kelanjutan, atau tidak adanya ketekunan. Situasi menjadi
tidak wajar ketika, melalui berlatih satu p&#257;ramit&#257;,
orang membuang dan mengabaikan praktek dari p&#257;ramit&#257;
yang lainnya."
"Bhagavan, apa yang dimaksud dengan cara yang tidak terampil?"
"Jika, Kulaputra, para Bodhisattva itu, di dalam memberikan
manfaat keuntungan kepada para makhluk hidup melalui
p&#257;ramit&#257;, yang mengandalkan hanya pada barang-barang
material untuk memberikan manfaat dan membuat mereka bahagia,
dan tidak akan berusaha untuk memimpin mereka menjauh dari
kejahatan atau mendirikan mereka di dalam kebajikan, itu akan
menjadi cara yang tidak terampil. Mengapa begitu? Itu,
Kulaputra, adalah tidak benar bahwa orang yang melakukan hal-hal
itu benar-benar memberikan manfaat keuntungan kepada makhluk
hidup. Apakah sejumlah kecil ataupun tumpukan besar dari tinja
dan kencing, itu tidak pernah dapat digunakan sebagai wewangian.
Dengan cara yang sama, karena makhluk hidup menderita disebabkan
oleh tindakan mereka, dan karena sifat alami mereka adalah
penderitaan, adalah tidak mungkin untuk memimpin mereka menuju
kebahagiaan hanya dengan cara menyediakan kepada mereka dengan
bentuk-bentuk yang cepat berlalu dari barang-barang material.
Manfaat yang terbaik adalah mendirikan mereka di dalam
kebajikan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, berapa banyak kemurnian yang dimiliki oleh
semua p&#257;ramit&#257; ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, Saya tidak pernah mengatakan bahwa itu
memiliki kemurnian yang lain dari lima yang telah disebutkan
[tidak melekat, tidak tertarik, tiada cacat, tidak
membeda-bedakan, dan membuahkan hasil]. Namun, dengan ini [lima]
sebagai landasan, Saya akan menjelaskan ciri-ciri umum dan
khusus dari kemurnian dari p&#257;ramit&#257; ini.
"Kemurnian yang umum untuk semua p&#257;ramit&#257; berjumlah
tujuh. Yang pertama adalah para Bodhisattva tidak perlu mencari
pengetahuan yang lain selain dari Dharma ini. Yang kedua adalah
bahwa, setelah mendapatkan wawasan yang mendalam dari Dharma
ini, Mereka tidak menimbulkan kemelekatan pada itu. Yang ketiga
adalah Mereka tidak menimbulkan keraguan tentang Dharma ini atau
mempertanyakan apakah bisa atau tidak itu memimpin menuju ke
kebangkitan yang besar. Yang keempat adalah Mereka tidak pernah
mengucapkan selamat kepada diri sendiri, memfitnah orang lain,
atau mengejek. Yang kelima adalah Mereka tidak pernah menjadi
sombong atau lalai. Yang keenam adalah Mereka tidak pernah puas
pada pencapaian yang kecil. Yang ketujuh adalah Mereka tidak
pernah menjadi cemburu atau pelit dengan orang lain karena
Dharma ini."
"Kemurnian yang khusus untuk setiap p&#257;ramit&#257; juga
berjumlah tujuh. Seperti yang Saya telah ajarkan, para
Bodhisattva dicirikan dengan tujuh kemurnian dari memberi. Yang
pertama adalah bahwa, karena pemberian itu adalah murni, Mereka
berlatih kemurnian memberi. Yang kedua adalah bahwa, karena
disiplin sila yang murni, Mereka berlatih kemurnian memberi.
Yang ketiga adalah bahwa, karena wawasan yang murni, Mereka
berlatih kemurnian memberi. Yang keempat adalah bahwa, karena
pikiran yang murni, Mereka berlatih kemurnian memberi. Yang
kelima adalah bahwa, karena ucapan yang murni, Mereka berlatih
kemurnian memberi. Yang keenam adalah bahwa, karena
kebijaksanaan yang murni, Mereka berlatih kemurnian memberi.
Yang ketujuh adalah bahwa, karena dimurnikan dari kekotoran,
Mereka berlatih kemurnian memberi. Ini adalah tujuh ciri-ciri
kemurnian memberi."
"Setelah memahami kesetaraan semangat, para Bodhisattva tidak
membangga-banggakan praktek semangat yang kukuh milik Mereka
ataupun tidak merendahkan orang lain. Mereka diberkahi dengan
kekuatan yang besar (maha bala) dan semangat yang besar (maha
v&#299;rya). Kemampuan Mereka yang mendalam adalah kuat dan
kukuh. Mereka tidak pernah membuang pikulan kebaikan. Ini adalah
tujuh ciri-ciri kemurnian semangat."
"Di dalam meditasi, para Bodhisattva telah memperoleh
konsentrasi yang menembus gambar, konsentrasi dari kesempurnaan,
konsentrasi yang dari dua aspek, konsentrasi yang muncul dengan
spontan, konsentrasi yang tanpa dukungan, konsentrasi yang
menanamkan pengendalian, dan konsentrasi yang tidak terbatas
dari berlatih Dharma Bodhisattva. Ini adalah tujuh ciri-ciri
kemurnian meditasi."
"Kebijaksanaan berarti bahwa para Bodhisattva telah memisahkan
diri Mereka sendiri dari dua hal yang sangat berlebihan dari
memaksakan [intisari yang dibayangkan pada ajaran] atau
peniadaan [makna duniawi dari ajaran], karena Mereka berlatih
jalan tengah. Dikarenakan oleh Kebijaksanaan ini, Mereka sungguh
memahami makna dari pintu pembebasan, yaitu, tiga pintu
pembebasan : kekosongan, ketiadaan nafsu keinginan, dan
ketiadaan gambar. Mereka sungguh memahami makna dari intisari,
yaitu, tiga ciri-ciri dari yang sepenuhnya dibayangkan, dari
yang saling bergantungan lainnya, dan dari yang sepenuhnya
tersempurnakan. Mereka sungguh memahami makna dari ketiadaan
intisari, yaitu, tiga jenis dari yang pada dasarnya tiada
intisari di dalam ciri-ciri, di dalam yang timbul, dan di dalam
makna tertinggi. Mereka sungguh memahami makna biasa yang
duniawi, yaitu, lima bidang pengetahuan [Pa�ca Vidy&#257; :
pengetahuan bahasa (&#347;abda vidy&#257;), pengetahuan
penalaran (hetu vidy&#257;), pengetahuan obat-obatan
(cikits&#257; vidy&#257;), pengetahuan seni kerajinan tangan
(&#347;ilpa-karma-sth&#257;na vidy&#257;), dan pengetahuan
kepribadian diri (adhy&#257;tma vidy&#257;)]. Mereka sungguh
memahami makna yang sesungguhnya dari makna tertinggi, yaitu,
tujuh kekosongan. Selanjutnya, di dalam tiada pembedaan, Mereka
memisahkan diri dari semua pemalsuan pikiran. Sesampainya di
kebenaran murni yang menyatu itu, Mereka tinggal berdiam di
dalamnya selama waktu yang panjang. Dengan vipa&#347;yan&#257;,
Mereka mencapai Dharma yang menyatu dan tidak terbatas dan mampu
menyempurnakan praktek dari ajaran yang sesuai dengan Dharma
itu. Ini adalah tujuh ciri-ciri kemurnian kebijaksanaan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, apa tindakan khusus dari lima ciri-ciri
[kemurnian] ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa ciri-ciri dari
kemurnian ini memiliki lima tindakan. Karena tidak melekat, para
Bodhisattva selalu mengerahkan usaha yang rajin di dalam latihan
Mereka sekarang pada p&#257;ramit&#257; tanpa kelalaian. Karena
tidak tertarik, Mereka mencakup penyebab untuk menghindari
kelalaian di masa depan. Karena tiada cacat, Mereka mampu secara
benar mempraktekkan p&#257;ramit&#257; yang sepenuhnya
termurnikan dan sepenuhnya bercahaya. Karena tiada pembedaan, di
dalam up&#257;ya p&#257;ramit&#257;, Mereka secara cepat
mencapai seluruhnya. Karena bermurah hati, di dalam semua
takdir, Mereka mencapai yang tidak habis-habisnya dalam hal
semua p&#257;ramit&#257; apapun itu dan semua hasil pematangan
yang menguntungkan [dari p&#257;ramit&#257;], dan pada akhirnya
mencapai Anuttar&#257;h Samyaksambodhi Abhisambuddha."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, mengapa p&#257;ramit&#257; ini luas? Mengapa
itu tidak ternoda? Mengapa itu yang paling bersinar? Mengapa itu
tidak tergoyahkan? Mengapa itu termurnikan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Itu, Kulaputra, adalah yang luas karena tanpa
kemelekatan, tidak tertarik, dan bermurah hati. Itu tidak
ternoda karena tanpa cacat dan tanpa pembedaan. Itu bercahaya
karena tindakan dari pemahamannya yang menembus adalah yang
tertinggi. Itu tidak tergoyahkan karena telah memasuki keadaan
yang tanpa kemunduran. Itu termurnikan karena telah
menyelesaikan Dasabh&#363;mi dan Buddhabh&#363;mi."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, mengapa semua hasil yang menguntungkan dan
pematangan dari p&#257;ramit&#257; yang dicapai oleh para
Bodhisattva adalah yang tidak habis-habisnya? Mengapa
p&#257;ramit&#257; juga adalah yang tidak habis-habisnya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Itu, Kulaputra, seperti ini karena secara saling
ketergantungan satu sama lainnya para Bodhisattva mengolahnya
dengan tanpa gangguan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, mengapa para Bodhisattva di dalam keyakinan
mengejar p&#257;ramit&#257;, bukan demi imbalan menyenangkan
yang dihasilkan darinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Ada, Kulaputra, lima alasan, yang pertama,
p&#257;ramit&#257; merupakan penyebab sukacita dan kebahagiaan
tertinggi. Yang kedua, p&#257;ramit&#257; merupakan penyebab
keuntungan tertinggi untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
Yang ketiga, p&#257;ramit&#257; merupakan penyebab pematangan
hasil yang baik di masa depan. Yang keempat, p&#257;ramit&#257;
adalah dukungan untuk pelenyapan semua kekotoran. Yang kelima,
p&#257;ramit&#257; adalah yang melampaui semua perubahan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, apa kualitas yang mulia dari masing-masing
p&#257;ramit&#257; ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa masing-masing
dari p&#257;ramit&#257; ini memiliki empat kualitas yang mulia.
Yang pertama, ketika mengolah p&#257;ramit&#257; ini secara
benar, orang menjadi mampu meninggalkan lawannya : kekikiran,
kelemahan, kemarahan, kemalasan, kebingungan, dan makna yang
salah. Yang kedua, ketika mengolah p&#257;ramit&#257; ini secara
benar, orang menjadi mampu menghimpun syarat untuk
Anuttar&#257;h Samyaksambodhi Abhisambuddha. Yang ketiga, ketika
mengolah p&#257;ramit&#257; ini secara benar, bahkan sekarang di
dunia ini, orang menjadi mampu mencakup dalam diri nya sendiri
manfaat keuntungan untuk makhluk hidup. Yang keempat, ketika
mengolah p&#257;ramit&#257; ini secara benar, orang menjadi
mampu mencapai yang tidak habis-habisnya, hasil yang baik dari
pematangannya di masa depan."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, apa penyebab p&#257;ramit&#257; ini? Apa
hasilnya? Apa manfaatnya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, penyebab p&#257;ramit&#257; ini adalah
belas kasih yang besar. Hasilnya adalah pematangan yang
menakjubkan, yang menguntungkan dan membantu makhluk hidup.
Manfaatnya yang besar adalah Anuttar&#257;h Samyaksambodhi
Abhisambuddha."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, jika para Bodhisattva diberkahi dengan
kekayaan yang tidak habis-habisnya, dan jika Mereka adalah yang
paling berbelas kasih, maka mengapa bisa ada makhluk hidup yang
miskin di dunia ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Itu, Kulaputra, dikarenakan oleh tindakan yang salah
dari makhluk hidup. Jika tidak demikian, maka bagaimana akan ada
kemiskinan di dunia? Karena para Bodhisattva selalu menjaga
pikiran untuk memberikan manfaat keuntungan kepada orang lain,
Mereka tentu diberkahi dengan kekayaan yang tidak
habis-habisnya. Seandainya makhluk hidup tidak mendirikan
hambatan melalui Karma mereka sendiri. Tubuh hantu kelaparan
(preta) yang tertindas oleh rasa haus yang sangat, bahkan jika
menjumpai air Maha Samudra, melihatnya telah kering. Ini
bukanlah kesalahan dari Maha Samudra. Ini adalah kesalahan dari
Karma preta itu sendiri! Dalam cara yang sama, kekayaan yang
akan diberikan oleh para Bodhisattva, yang seperti lautan, tidak
bersalah. Sebaliknya, sama seperti preta itu, kekuatan karma
jahat menghilangkan buah itu."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, melalui p&#257;ramit&#257; yang manakah para
Bodhisattva melihat ketiadaan intisari dari semua dharma?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Itu, Kulaputra, adalah melalui praj�&#257;
p&#257;ramit&#257; bahwa Mereka mampu melihat ketiadaan intisari
dari semua dharma."
"Bhagavan, jika itu adalah melalui praj�&#257;
p&#257;ramit&#257; bahwa Mereka mampu melihat ketiadaan intisari
dari semua dharma, lalu mengapa Mereka tidak mampu melihat
intisari?"
"Kulaputra, Saya tidak pernah mengajarkan bahwa orang melihat
ketiadaan intisari melalui intisarinya. Walaupun ketiadaan
intisari itu adalah yang terpisah dari semua perkataan dan
dicapai di bagian dalam, namun orang tidak dapat mengucapkannya
dengan cara menolak semua perkataan. Oleh karena itu, Saya
menjelaskan bahwa itu adalah melalui praj�&#257;
p&#257;ramit&#257; bahwa orang mampu melihat ketiadaan intisari
dari semua dharma. "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang
p&#257;ramit&#257;, mendekati p&#257;ramit&#257;, dan
p&#257;ramit&#257; yang besar. Apa itu p&#257;ramit&#257;? Apa
itu mendekati p&#257;ramit&#257;? Dan apa itu p&#257;ramit&#257;
yang besar?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, para Bodhisattva, melalui periode waktu
yang tidak terbatas, mempraktekkan pemberian, dan seterusnya,
dan menyelesaikan kualitas-kualitas yang baik, namun masih
menyisakan nafsu keinginan. Mereka belum mampu menaklukkannya,
melainkan diri Mereka sendiri yang ditaklukkannya.
P&#257;ramit&#257; mengacu pada pengembangan ketekunan yang
lemah seperti itu selama tahap berlatih ketekunan. Para
Bodhisattva, melalui periode selanjutnya dari waktu yang tidak
terbatas, mempraktekkan pemberian, dan seterusnya, dan secara
bertahap meningkatkan dan menyelesaikan kualitas-kualitas yang
baik. Nafsu keinginan masih muncul, tapi Mereka mampu
menaklukkannya dan diri Mereka sendiri tidak tertaklukkan.
Mendekati P&#257;ramit&#257;, maka, mengacu pada tingkat pertama
dan di atasnya. Para Bodhisattva, selama periode lebih lanjut
dari waktu yang tidak terbatas, mempraktekkan pemberian, dan
seterusnya, mengembangkan peningkatan yang lebih lanjut, dan
menyelesaikan kualitas-kualitas yang baik. Tidak ada nafsu
keinginan yang muncul sama sekali. 'Maha P&#257;ramit&#257;
(kesempurnaan yang besar)' mengacu pada tingkat kedelapan dan di
atasnya."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, berapa banyak jenis kecenderungan nafsu
keinginan yang dapat ditemukan di semua tingkat ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Singkatnya, Kulaputra, ada tiga jenis. Yang pertama
adalah kecenderungan nafsu keinginan yang dilenyapkan dari
sekutunya. Ini terjadi di dalam lima tingkat pertama. Mengapa
begitu? Kulaputra, semua nafsu keinginan yang tidak muncul
secara alami adalah sekutu untuk munculnya nafsu keinginan yang
alami. Karena ia tidak lagi hadir pada saat itu [dari tingkat
keenam], ia dikatakan yang dilenyapkan dari sekutunya. Yang
kedua adalah kecenderungan nafsu keinginan yang lemah, yang
muncul secara halus di dalam tingkat keenam dan tingkat ketujuh.
Tetapi jika orang mengolah pelenyapannya, ia tidak akan muncul
lagi. Yang ketiga adalah kecenderungan nafsu keinginan yang
halus, yang ditemukan di dalam tingkat kedelapan dan di atasnya.
Di sini, semua nafsu keinginan telah dilenyapkan dan tidak
muncul lagi. Hanya ada tersisa dukungan untuk penghalang menuju
ke 'Maha Tahu Semua (sarvaj�&#257;na)'. "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, berapakah banyak jenis dari meninggalkan
kelemahan dari kecenderungan nafsu keinginan ini diwujudkan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Itu, Kulaputra, hanya ada dua jenis, yaitu,
meninggalkan kelemahan yang di permukaan sehubungan dengan
[jenis kecenderungan nafsu keinginan] yang pertama dan yang
kedua itu. Meninggalkan kelemahan yang lebih dalam berkaitan
dengan [jenis kecenderungan nafsu keinginan] yang ketiga itu.
Meninggalkan kelemahan yang paling dalam Saya telah mengajarkan
sebagai meninggalkan semua kecenderungan nafsu keinginan
selamanya, dan adalah berada di dalam tingkat Buddha."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, berapa banyak kalpa yang orang harus lalui
untuk dapat meninggalkan kelemahan-kelemahan ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, orang harus melewati tiga kalpa besar yang
tidak terhitung dan yang tidak terukur. Itu tidak terhitung
karena itu tidak dapat diukur di dalam tahun, bulan, setengah
bulan, seluruh atau setengah hari dan malam, seketika, sesaat,
atau ksana. "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, apa ciri-ciri, kesalahan, dan kualitas yang
baik dari nafsu keinginan yang muncul di dalam semua tingkat
Bodhisattva ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, ia dicirikan dengan tiada kotoran, karena,
dari saat menetap di dalam tingkat pertama, para Bodhisattva
secara menembus memahami dharmadh&#257;tu dari segala sesuatu.
Oleh karena itu, nafsu keinginan ini muncul dengan kesadaran
penuh dari para Bodhisattva itu dan tidak secara tidak sadar,
dengan demikian ia dicirikan sebagai yang tiada kotoran. Para
Bodhisattva tidak dapat menimbulkan penderitaan apapun di dalam
tubuh Mereka sendiri, dan tiada kesalahan. Tapi Mereka
menimbulkan nafsu keinginan sehingga dapat memotong putus
penyebab penderitaan untuk makhluk hidup. Jadi ia memiliki
kualitas yang baik, yang tidak terbatas."
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Sungguh langka, Bhagavan, Anuttar&#257;h
Samyaksambodhi, karena memiliki manfaat yang besar seperti itu,
yang memungkinkan para Bodhisattva untuk menimbulkan nafsu
keinginan, namun melampaui akar kebajikan yang menakjubkan dari
semua makhluk, &#346;r&#257;vaka dan Pratyekabuddha. Betapa
lebih besar lagi kualitas kebajikannya yang lainnya yang tidak
terbatas! "
Sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, Anda telah mengatakan bahwa
&#346;r&#257;vakayana dan Mah&#257;yana adalah kendaraan tunggal
(Ekayana). Apa makna yang mendasari ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Kulaputra, di dalam &#346;r&#257;vakayana, Saya telah
mengajarkan berbagai macam intisari dari segala sesuatu,
pa�ca-skandha, Enam bidang bagian dalam, Enam bidang bagian
luar, dan sejenisnya. Di dalam Mah&#257;yana, Saya telah
mengajarkan bahwa semua hal itu adalah yang sama dengan
Dharmadh&#257;tu, dengan satu makna terdalam yang sama. Jadi,
Saya tidak mengatakan bahwa Kendaraan ini berbeda. Namun
beberapa orang menimbulkan gagasan salah yang membeda-bedakan
dengan mengambil arti huruf dari makna Saya. Beberapa orang
melebih-lebihkan, beberapa orang mengurang-ngurangi, tetapi
alasan mereka dalam hubungan dengan perbedaan dari Kendaraan itu
adalah bertentangan. Dalam cara ini, mereka berkembang dan
menyajikan perdebatan. Inilah makna yang mendasari dalam hal
ini."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk
menegaskan arti-Nya :
Tingkat-tingkat itu, apa yang dicakupnya, penjelasannya,
lawannya,
Keunggulannya, sumpah yang ditimbulkannya, pembelajaran,
Semua ini tergantung pada Mah&#257;yana, yang dikhotbahkan oleh
sang Buddha.
Mereka yang mengolahnya dengan baik, akan menjadi para Buddha.
Di dalam H&#299;nay&#257;na dan Mah&#257;y&#257;na, Saya telah
mengajarkan berbagai intisari dari semua gejala kejadian;
Lagi, Saya telah mengajarkan bahwa semua ini adalah yang sama
dengan satu makna.
Karena Saya telah mengajarkan H&#299;nay&#257;na dan
Mah&#257;y&#257;na,
Oleh karena itu, Saya mengajarkan tiada perbedaan di dalam
kendaraan.
Jika orang membeda-bedakan dengan mengambil arti huruf dari
makna Saya,
Apakah dengan berkata melebih-lebihkan atau mengurang-ngurangi,
Dua ini akan menjadi bertentangan.
Di dalam kebodohan, pemahaman itu akan menyebabkan perselisihan.
Pada saat itu, sang Bodhisattva Avalokitesvara menyapa sang
Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kami menamai Dharma
dari penjelasan makna yang mendasari ini? Bagaimana kami
menghormatinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan
berkata: "Itu, Kulaputra, harus dinamakan sebagai Dharma yang
jelas tentang 'tingkat (bh&#363;mi)' dan 'kesempurnaan yang
melampaui (p&#257;ramit&#257;)', dan Anda harus menghormatinya
seperti itu."
Ketika Dharma yang jelas tentang bh&#363;mi dan
p&#257;ramit&#257; ini dikhotbahkan, Tujuh puluh lima ribu
Bodhisattva di dalam pertemuan besar itu mencapai Bodhisattva
Sam&#257;dhi yang bersinar dari Mah&#257;yana.
________________________________________________________
Lankavatara Mahayana Sutra - Tujuh Kekosongan :
[1] Kekosongan dari ciri-ciri (laksana shunyata).
[2] Kekosongan dari sifat alami keberadaan diri (bhavasvabhava
shunyata).
[3] Kekosongan dari tiada kegiatan (apracarita shunyata).
[4] Kekosongan dari kegiatan (pracarita shunyata).
[5] Kekosongan dari semua gejala kejadian yang tidak dapat
ungkapkan (sarvadharma nirabhilapya shunyata).
[6] Kekosongan dari makna tertinggi yang dicapai oleh para Arya.
[7] Kekosongan dari yang saling berhubungan.
#Post#: 8--------------------------------------------------
Re: Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 9:58 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Manjusri1GF.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Manjusri1GF.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/aWjOvUAEZbU" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Manjusri%20Avalokitesvara%20…
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Manjusri%20Avalokitesvara%20Va…
Bab X
Ma�ju&#347;r&#299; Pariprccha[/center]
Pada waktu itu, sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang
Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, Anda telah mengajarkan tentang
'tubuh Dharma (Dharmak&#257;ya)' dari para Tathagata.
Bagaimanakah Dharmak&#257;ya ini akan ditandai?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, Dharmak&#257;ya dari sang Tathagata ditandai sebagai
kesempurnaan penuh dari 'perubahan landasan (asrayaparavrtti)',
yang dicapai melalui praktek p&#257;ramit&#257; di dalam semua
bh&#363;mi. Ketahuilah bahwa dikarenakan oleh dua karakteristik,
itu adalah yang tidak dapat dibayangkan, karena itu melampaui
pemalsuan ucapan dan bukan keadaan yang berkondisi. Para makhluk
hidup, sebaliknya, membayangkan dan melekat pada apa yang
dikondisikan melalui pemalsuan ucapan."
"Bhagavan, apakah asrayaparavrtti dari para &#346;r&#257;vaka
dan Pratyekabuddha disebut sebagai Dharmak&#257;ya atau tidak?"
"Kulaputra, itu tidak disebut sebagai Dharmak&#257;ya."
"Bhagavan, seperti apakah tubuh itu harus disebut?"
"Itu, Kulaputra, disebut sebagai 'tubuh pembebasan
(Vimoksak&#257;ya)'. Vimoksak&#257;ya dari semua
&#346;r&#257;vaka dan Pratyekabuddha adalah yang sama sebanding
dengan yang dari semua Tath&#257;gata. Tetapi dikarenakan oleh
Dharmak&#257;ya, Kita mengatakan bahwa itu adalah yang berbeda.
Karena itu adalah yang berbeda dari Dharmak&#257;ya dari semua
Tath&#257;gata, semua itu adalah berbeda dari kualitas yang baik
dan yang tidak terbatas dari sang Tath&#257;gata, yang tidak
bisa dipahami melalui perhitungan atau persamaan."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, bagaimana seharusnya Kami memahami
karakteristik dari awal kelahiran sang Tath&#257;gata?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, aksi dari tubuh pembentukan (Nirm&#257;nak&#257;ya)
dari sang Tath&#257;gata muncul di dalam banyak ragam, sama
seperti yang dkerjakan alam duniawi. Ini ditandai sebagai yang
dihiasi dan didukung oleh sejumlah kualitas yang baik dari sang
Tath&#257;gata. Ketahuilah bahwa Nirm&#257;nak&#257;ya ini
ditandai sebagai yang memiliki awal kelahiran, sedangkan
Dharmak&#257;ya ditandai sebagai yang tidak dilahirkan."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, bagaimana seharusnya Kami memahami 'cara
terampil (up&#257;ya kau&#347;alya)' di dalam menciptakan
Nirm&#257;nak&#257;ya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, di dalam semua Buddhaksetra di trisahasra yang luas,
di dalam banyak rumah tangga kerajaan yang terhormat dan tinggi,
di dalam banyak negeri rumah tangga yang terhormat dan kaya,
masuk ke dalam rahim, dilahirkan, dan tumbuh dewasa pada saat
yang sama, mengalami nafsu keinginan, meninggalkan rumah, dan
terlibat di dalam praktek pertapaan. Setelah meninggalkan
praktek pertapaan itu, mencapai Anuttar&#257;h Samyaksambodhi
Abhisambuddha. Ini adalah urutan perwujudan-Nya. Ini adalah apa
yang disebut up&#257;ya kau&#347;alya di dalam menciptakan
Nirm&#257;nak&#257;ya."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, berapa banyak jenis pengajaran yang didukung
oleh Tubuh-Tubuh dari semua Tath&#257;gata itu, dengan cara yang
manakah para makhluk hidup yang sudah dibimbing, tetapi belum
matang, dimatangkan, dan dengan berfokus pada yang sudah matang
dibimbing secara cepat untuk mencapai pembebasan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Singkatnya, Kulaputra, ajaran dari sang Tath&#257;gata
berjumlah tiga : S&#363;tra, Vinaya, dan M&#257;trk&#257;."
"Bhagavan, apa itu S&#363;tra? Apa itu Vinaya? Apa itu
M&#257;trk&#257;?"
"Manjusri, di mana pun Saya menjelaskan Dharma dengan
mengandalkan kategori rangkuman, itu adalah S&#363;tra. Itu
mengandalkan pada empat kategori, sembilan kategori, atau dua
puluh sembilan kategori."
"Apa itu empat kategori? Yaitu, mendengar, mengambil
perlindungan, mempraktekkan, dan 'kebangkitan (Bodhi)'."
"Apa itu sembilan kategori? Yaitu, menjelaskan tentang makhluk
hidup, kesenangan mereka, kelahiran mereka, kehidupan mereka
setelah lahir, kekotoran dan pemurnian mereka, perbedaan mereka,
tindakan menjelaskan, yang dijelaskannya, dan perkumpulannya."
"Apa itu dua puluh sembilan kategori? Yang berhubungan dengan
gejala kejadian yang kotor: [1] mengumpulkan gejala kejadian
yang berkondisi, [2] terus-menerus terlibat dengannya, [3]
kekuatan yang menyebabkan perpindahan di masa depan yang berasal
dari tanggapan penglihatan pada pudgala, [4] dan kekuatan untuk
menyebabkan perpindahan di masa depan yang berasal dari
tanggapan penglihatan pada benda. Yang berhubungan dengan gejala
kejadian yang murni: [5] memfokuskan pikiran pada objek
pengamatan, [6] mengerahkan semangat pada itu, [7] tinggal
berdiam dalam pikiran yang kukuh, [8] tinggal berdiam di dalam
sukacita dalam kehidupan saat ini, [9] objek pengamatan yang
bertujuan untuk melampaui semua keadaan penderitaan, [10] dan
pengetahuan yang sempurna tentang itu, ada tiga jenis:
pengetahuan yang sempurna tentang landasan kesalahan,
pengetahuan yang sempurna tentang landasan praktek pertapaan
para tirthika yang bergantung pada tanggapan penglihatan dari
makhluk hidup, dan pengetahuan yang sempurna tentang landasan
ketiadaan kebanggaan di antara para Arya. [11] Landasan untuk
meditasi, [12] pencapaiannya, [13] pengolahannya, [14] yang
menjadi stabil, [15] keanekaragamannya, [16] objek
pengamatannya, [17] keterampilan untuk mengetahui apa yang telah
ditinggalkan dan apa yang belum ditinggalkan, [18] gangguannya,
[19] tidak terganggu oleh itu, [20] landasan untuk melenyapkan
gangguan itu, [21] ketekunan dalam kerja keras dan usaha untuk
bermeditasi, [22] manfaat yang dari meditasi, [23] keteguhannya,
[24] kumpulan dari latihan sucinya, [25] kumpulan dari bantuan
untuk latihan suci, [26] penembusannya menuju ke Tathat&#257;,
[27] pencapaiannya ke Nirvana, [28] Kelebihan dari wawasan
duniawinya ke dalam Dharma dan Vinaya melampaui pencapaian dari
wawasan tertinggi dari semua tirthika, [29] dan kemunduran yang
berasal dari tidak mengolahnya, karena Manjusri, sehubungan
dengan Dharma dan Vinaya yang telah dijelaskan dengan baik,
kemunduran berasal dari tidak mempraktekkannya, dan tidak
mengacu pada kesalahan dari pandangan yang keliru.
"Manjusri, Vinaya mengacu pada Dharma tentang 'aturan yang
mengarah ke pembebasan (pr&#257;timoksa)' dan keadaan-keadaan
yang berhubungan dengan pr&#257;timoksa ini yang telah Saya
jelaskan kepada para &#346;r&#257;vaka dan Bodhisattva."
"Bhagavan, berapa banyak aspek yang termasuk di dalam
pr&#257;timoksa dari Bodhisattva?"
"Anda, Kulaputra, harus memahami bahwa itu ada tujuh. Yang
pertama adalah pengajaran tentang aturan yang untuk diterima.
Yang kedua adalah pengajaran tentang 'landasan kekalahan
(p&#257;r&#257;j&#257;yika-sth&#257;na)'. Yang ketiga adalah
pengajaran tentang pelanggaran terhadap Vinaya. Yang keempat
adalah pengajaran tentang sifat alami dari pelanggaran. Yang
kelima adalah pengajaran tentang sifat alami dari ketiadaan
pelanggaran. Yang keenam adalah pengajaran tentang bagaimana
untuk terbebaskan dari pelanggaran. Yang ketujuh adalah
pengajaran tentang melepaskan Vinaya."
"Manjusri, M&#257;trk&#257; mengacu pada Dharma Saya tentang
penjelasan yang terperinci, yang adalah sebelas jenis dari
ciri-ciri, yaitu, yang pertama adalah ciri-ciri dari kebiasaan
duniawi. Yang kedua adalah ciri-ciri dari makna tertinggi. Yang
ketiga adalah ciri-ciri dari objek yang membantu untuk
'kebangkitan (Bodhi)'. Yang keempat adalah ciri-ciri dari aspek
itu. Yang kelima adalah ciri-ciri dari intisari itu. Yang keenam
adalah ciri-ciri dari hasil itu. Yang ketujuh adalah ciri-ciri
dari penjelasan dari pengalaman pada itu. Yang kedelapan adalah
ciri-ciri dari gejala kejadian yang menghalangi itu. Yang
kesembilan adalah ciri-ciri dari gejala kejadian yang selaras
dengan itu. Yang kesepuluh adalah ciri-ciri dari cacat pada itu.
Yang kesebelas adalah ciri-ciri dari keunggulan dari itu."
"Pahamilah, Manjusri, bahwa ciri-ciri dari kebiasaan duniawi ada
tiga jumlahnya. Yang pertama adalah pengajaran tentang pudgala.
Yang kedua adalah pengajaran tentang ciri-ciri dari melekat pada
apa yang sepenuhnya dibayangkan. Yang ketiga adalah pengajaran
tentang kegiatan dimana gejala kejadian bekerja."
"Pahamilah bahwa ciri-ciri dari makna tertinggi ditemukan di
dalam pengajaran pada tujuh jenis Tathat&#257;."
"Ciri-ciri dari objek yang membantu kebangkitan adalah ajaran
tentang semua hal yang dapat diketahui."
"Ciri-ciri dari aspek adalah pengajaran pada delapan metode
penyelidikan, apa itu delapan metode penyelidikan? Yaitu, yang
mengacu pada kebenaran, pendapat, kesalahan, kualitas, cara,
perpindahan, penalaran, dan membedakan yang umum."
"Kebenaran mengacu pada Tathat&#257; dari segala sesuatu."
"Pendapat mengacu pada kesanggupan mendirikan pudgala, bisakah
atau tidak orang mendirikan ciri-ciri yang melekat pada apa yang
sepenuhnya dibayangkan; bisakah atau tidak orang mendirikan
penegasan langsung, jawaban yang membeda-bedakan, membalikkan
pertanyaan, atau jawaban dengan diam; dan apakah orang dapat
mendirikan perbedaan yang memisahkan makna tersembunyi dari
jawaban yang jelas."
"Kesalahan mengacu pada semua gejala kejadian yang kotor, yang
memiliki kesalahan yang Saya telah jelaskan dengan cara-cara
berbeda yang tidak terhitung banyaknya."
"Kualitas mengacu pada semua manfaat unggul dari gejala kejadian
yang murni, yang Saya telah jelaskan dengan cara-cara berbeda
yang tidak terhitung banyaknya."
"Cara memiliki enam jenis. Yang pertama adalah cara yang
berhubungan dengan Tathat&#257;. Yang kedua adalah cara yang
berhubungan dengan pencapaian. Yang ketiga adalah cara yang
berhubungan dengan mengajar. Yang keempat adalah cara yang
berhubungan dengan menghindari dua hal yang sangat berlebihan.
Yang kelima adalah cara yang berhubungan dengan wacana yang
tidak terbayangkan. Yang keenam adalah cara yang berhubungan
dengan makna yang mendasari.
"Perpindahan mengacu pada tiga masa waktu [masa lalu, sekarang,
dan masa depan], tiga ciri-ciri dari gejala kejadian yang
berkondisi [timbul, menghuni, dan mati], dan empat jenis
penyebab [yang membawa kemajuan seperti yang langsung, yang
mendahului, tujuan, dan yang dominan]."
"Penalaran ada empat jenis. Yang pertama adalah penalaran dari
pengamatan. Yang kedua adalah penalaran dari kejadian. Yang
ketiga adalah penalaran dari pertunjukkan. Yang keempat adalah
penalaran dari kenyataan. Penalaran dari pengamatan berarti dari
sebab dan kondisi yang menghasilkan gejala kejadian yang
berkondisi dari keberadaan dan dari bahasa yang bersamaan
dengannya. Penalaran dari kejadian berarti dari sebab dan
kondisi yang mengakibatkan gejala kejadian, yang menyebabkan
penyelesaiannya, atau yang menyebabkan kegiatannya setelah
kemunculannya. Penalaran dari pertunjukkan berarti dari sebab
dan kondisi yang menyebabkan makna diusulkan, dijelaskan, dan
ditegaskan menjadi benar dan dipahami. Penalaran ini memiliki
dua jenis: yang termurnikan dan yang tidak murni. Singkatnya,
ada lima penalaran yang termurnikan dan tujuh penalaran yang
tidak murni."
"Lima aspek [dari penalaran] yang disebut termurnikan, yang
pertama ditandai sebagai yang dicapai melalui pemahaman
langsung. Yang kedua ditandai sebagai yang dicapai melalui
dukungan dari pemahaman langsung itu. Yang ketiga ditandai
sebagai yang ditimbulkan melalui berbagai macam persamaan. Yang
keempat ditandai sebagai yang benar-benar tersempurnakan. Yang
kelima ditandai sebagai Ajaran yang termurnikan dengan baik."
"Itu yang ditandai sebagai yang dipastikan melalui pemahaman
langsung terdiri dalam apa yang dikenal melalui tanggapan
penglihatan langsung di dunia, bahwa semua gejala kejadian yang
berkondisi adalah yang tidak kekal, bahwa semua gejala kejadian
yang berkondisi membawa penderitaan, bahwa semua gejala kejadian
yang berkondisi adalah yang tanpa diri. Yang seperti ini
dikatakan yang dicapai melalui pemahaman langsung."
"Itu yang ditandai sebagai yang dipastikan melalui dukungan dari
pemahaman langsung mengacu pada hal-hal itu yang, meskipun tidak
dicapai melalui pemahaman langsung, dapat disimpulkan. Karena
hal-hal itu dapat didukung atas dasar yang jelas dari
ketidakkekalan, yang merupakan soal dari pemahaman langsung,
semua gejala kejadian yang berkondisi adalah yang cepat berlalu,
bahwa dunia-dunia yang lain memiliki makhluk hidup, bahwa
tindakan yang murni dan yang tidak murni adalah yang tidak
pernah hilang. Orang dapat memastikan bahwa berbagai perbedaan
di antara makhluk hidup tergantung pada berbagai macam tindakan
mereka. Orang dapat memastikan bahwa penderitaan atau sukacita
dari para makhluk hidup didasarkan pada tindakan yang murni atau
yang tidak murni milik mereka. Yang seperti ini dikatakan yang
dicapai melalui dukungan dari pemahaman langsung."
"Itu yang ditandai sebagai yang ditimbulkan melalui berbagai
macam persamaan terdiri dalam menggambarkan fakta-fakta umum
yang dikenal di dunia, seperti kelahiran dan kematian dari semua
gejala kejadian yang berkondisi, yang bagian dalam dan bagian
luar, agar untuk memberikan persamaan. Itu terdiri dalam
menggambar gambar-gambar umum yang dikenal di dunia, seperti apa
rasanya menderita melalui dilahirkan, dan seterusnya, agar untuk
memberikan persamaan. Itu terdiri dalam menggambar gambar-gambar
umum yang dikenal di dunia, seperti ketiadaan keahlian, agar
untuk menarik persamaan. Itu terdiri dalam menggambar
contoh-contoh umum yang dikenal, seperti kemakmuran luar, agar
untuk memberikan persamaan. Yang seperti ini dikatakan yang
dicirikan sebagai yang ditimbulkan oleh persamaan."
"Itu yang ditandai sebagai yang benar-benar tersempurnakan
terdiri dalam kemampuan untuk secara pasti mendirikan persoalan
sebagai yang ditegaskan melalui pemahaman langsung, melalui
dukungan dari pemahaman langsung, dan melalui persamaan."
"Itu yang ditandai sebagai Ajaran yang termurnikan dengan baik
terdiri dalam apa yang diajarkan melalui 'kemahatahuan
(sarvajna)', seperti wacana pada ketenangan akhir dari Nirvana.
Yang seperti ini dikatakan yang dicirikan sebagai Ajaran yang
termurnikan dengan baik. Kulaputra, lima ciri-ciri ini adalah
prinsip-prinsip pertimbangan yang termurnikan dari penyelidikan.
Karena itu murni, Anda harus mengolahnya."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, ada berapa banyak ciri-ciri dari Sarvajna?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, ada lima. Yang pertama adalah bahwa jika suara
dari sang Sarvajna muncul di dunia ini, itu akan terdengar di
mana-mana. Yang kedua adalah bahwa Dia akan diberkahi dengan
tiga puluh dua kualitas utama. Yang ketiga adalah bahwa Dia akan
diberkahi dengan sepuluh kekuatan dan dapat memotong putus semua
keraguan dari semua makhluk hidup. Yang keempat adalah bahwa Dia
akan diberkahi dengan empat keberanian, memberitakan Dharma yang
sejati, dan tidak terbantahkan oleh orang lain. Yang kelima
adalah bahwa di dalam Saddharma dan disiplin, Dia akan mampu
mendatangkan empat jenis Bhiksu dengan Jalan Delapan Bagian dari
para Arya. Dia akan menimbulkan Dharma yang akan memotong putus
jaring keraguan, yang tidak akan ditundukkan oleh sanggahan
orang lain, melainkan akan dapat membantah semua ajaran sesat
mereka. Para Bhiksu dari delapan jalan Arya itu akan dapat
menegaskan. Pahamilah bahwa ini adalah lima ciri-ciri dari
Sarvajna. Anda, Kulaputra, harus menyadari bahwa penalaran ini
adalah dari apa yang ditunjukkan dengan baik, karena pemahaman
langsung, kesimpulan, dan ajaran suci, disebut yang termurnikan
di dalam lima ciri-cirinya."
"Lalu apa tujuh ciri-ciri yang disebut tidak murni itu? Yang
pertama ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui kesamaan
dengan bentuk-bentuk lain. Yang kedua ditandai sebagai yang
dapat dipastikan melalui perbedaan dengan bentuk-bentuk lain.
Yang ketiga ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui
kesamaan dengan semua bentuk. Yang keempat ditandai sebagai yang
dapat dipastikan melalui perbedaan dengan semua bentuk. Yang
kelima ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui contoh
yang berbeda. Yang keenam ditandai sebagai yang tidak lengkap.
Yang ketujuh ditandai sebagai penjelasan dari ajaran yang tidak
murni."
"Jika sesuatu dipastikan melalui pembentukkan pikiran (citta
samsk&#257;ra) tentang semua gejala kejadian, maka itu ditandai
sebagai yang dapat dipastikan melalui kesamaan dengan
bentuk-bentuk lain. Jika ciri-ciri, sifat alami, tindakan,
penyebab, hasil, dan perbedaan dari segala sesuatu ditetapkan
sebagai semua yang memiliki perbedaan di dalam setiap
ciri-cirinya yang berbeda-beda, ini ditandai sebagai yang dapat
dipastikan melalui perbedaan dengan bentuk-bentuk lain. Jika,
Kulaputra, di dalam yang dapat dipastikan melalui kesamaan
dengan bentuk-bentuk lain, dan, di dalam contohnya, ciri-ciri
dari semua bentuk yang berbeda diikutsertakan, maka persoalannya
tidak bisa ditunjukkan. Ini adalah apa yang dikatakan menjadi
yang ditandai sebagai yang tidak lengkap. Jika di dalam yang
ditandai sebagai yang dapat dipastikan melalui perbedaan dengan
semua bentuk lain, dan di dalam contohnya, semua bentuk yang
sama diikutsertakan, maka persoalannya tidak dapat ditunjukkan.
Hal ini juga yang dikatakan menjadi yang ditandai sebagai yang
tidak lengkap. Karena tidak lengkap, ia meniadakan penalaran
murni yang dipahami dengan baik. Karena tidak murni, ia tidak
bisa diolah. Jika ciri-cirinya ditarik dari persamaan yang
berbeda, jika ia meniadakan ajaran yang termurnikan dengan baik,
ketahuilah bahwa landasannya adalah yang tidak murni."
"Penalaran dari kenyataan (dharmat&#257;-yukti) mengacu pada,
dharmadh&#257;tu yang tinggal berdiam di dalam segala sesuatu
dan mendukung sifat alami dari gejala kejadian, apakah sang
Tath&#257;gata muncul di dunia atau tidak."
"Membeda-bedakan hal yang umum mengacu pada pemahaman akhir
dimana apa yang pada awalnya digambarkan secara umum melalui
istilah tunggal kemudian dibedakan dan ditunjukkan melalui
banyak hal.
"Intisari mengacu pada ciri-ciri dari intisari yang Saya telah
jelaskan tentang kualitas yang mendukung kebangkitan (bodhipaksa
dharma), yang ditangkap bersama-sama dengan aspeknya dan
objeknya, seperti tempat kesadaran (smrtyupasth&#257;na), dan
seterusnya."
"Ciri-ciri dari hasilnya [dari mencapai bodhipaksa dharma]
terdiri dalam meninggalkan semua nafsu yang duniawi dan yang
melampaui duniawi, dan di dalam semua kualitas yang baik yang
duniawi dan yang melampaui duniawi yang dihasilkan darinya."
"Ciri-ciri dari penjelasan dari mengalaminya [bodhipaksa dharma]
terdiri dalam, pertama, mengalaminya melalui kebijaksanaan dari
pembebasan, dan kemudian mengumumkan penjelasannya kepada orang
lain."
"Ciri-ciri dari hambatan untuk keadaan ini terdiri dalam semua
keadaan kotor yang mampu menghalangi praktek bodhipaksa dharma."
"Ciri-ciri dari yang yang selaras dengan keadaan ini terdiri
dalam kebiasaan yang dihasilkan di dalam perhubungannya."
"Ciri-ciri yang merugikannya terdiri dalam kelebihan dari
hal-hal yang menghambatnya."
"Ciri-ciri dari manfaat unggulnya terdiri dalam kualitas yang
baik dari keadaan yang selaras dengannya."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, Anda telah meringkas arti dari S&#363;tra,
Vinaya, dan M&#257;trk&#257; untuk para Bodhisattva di dalam
rumus ingatan yang tidak diketahui oleh para tirthika. Melalui
rumus ingatan ini yang tidak diketahui oleh para tirthika, Anda
memimpin para Bodhisattva untuk menembus makna tersembunyi dari
apa yang sang Tathagata telah khotbahkan."
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, dengarlah kebenaran, karena Saya akan meringkaskan
untuk Anda arti dari rumus ingatan yang unik itu, yang memimpin
semua Bodhisattva untuk menembus maksud tersembunyi dari apa
yang Saya telah katakan. Kulaputra, Saya telah mengkhotbahkan
bahwa 'gejala kejadian yang kotor' dan 'gejala lejadian yang
termurnikan' [dari kesadaran] adalah yang tiada kegiatan yang
disengaja apapun, dan tiada pudgala apapun, karena 'segala
sesuatu' terpisah dari 'menjadi'. Tidak ada gejala kejadian yang
kotor, karena itu bukanlah kasus bahwa ia pertama kotor dan
kemudian dimurnikan. Tidak ada gejala kejadian yang termurnikan,
karena itu bukanlah kasus bahwa apa yang kemudian 'dimurnikan'
sebelumnya adalah yang 'kotor'. Karena semua makhluk duniawi di
dalam tubuh mereka yang lemah melekat pada gejala kejadian dan
bergairah dalam hal pandangan mereka yang salah,
membeda-bedakankan intisari dari pudgala, mereka membayangkan
'Aku' dan 'Milik-ku'. Di dalam pandangan yang salah ini, mereka
mengatakan, 'Aku melihat', 'Aku mendengar', 'Aku mencium bau',
'Saya mengecap rasa', 'Aku menyentuh', 'Aku tahu', 'Aku makan',
'Aku melakukan', 'Aku terkotori', 'Aku termurnikan'. Dalam hal
seperti itu, usaha mereka yang sesat menjadi meningkat. Tapi
jika mereka mengetahui hal-hal sebagaimana yang sesungguhnya apa
adanya, maka mereka akan mampu pada akhirnya meninggalkan
tubuh-tubuh kelemahan itu, dan tanpa usaha yang disengaja akan
mencapai 'dukungan yang tidak berkondisi yang tidak tinggal di
dalam nafsu gairah', 'kemurnian tertinggi yang terpisah dari
semua buatan kata', dan 'dukungan yang tidak berkondisi' dengan
tanpa usaha yang disengaja apapun. Anda, Kulaputra, harus
memahami bahwa ini adalah bagaimana Saya meringkas arti dari
rumus ingatan yang unik itu, yang tidak diketahui oleh para
tirthika yang merangkum makna Saya."
Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk
menegaskan arti-Nya :
Semua gejala kejadian, yang kotor dan yang termurnikan,
Adalah yang tanpa usaha yang disengaja, dan yang tanpa pudgala.
Oleh karena itu, Saya telah mekhotbahkan bahwa ia terpisah dari
'menjadi',
Karena kekotoran dan pemurnian tidak mengenal 'sebelum' atau
'sesudah'.
Di dalam tubuh dari kelemahan,
Bernafsu gairah tentang pandangan,
Dan oleh karena itu, membayangkan "Aku" dan "Milik-ku."
Dikarenakan oleh angan-angan khayalan itu, mereka mengatakan
"Aku melihat", "Aku makan", "Aku menjadi", "Aku terkotori dan
termurnikan".
Tapi jika mereka mengetahui hal-hal sebagaimana apa adanya di
dalam kenyataannya,
Maka mereka akan mampu meninggalkan tubuh-tubuh kelemahan itu,
Dan mencapai dukungan yang tidak berkondisi,
Yang terpisah dari kekotoran atau pemurnian, terpisah dari
buatan kata, terpisah dari usaha yang disengaja.
Pada saat itu, sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang
Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana seharusnya orang
memahami timbulnya pikiran dari semua Tathagata?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, sang Tathagata tidak digambarkan sebagai yang telah
muncul dari pikiran, kecerdasan, dan kesadaran. Sebaliknya,
semua Tathagata muncul dari keadaan batin yang tanpa usaha. Anda
harus memahaminya sebagai ciptaan magis."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, Dharmak&#257;ya dari semua Tathagata adalah
yang terpisah dari semua usaha. Jika itu terpisah dari semua
usaha, maka bagaimana cara memunculkan pikiran apapun?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, dikarenakan oleh kekuatan dari usaha dimana
Mereka sebelumnya telah mengolah kebijaksanaan dari cara
terampil, Mereka menimbulkan pikiran. Itu adalah sama seperti
orang yang tidak perlu usaha untuk bangun setelah tidur yang
tanpa pikiran, yang mendalam, karena orang 'terbangunkan'
disebabkan oleh kekuatan dari usaha sebelumnya yang dikerahkan.
Atau, itu adalah sama dengan orang yang tidak perlu usaha untuk
bangkit dari konsentrasi dari penghentian, karena dia 'kembali'
disebabkan oleh kekuatan dari usaha dia sebelumnya. Sama seperti
orang menghasilkan pikiran ketika keluar dari tidur atau dari
konsentrasi dari penghentian, demikian juga sang Tathagata
menghasilkan pikiran disebabkan oleh kekuatan dari kebijaksanaan
dari cara terampil yang sebelumnya telah Dia olah. "
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, apakah Nirm&#257;nak&#257;ya dari sang
Tathagata digambarkan sebagai pikiran atau tidak?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, dapat digambarkan sebagai pikiran maupun yang
bukan pikiran. Hal ini begitu karena itu tidak memiliki pikiran
yang bebas, tetapi memiliki pikiran yang tergantung pada yang
lain."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, apakah ada perbedaan antara wilayah dari
Tathagata (Tath&#257;gataksetra) dan kawasan dari Tathagata
(Tath&#257;gatavisay&#257;)?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, wilayah Tathagata mengacu pada Buddhaksetra yang
murni, yang dihiasi dengan kumpulan dari kualitas unggul yang
tidak terhitung dan yang umum pada semua Tathagata. Kawasan dari
Tathagata mengacu pada lima jenis yang berbeda dari alam :
makhluk hidup, dunia, ajaran, aturan disiplin, dan cara terampil
dari aturan disiplin. Ini adalah perbedaan antara dua itu."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, apa ciri-ciri dari Anuttara-Samyak-Sambodhi
dari sang Tathagata, dari pemutaran Roda Dharma-Nya, dari
masuknya Dia ke dalam Maha Parinirv&#257;na?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, tiga ini ditandai sebagai yang tiada mendua.
Artinya, tidak ada Anuttara-Samyak-Sambodhi maupun tidak tanpa
Anuttara-Samyak-Sambodhi. Tidak ada pemutaran Roda Dharma maupun
tidak tanpa pemutaran Roda Dharma. Tidak masuk ke dalam Maha
Parinirv&#257;na maupun tidak tanpa memasuki Maha
Parinirv&#257;na. Hal ini begitu dikarenakan oleh kemurnian
tertimggi dari Dharmak&#257;ya dari Tathagata dan dikarenakan
oleh perwujudan yang terus menerus dari Nirm&#257;nak&#257;ya
dari Tathagata."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, semua makhluk hidup yang beranekaragam
memperoleh pahala kebajikan dalam melihat Nirm&#257;nak&#257;ya,
mendengar-Nya dan memuja-Nya. Apa jenis hubungan yang sang
Tathagata lakukan terhadap mereka?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, hubungan dari sang Tathagata terhadap mereka adalah
objek tertinggi tujuan pengamatan bagi mereka, karena
Nirm&#257;nak&#257;ya di dukung oleh kekuatan Tathagata."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, bagaimana bisa, dengan tanpa usaha,
Dharmak&#257;ya dari sang Tathagata memancarkan cahaya yang
besar kepada para makhluk hidup dan memancarkan keluar
Nirm&#257;nak&#257;ya yang tidak terbatas, sementara
Vimoksak&#257;ya dari para &#346;r&#257;vaka dan Pratyekabuddha
tidak bisa melakukannya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Itu, Kulaputra, sama seperti fakta bahwa kristal air dan api
yang berasal dari lingkaran bulan dan matahari memancarkan
cahaya yang besar tanpa ada usaha apapun, tetapi kristal air dan
api yang lainnya tidak bisa melakukannya, karena mereka ditopang
oleh kekuatan yang agung dari makhluk hidup, dikarenakan oleh
kekuatan yang dominan dari Karma makhluk hidup. Atau, sama
seperti fakta bahwa permata Mani yang diukir oleh ahli permata
memancarkan gambar yang tertulis di atasnya, sedangkan yang
tidak begitu dibuat tidak bisa. Dalam cara ini, oleh karena itu,
Dharmak&#257;ya dari sang Tathagata, yang diasah dan
disempurnakan melalui pengolahan yang terus menerus dari
kebijaksanaan dari cara di dalam Dharmadh&#257;tu yang tidak
terbatas, mampu memancarkan dari diri-Nya sendiri cahaya yang
besar dan bentuk dari berbagai macam Nirm&#257;nak&#257;ya. Tapi
itu tidak terjadi dengan Vimoksak&#257;ya dari yang lainnya."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, seperti yang Anda telah jelaskan, para
makhluk hidup di k&#257;madh&#257;tu dituntun untuk dilahirkan
di antara keluarga Ksatriya dan Brahmana karena mereka ditopang
oleh kekuatan agung dari para Tathagata dan Bodhisattva. Di
dalam tubuh dan kesejahteraan harta, mereka tidak kekurangan
apapun. Apakah dengan mengambil bentuk dewa di dalam
R&#363;padh&#257;tu atau di dalam Ar&#363;padh&#257;tu, mereka
mampu mencapai kesempurnaan dalam kesejahteraan tubuh dan harta.
Bhagavan, apa maksud yang mendasari di dalam penjelasan ini?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, kekuatan agung penopang dari para Tathagata dan
Bodhisattva, apakah jalan ataupun praktek, adalah mampu di dalam
semua tempat menuntun para makhluk hidup untuk mendapatkan
kesempurnaan dalam kesejahteraan tubuh dan harta. Tepatnya,
mereka memberitakan jalan dan praktek ini. mereka yang mampu dan
sungguh-sungguh melakukan, secara benar mengolah jalan dan
praktek ini, tidak akan pernah kekurangan untuk kesempurnaan
dalam kesejahteraan tubuh dan harta. Namun bagi para makhluk
hidup yang menjauhi dan menolak jalan dan praktek ini, dan
menimbulkan pikiran tidak senang atau kemarahan, tubuh fisik dan
harta yang mereka mungkin miliki akan berkurang setelah hidup
mereka berakhir. Anda harus memahami dari ini bahwa tidak hanya
kekuatan agung para Tathagata dan Bodhisattva menghasilkan
kesejahteraan tubuh dan harta, tetapi juga bagaimana penyusutan
tubuh dan kekayaan terjadi pada para makhluk hidup."
Sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang Bhagavan dan
berkata: "Bhagavan, di semua negeri yang kotor, apa hal-hal yang
mudah ditemukan dan apa hal-hal yang sulit ditemukan? Dan di
semua negeri yang murni, apa hal-hal yang mudah ditemukan dan
apa hal-hal yang sulit ditemukan?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Kulaputra, di dalam negeri-negeri yang kotor, ada delapan hal
yang mudah ditemukan dan dua hal yang sulit ditemukan. Delapan
hal itu adalah t&#299;rthika, makhluk hidup yang menderita,
perbedaan dalam naik dan turunnya kasta keluarga dari keturunan
di dunia, perbuatan tindakan jahat, pelanggaran disiplin, nasib
malang, h&#299;nay&#257;na, dan para Bodhisattva yang bertekad
dan berusaha rendah. Dua hal yang sulit ditemukan adalah
pelaksanaan dari para Bodhisattva yang bertekad dan berusaha
tinggi, dan kemunculan Tathagata di dunia. Pahamilah, Manjusri,
bahwa kasus untuk negeri yang murni adalah yang kebalikannya
dari itu. Delapan hal itu adalah yang sulit ditemukan dan dua
hal itu adalah yang mudah ditemukan."
Pada saat itu, sang Maha Bodhisattva Manjusri menyapa sang
Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kami menamai Dharma
dari penjelasan maksud yang tersembunyi ini? Bagaimana kami
menghormatinya?"
Sang Bhagavan menjawab sang Bodhisattva Manjusri dengan berkata:
"Dharma ini, Kulaputra, dinamakan Dharma yang jelas tentang
tindakan dari Tathagata, dan Anda harus menghormatinya seperti
itu."
Ketika Dharma yang jelas tentang penyelesaian tugas dari
Tathagata diberitakan di dalam perkumpulan majelis yang besar
itu, tujuh puluh lima ribu Bodhisattva Mahasattva semuanya
mencapai Dharmak&#257;ya yang tersempurnakan. Setelah sang
Bhagavan selesai berkhotbah, Ma�ju&#347;r&#299;
Kum&#257;rabhuta, seluruh perkumpulan majelis itu, dan dunia
para dewa, manusia, asura dan gandharva memuji Dharma sang
Bhagavan.
________________________________________________________
P&#257;r&#257;j&#257;yika-sth&#257;na adalah akar pelanggaran
yang menyebabkan pengusiran dari kehidupan suci Sangha hingga
menuju kelahiran ke alam binatang, alam preta (hantu kelaparan),
alam neraka hingga avici. Akar pelanggaran itu terdiri dari :
hubungan sexual, mencuri, membunuh, menipu, melekat pada harta
dan hormat, membanggakan diri sendiri dan menghina orang lain,
tidak memberikan harta benda dan Dharma kepada makhluk hidup
dikarenakan oleh kekikiran, memukul dan memaki kata-kata kasar
kepada para makhluk hidup dengan pikiran menyerang, menghina
Dharma Bodhisattva dan mengajarkan ajaran yang palsu. Ini
disebut landasan kekalahan karena ketika pelanggaran ini
terjadi, pelaku kejahatan itu menjadi di bawah pengaruh
noda-noda batin yang adalah sumber penderitaan yang mengalahkan
mereka.
Asrayaparavrtti (perubahan landasan) : merupakan istilah
yogacara yang adalah perubahan landasan dari delapan kesadaran,
yaang didalam yogacara termasuk '&#256;layavij�&#257;na (gudang
kesadaran yang menyimpan benih-benih Karma yang dihasilkan dari
tindakan masa lalu yang pada gilirannya menentukan sifat orang
di masa depan)'. Di dalam perubahan dari &#256;layavij�&#257;na,
benih-benih dari 'kekotoran (klesa)' dan pengetahuan yang
membeda-bedakan dilenyapkan, sedangkan dua buah dari Bodhi dan
Nirvana dicapai. Dengan demikian, di dalam yogacara,
&#256;layavij�&#257;na adalah apa yang 'diubah' atau pemahaman
lainnya adalah apa yang 'dilenyapkan'.
Astavijnana (delapan kesadaran) : pada Satadharmavidyamukha,
pikiran (citta) dikelompokkan menjadi delapan, yaitu, 'Lima
Kesadaran (mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh)', yang
keenam yaitu 'Manovij�&#257;na (kesadaran pikiran)', yang
ketujuh yaitu 'Klistam Manovij�&#257;na (kesadaran pikiran yang
terperdaya)', yang kedelapan yaitu '&#256;layavij�&#257;na
(gudang kesadaran)'.
#Post#: 9--------------------------------------------------
Re: Arya Gambhira Samdhinirmocana Nama Mahayana Sutra
By: ajita Date: October 14, 2016, 10:00 am
---------------------------------------------------------
[center]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Namo%20Amita%20Fo.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Namo%20Amita%20Fo.jpg.html
[html]<iframe width="420" height="315"
src="//www.youtube.com/embed/Ww932N-FcWY" frameborder="0"
allowfullscreen></iframe>[/html]
http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Arya%20Mahayana.jpg
http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Arya%20Mahayana.jpg.html
Ini menyimpulkan Penegasan Kumpulan Kualitas dari Tathagata.
&#256;rya Samdhinirmocana Mah&#257;y&#257;na-n&#257;ma
S&#363;tra paripurnam.
[/center]
*****************************************************
You are viewing proxied material from gopher.createaforum.com. The copyright of proxied material belongs to its original authors. Any comments or complaints in relation to proxied material should be directed to the original authors of the content concerned. Please see the disclaimer for more details.